Selasa, 31 Maret 2020

RESUME MATERI BETTER LATE THAN NEVER Pemateri: Sri Sugiastuti


Istilah better late than never digunakan Bu Kanjeng (Sri Sugiasuti) untuk menyebut dirinya yang merasa terlambat dalam belajar menulis. Umur 50 tahun baru belajar menulis itulah penyebab dirinya merasa terlambat dalam belajar menulis. Padahal, dari dulu suka melahap bacaan seperti koran, majalah, novel, dan aneka buku.
Keinginna menulis telah dibangun sejak SMP. Buktinya punya diary, buku kenangan yang ditulis teman-teman, punya koleksi buku bacaan, dan punya komunitas korespondensi. Setelah berkenalan dengan dunia maya dan medsos ia berkenalan juga dengan blog keroyokan seperti Kompasiana Guraru, dan Gurusiana.
Semangat menulisnya semakin terpacu. Tulisan “Diary Ketika Buah Hati sakit” yang merupakan true story pernah diikutkan lomba. Sejak itu harapan menulis Bu Kanjeng kian menggebu. Menurutnya, kata kuncinya adalah “mau”.
Kisahnya dalam dunia kepenulisan dibeberkan. Mulai dari belajar menulis di web berbayar 1 juta dan gagal, membuat buku memoar, menulis yang dijanjikan akan diterbitkan gramedia dengan hasil zonk, hingga menjadi penulis dengan naskah jual putus.
Menurut B Kanjeng, proses menulis dari manusia biasa menjadi penulis itu sedap-sedap gurih. Tentu ada suka dan dukanya. Beliau mengajak penulis pemula menjadi penulis mulia.

IDE MENULIS Disarikan dari tulisan Pak Agus Sampurna


Tiga kata kunci dalam menulis. Anda, Saat ini/sekarang, dan bebas.
Terdapat 5 kata persuasif yang bisa mengendalikan pikiran yang membacanya.
1.     Anda
2.     Bebas
3.     Baru
4.     Sekarang/saat ini
5.     Rahasia
Dalam membuat tulisan di mana pun tidak lepas dari cara menarik perhatian pembaca. Misalnya kata “Anda, Baru, dan Rahasia”. Contoh judul terkait pembelajaran daring, “Solusi Pembelajaran Dring BEBAS Strs”, “APLIKASI Baru untuk Mengahjar Online”, “RAHASIA Menjadi Guru Sukses Mengajar Secara Online”, “Cara Aagar ANDA Menadi Gur yang Handal dalam Mengajar Secara Online”, “ Apilkasi Online yang Anda mulai SEKARANG Gunakan untuk Mengajar Secara Online.”
Dalam mengajar secara online tetap perlu diperhatikan bahwa kita adalah guru. Jangan menjadi terlalu cair atau terlalu tegang. Tetaplah jadi guru yang tegas dan ramah saat melakukan pembelajaran online.
Konten pembelajaran bisa dari mana saja. Variasikan sumber belajar maka kelas Anda akan menarik. Jangan terkejut, jika sumber belajar beragam maka siswa akan menjadi kreatif dalam menuangkan hasil belajarnya. Bisa lewat peta pikiran, vlog, blog, atau infographic.

RESUME MATERI “PANDUAN AWAL MENDESAIN PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN (DARING) Oleh: AGUS SAMPURNA


