Selasa, 29 Juni 2021

BELAJAR DARI Dr. (HC) ARY GINANJAR ( PENYINTAS COVID): Dua Ekor Kambing dan Seekor Serigala

 

Beliau memulai kisah Ibnu Sina yang membuat sebuah percobaan: Dua ekor kambing dan seekor serigala. Masing-masing terpisah dalam satu kendang. Satu ekor kambing tak bisa melihat serigala, seekor kambing lain bisa melihat serigala. Serigala berada di dalam kandang sehingga tak bisa menyerang kambing-kambing tersebut.




Beberapa saat kemudian, kambing yang tidak melihat serigala tetap hidup. Kambing yang bisa melihat serigala akhirnya mati, padahal tak ia diterkam; hanya melihat serigala saja.

Kesimpulan:

1.     Bahwa sesungguhnya yang berbahaya bukan covid, komorbit, tapi yang berbahaya adalah ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. (Ini tampaknya bukan hanya berlaku pada penyintas covid saja, tetapi berlaku untuk pengidap semua penyakit.)

2.     Pikiran yang tenang bisa menyehatkan. Pikiran itu adalah energi yang memiliki gelombang, dan pikiran itu energi tak kasat mata. Kita harus paham seperti apa cara kerja energi kita, supaya ta mati seperti seekor serigala yang mati hanya melihat serigala, padahal serigala itu tak melakukan apa-apa.





HASIL RISET DAVID HOWKINS

1.     Saat terkena covid akan terdikriminasi. Yang ada adalah rasa malu.

Teman, sahabat, keluarga tak mau datang. Bahkan suami, istri, anak menjauh. Kondisi ini berada pada energi 20: yakni energi paling rendah, paling berbahaya. Malu, kehilangan harga diri ini adalah hukuman mati yang zaman dahulu diberikan mengusir orang dari kampung.

2.     Rasa bersalah (energi negatif sangat berbahaya berada pada level 30). Mulai menyalahkan diri sendiri. Dan ini membuat penyakit bertambah

3.     Level 50 (merasa apatis, tak punya harapan; merasa semua gelap gulita, level kesedihan. Ini juga berbahaya)

4.     Level 75 (merasa bersalah): mengapa saya .... mengapa saya ...? Seharusnya saya tidak ... Seharusnya saya tidak ... Melihat apapun serba duka.

5.     Level 75: kesedihan;  ke manapun memandang yang ada kesedihan level pemakaman dalam kehidupan.

6.     Level 100: ketakutan, marasa khawatir, tak ada harapan. Saat kondisi seperti ini harus segera memindahkan energi ke energi kita, harus menyeberang ke medan energi positif level 200 atau 250: merasa netral, bsa menerima (high energy)


Level di atas 200 adalah energi konstruktif; level di bawah 200 adalah energi negatif.

Level di atas 200 punya kerelaan; berusaha mengobati diri

Kalau sudah berada di level 200, naikkan level 310 di mana ada kerelaan, punya semangat, optimis. Naikkan level 350: bisa menerima, ikhlas, apapun yang terjadi

Level 400: tak ada kekhawatiran, ketakutan, kekhawatiran tak lagi terjadi (bagi yang berada pada level tersebut bisa memberikan hadiah nobel pada diri sendiri);

Level 500 memandang tulisan Allah dan Muhammad membuncah

Ketenangan, ketenteraman, suka cita: pada level 540. Meski sakit.

Level 600: damai, bahagia, berdzikir

Level 700: dengan segala kerendahan melihat langit terang benderang; memberikan cahaya kebahagiaan, berwudlhu, shalat malam, berdzikir, membaca Quran. Inilah posisi high energy.

 

 

CARANYA BAGAIMANA?

1.     Fokus suasana hati di level 400, 500, cinta, enjoy, keikhlasan, pandang sesuatu yang membuat nyaman, hindari suasana low energy, lingkungan harus sadar (suami isteri jangan membuat kata-kata yang membuat energi berubah), lingkungan harus mendukung.

2.     Tarik nafas pelan-pelan, tutup mata; fokus pada alam, kepalkan tangan SAYA SEHAT tegakkan bahu SAYA KUAT,

3.     Sekali lagi kepalkan tangan, ucapkan, katakan “TERIMA KASIH YA ALLAH, SAYA SUDAH SEHAT”




3 komentar:

  1. Tetimakadih bu ismi.. Bismilah kita coba untuk bisa masuk ke level 400, 500.cinta enjoi iklas ..

    BalasHapus
  2. Aamiin3. Insyaallah Bu Atik. Bismillah.

    BalasHapus
  3. Terima kasih bunda ismi. Sehat selalu ya

    BalasHapus