Banyak kisah menarik di balik pembelajaran daring. Menarik, lucu, sedih, gagapnya pendidik, dan strssnya orang tua mendampingi anak belajar di rumah mewarnai pembelajaran moda ini. Sebenarnya model pembelajaran modern suah diatur dalam Peremdikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses dengan prinsip “ Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu hingga prinsip “Pengakuan atas perbedaan ndividual dan latar belakang budaya peserta didik.”
Saat ini meruakan kesempatan yang tepat untuk menerapkan pembelajaran cara belajar (Learning How to Learn) bukan Learning What to Learn (belajar tentang sesuatu). Dengan adanya internet peserta didik dapat belajar ntuk tahu, belajar untuk melakukan, belajat untuk menjadi sesuatu, belajar untuk hidup bersama dengan pendekatan yang berbeda dengan pebelajaran sebelumnya.
Tahun 2014 Bank Dunia meluncurkan sebuah kajian yang menyebutkan ada 8 keterampilan yang paling dicari oleh perusahaaan-perusahaan dalam merekrut pegawai-
1.     Memecahkan masalah
2.     Ketangguhan
3.     Motivasi untuk berprestasi
4.     Pengendalian diri
5.     Teamwork
6.     Prakarsa
7.     Kepercayan diri
8.     Etika

JANGAN TUNDA UNTUK MENULIS


“Jangan tunda untuk menulis sebelum ide kita habis. Itu saja ya dan jangan ragu untuk bertanya kepada semua nara sumber,” nasihat Omjay kepada Bu Wafa dalam blognya. Tentu saja nasihat itu berlaku pula untuk diri saya.
            “Jadi buat ibu Wafa dan kawan-kawan peserta belajar menulis, kalau masih keder mau nulis apa, segera saja tuliskan apa yang ada di depan mata dan yang ada di kepala.” Nah, lo. Bener kan, nasihat pada kalimat kedua dari paling akhir blog Omjay itu berlaku pula untuk diri saya. Saya termasuk salah satu peserta belajar menulis yang dikelola oleh Omjay.
Bukan hanya peserta biasa. Akan tetapi, diriku peserta luar biasa. Kenapa? Beberapa hari ini terlambat mengikuti materi. Bukan tanpa kemauan, Kawan. Namun, ada kendala. Kendala HP yang overload dan tentu sudah cukup tua perlu di regenerasi. Namun, sesuatu yang dicari baru mendapat malam tadi. Pagi ini, keinginan menulis mulai menggelora. Namun sayang, pelajaran sudah terlanjur ketinggalan.
Berpuluh grup yang infonya telah masuk ratusan atau ribuan jumlahnya harus kuhapus satu-satu. Harus kuteguhkan niat untuk beristiqomah menulis. Tentu belajar menulis dari hal yang paling sederhana. Menuliskan apa yang ada di depan mata atau di kepala. Betul begitu ya, Omjay?
Semoga Omjay dan beberapa narasumber lainnya masih bersabar dan berkenan untuk memberi bimbingan. Teriring doa semoga Omjay dan narasumber lain serta kita semua jangan kena wabah korona. Aamiin3.

DIA YANG MENGGEMASKAN SEKALIGUS MENJENGKELKAN


Dia yang menjadi hewan kesukaan adik bungsuku beserta keluarganya. Dia yang menjadi hewan menjengkelkan bagi adikku yang nomor empat. Dia hewan yang kadang menggemaskan namun kadang menjengkelkan bagi diriku.
Dia menggemaskan sebab aku penasaran melihat wajahnya yang lucu. Bulunya yang tampak menarik perhatian bagi banyak orang, namun membuat bergidik bagi diriku jika berdekatan. Aku tak ingin berdekatan dengannya. Namun, suka melihatnya dari jarak jauh. Tak ingin mendekat kepada dirinya. Bahkan, saat berada di rumah adikku yang penyuka kucing, diriku selalu berteriak ketakutan saat didekatinya. Mungkin dia pun tersenyum melihat tingkahku. Mengapa menjengkelkan? Suau ketika di perumahanku banyak berkeliaran kucing-kucing liar. Kadang meninggalkan air seni di atas kesed. Bahkan juga berak di bawah mobil atau kendaraan. Jika melihat hal tersebut, diriku selalu berteriak panggil suami minta tolong untuk membersihkan. Dirikupun tak mau keluar sebelum kotoran dibersihkan.
Meski diri ini sering lihat dirinya dari kejauhan, tetapi tak mau berdekatan. Jadilah dirinya bagiku merupakan hewan yang menggemaskan sekaligus menjengkelkan. Akankah diriku seperti dirinya? Kadang menggemaskan dan kadang menjengkelkan. Hahaha.

MENGAIS HIKMAH DI BALIK WFH


Terus terang hari-hari ini diriku berpikir adakah hikmah di balik WFH. Jika ditilik makna hikmah, yakni makna yang terkandung di balik suatu peristiwa; manfaat tentu ada hikmah di balik virus corona yang menjadi penyebab dberlakukannya WFH. Apa saja hikmah di balik WFH? Berikut ini merupakan di antara hikmah yang kurasakan.
Pertama, kita bisa lebih mensyukuri nikmat Allah yang selama ini tak terasakan. Nikmat bisa bertemu dan berkumpul dengan sanak saudara serta relasi tercinta. Nikmat mengikuti taushiah yang menyejukkan jiwa. Nikmat bisa bersilaturahmi secara nyata. Hikmah kedua adalah bisa berkumpul keluarga lebih lama. Keluarga kecilku (saat ini hanya tinggal berdua dengan suami; anak-anak sudah pergi merantau) yang semula banyak bekerja di luar rumah, kini banyak bekerja di rumah. Atau paling tidak, bekerja bersama di tempat suami yang tak jauh dari rumah. Ini semua demi mengikuti anjuran pemerntah untuk social distancing atau physical distancing. Hikmah ketiga, bisa merasakan bahwa diri ini ternyata sangat tertinggal dalam dunia teknologi. Kelas maya yang ditawarkan oleh rekan-rekan sejawat terasa masih baru semua. Semakin nyatalah bahwa diri ini tertinggal.
Hikmah yang ada di depan semoga dapat menumbuhan kesadaran. Kesadaran untuk bisa mengejar ketertinggalan. Semoga sahabat-sahabat tercinta berkenan untuk membantu. Terima kasih Omjay dan kawan-kawan.

MIE YAM DAN BAKSO THENGKLENG


Sebuah foto dikirim Omjay di grup Menulis bimbingannya. Ada tantangn untuk membuat cerita tiga pararaf. Sayang, diri ini terlambat. Foto itu telah dikirim hari kemarin. Namun, baru bisa kutindaklanjuti hari ini.
            Duhai, bakso dan mie ayam nan lezat. Dirimu menjadi penyebab kerinduanku pada situasi dulu. Situasi di mana wabah corona belum merajalela. Situasi di mana virus Covid-19 belum menjadi trending topic dalam hampir semua perbincangan. Menjadi penyebab diberlakukannya WFH (work from home) dan SFH (school from home). Situasi ini membuat diri menjadi kian menyadari. Betapa tak pernah berhentinya keinginan manusia. Di kala banyak kesibukan di luar dan rumah hanya tempat persinggahan sementara, ingin rasanya berlama-lama tinggal di rumah. Namun, di kala situasi mengharuskan banyak tinggal di rumah, bukannya bergembira dan bahagia. Yang ada adalah merasa bosan dan menderita. Inginnya keluar dari rumah untuk menuntaskan segala aktivitas. Ingin nikmati bakso dan mie ayam bersama sahabat atau keluarga tercinta di antaranya.
            Namun, hingga kini atau entah sampai kapan keinginan ini menjadi realita dan bukan hanya sekadar keinginan. “Tunggu, sampai situasi memungkinkan untuk itu semua, Sayang…” begitu bisik suamiku sambil mengerjapkan mata.

MEMBAYAR KETERTINGGALAN


Pagi ini kuharus memulai. Memulai menulis. Tuk mengejar ketertinggalan di grup menulis yang dibuat oleh Omjay. Mengapa aku tertinggal? Nah, ini masalahnya. HP-ku yang sudah overload meminta ganti. Sayangnya, di konter langganan belum ada HP sesuai rekomendasi anak-anakku. Harus PO sepekan lebih.

Sebagai solusi, sebenarnya aku sudah mengungsi. Mengungsi ke kantor suami yang tersedia wifi. Namun sayang, beberapa grup yang kuikuti ada beberapa tawaran. Ada webex lah. Ada pembelajaran online lah. Dan beberapa tawaran yang menarik perhatian. Inginnya semua kuikuti. Kucoba hal-hal baru. Ingin bisa semua. Dalam waktu bersamaan. Mengisi kegiatan WFH (work from home), yang bagiku menjadi WFC (work from campus).

Akankah aku bisa mengejar ketertinggalan? Akan kucoba. Semoga Omjay yang baik hati mau dan berkenan serta bersabar untuk mengajari. Juga ada Pak Brian di sini yang telah berkenan mengajari membuat blog. Terima masih Omjay dan Pak Brian. Semoga Allah membalas kebaikan yang berlipat-lipat. Aamiin3.

LOCKDOWN VS LAUK DAUN


Bukan orang Indonesia namanya, jika tidak kreatif mencipta istilah. Termasuk mencipta analogi berdasar istilah lama. Bahkan sesepuh kita, orang Jawa juga kreatif mencipta istilah. Misalnya, untuk menyebut “celana” dalam bahasa Jawa dikatakan kathok, sebagai bentuk ringkas dari diangkat mboko sithok (diangkat satu demi atu). Ini memang relevan, sebab jika kita memakai celana tentu mengangkat kaki satu demi satu. Untuk menyebut hewan yang bernama katak, orang Jawa memberi nama kodhok (teko-teko ndhodhok  = datang-datang duduk). Yang namanya katak itu memang kalau habis melangkah terus duduk.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia pun ada materi gejala analogi, yakni suatu bentukan bahasa yang meniru contoh yang sudah ada. Terbentuknya bentukan-bentukan baru akan memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi bahasa yang sedang tumbuh atau berkembang. Sebagai contoh, dari perbendaharaan kata dewa-dewi, putra-putri terus muncul bentukan baru saudara-saudari, mahasiswa-mahasiswi, pemuda-pemudi. Dari bentukan kata yang sudah dikenal hartawan dan bangsawan, muncul bentukan baru negarawan, sosiawan, dan sebagainya.
Selain gejala bahasa analogi, kita mengenal gejala asimilasi, disimilasi, adaptasi, kontaminasi, diftongisasi, monoftongisasi, konstruksi, kontraksi, reduplikasi, aferesis, metatesis, dan gejala bahasa yang lain. Nah, akhir-akhir ini muncul gejala bahasa baru. Yakni, gejala bahasa yang mem-pleset-kan istilah yang ada dengan kata atau istilah lain yang tentu maknanya amat berbeda.
Contoh-contoh itu dapat dilihat dari medsos berikut.

👶: Mak, kok akhir2 ini menunya daun singkong sama daun pepaya trs sih?
👵 :  Iya nak, kan slama 14 hari kita disuruh Laukdaun biar nggak kena virus corona.
👶 : Itu Lockdown Mak, bukan Laukdaun! Hadew emak.😩😩 Modern dikit gitu loh... (aditya dwi haryawan)

Kupejamkan mata agar tak terlihat linangan cairan jernih
si bening cekung hendak kulepas agar kuseka lelehan
bayang roh melingkari raga meniupkan kabar dari Wuhan
sepuluh prosen pasien sembuh rentan terpapar kembali

Di negeri hoax jauh lockdown berujar gurau
lockdown menjadi lauk daun aja
Just a joke for entertaint you
Berhubung cemas mesti diusir ke kursi panas
agar dipanggang hingga men-arang
Mati nan tewas di galeri peradaban zaman ini

Wahai sahabat
Berkobar-kobar rasa rindu ini padamu
Terasa di dada ini bundelan fail berisi kabar gemas
Ketika kota mesti lockdown
Lalu pesolek menikmati lauk daun belaka

Aih…

Sudilah kita bersatu dalam sembahyang dan perang
memohonkan kuasa dari Sang Mahakuasa
Menyiapkan pedang di arena perang baru
Melawan virus bersama pemimpin negeri permai (Roni Bani)

Minggu, 29 Maret 2020

writer’s block

Malam ini ada yang kupikirkan dan selalu menjadi beban. Seolah tak mau enyah dari pikiran ini. Memang sih, sudah kupahami bahwa anak merupakan anugerah sekaligus ujian. Akankah aku dapat melalunya dengan mulus? Semoga. Ya Allah berilah kemudahan pada diri ini untuk dapat menerima segala ujian dan anugerah-Mu dengan penuh syukur. Untuk dapat menikmati segala ujian hidup dan anugerah terindah yang pernah dan selalu akan Paduka anugerahkan kepada diri ini. Aamiin3.
Kali ini aku mulai memanfaatkan laptop beda dari biasanya. Bukan laptop baru memang. Namun, kuberharap dapat memaksimalkan manfaat dari laptop ini. Sebuah laptop yang cukup bersejarah. Dibeli dari tempat nan jauh di sana. Dari sebuah negara yang bernama Jerman. Ini dbeli ketika anakku sedang menempuh studi. Di tegah masa studi laptopnya eror. Maka dibelilah laptop ini.
Rasanya sudah lama sekali jemari ini tak menyentuh keyboard sekadar menuliskn isi hati. Sekadar menorehkan rasa dan asa yang pernah berkembang di dada. Namun, terasa canggung dan gagu diri in bicara. Bicara dalam bahasa tulis yang seakan membatku mati dan mempat ide. Sampai kapankah hal ini aka berlangsung?
Kalau pernah kubaca banyak penulis yang mengalami writer’s block, mungkin aku adalah salah satu di antaranya. Bedanya, kalau penulis lain seolah segera bangkit dari tidur nyenyaknya, tampaknya diri ini tidak. Apakah penyebabnya? Hingga kini belum terdeteksi penyebabnya.

KISAH PILU

Ada lagi kisah pilu
Saat tim medis mengisahkan
Salah satu anggotanya tak boleh pulang
Bukan karena belum bayar uang bulanan
Melainkan ibu kos yang ketakutan
Ibu kos takut tertular

Akan ke mana dia pulang?
Ke kampung halaman tak diperkenankan
Pulang kosan
Tak diizinkan

Tuhan ketuk hati salah seorang hamba-Nya
Pak Anies Baswedan nan budiman
Sediakan tempat yang nyaman
Semoga dapat menambah nyaman
Para pejuang di garda depan

Dukungan moral perlu kita tunjukkan
Sebatas kemampuan
Jangan hujat mereka yang telah berkorban
Kita hargai jerih payah mereka
Berlumuran darah mereka relakan
demi menolong raga yang lain

Demi Raga yang Lain
Sebuah lagu Eka Gustiwana
Robohkan pertahanan
Membendung air mata

Berikut lirik lagu Eka Gustiwana dan Yessiel Trivena berjudul Demi Raga Yang Lain :
Saat semua menghilang
Kau tetap setia menjaga
kau berkorban tanpa suara demi senyum yang lain
Saat semua tertidur
Kau terjaga sepanjang waktu
Lupakan lelah ragamu demi raga yang lain
Dunia tlah tersenyum
melihat kau bertaruh nyawa
Tak pedulikan yang kau punya
demi raga yang lain
Engkau pahlawan dunia
Tuhan yang kan membalas semua
jerih lelah yang tak ternilai
demi raga yang lain
Walau hampir tiada sudut
Untukmu menghela nafasmu
Teriring doa untukmu
Suara ini untukmu
Dunia tlah tersenyum
melihat kau bertaruh nyawa
Tak pedulikan yang kau punya
demi raga yang lain
Engkau pahlawan dunia
Tuhan yang kan membalas semua
jerih lelah yang tak ternilai
demi raga yang lain
jerih lelah yang tak ternilai
demi raga yang lain

KEBIASAAN BARU: BERJEMUR

Minggu, 29 Maret 2020
Hari ini hari pertama aku berjemur di depan rumah. Melaksanakan instruksi pemerintah dan petugas kesehatan. Berjemur di bawah terik matahari selama sepuluh hingga lima belas menit pada pukul 10.00 hingga 13.00. Tidak berada benar-benar di bawah terik matahari langsung. Aku memposisikan di sisi miring sebuah pohon biar agak terhalang dari sinar matahari. Takut hitam. Hadeh.
Sambil berjemur kubawa Jawa Pos. Ada beberapa berita menarik. Seorang Wagino, si panjahit APD, yang tak menaikkan harga APD buatannya meskipun beraku hukum pasar jika permintaan naik, persediaan menurun otomtis harga akan melambung. Dirinya tak mengikuti hukum pasar. Dia mengikuti hukum kemanusiaan. Yang memerlukan bantuan wajib dibantu oleh yang mampu membantu.
Pas bener dengan instruksi dokter Tirta. Sang dokter nyentrik yang lagi viral. Si anaak tunggal yang lulus cumlaude dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Muda iu pantas mendapat acungan jempol. Si anak muda yang punya kepedulain sosial luar biasa. Kini, dirinya harus beristirahat di rumah sakit Kartika di Pulomas. Bedrest. Semoga segera diberi kesembuhan.
Tulisan Dahlan Iskan pun tak luput dari perhatian. Si penulis buku DI’Way, yang tampaknya belum selesai, itu cukup menggelitik. Beliau bisa mengambil hikmah lockdown. Katanya, kalau merasa bosan di rumah dia ingat astronot. Yang setahun lamanya sendirian di luar angkasa. Ia di dalam sebuah kapsul yang tidak sebesar rumah manusia.
Kini, dirinya tambah ingat satu lagi: Aminarto. Yang kuat puasa mutih 40 hari. Yang tiap hari hanya makan dua potong singkong kukus.
Apalah artinya lockdown dibanding dua contoh itu. Bagi yang membayangkan lockdown itu harus tetap enak, mungkin mimpi hidupnya memang enak:
Waktu kecil bisa dimanja
Waktu muda bisa berfoya-foya
Waktu tua kaya raya
Waktu mati masuk surga
Kembali anganku ke dokter Tirta. Dirinya saat ini dirinya dirawat di sebuah rumah sakit di Pulomas. Kita doakan agar segera diberi kesembuhan. Aamiin3

ANTARA WASWAS DAN WASPADA

Berita di media cetak maupun elektronik serta medsos membuat miris. Diri ini menjadi merenung. Apa yang sebenarnya terjadi? Alam tampak begitu marah kepada penghuninya. Awal tahun kita dihajar banjir. Banjir sedikit mereda merebak virus Cocid-19. Belum lagi, Sabtu siang terdengar Merapi erupsi.
“Ya Allah, apa pula yang akan terjadi nanti?” pikirku dalam hati.
“Jika ini semua terjadi atas dosa-dosa kami, para penghuni bumi, izinkanlah kami memohon ampunan-Mu Ya Rabbi. Jika ini semua Kau kirim sebagai balasan atas kebodohan, kecerobohan, dan kedunguan kami, izinkan kami bermohon dengan kemaharahmanan dan kemaharahiman-Mu, untuk mencabut semua ini. Kami tahu ya Rabbi meski Engkau bisa marah kepada kami, tapi dengan kemahapemaafan-Mu, Engkau yang Maha Berkehendak, bisa melakukan apapun yang Engkau kehendaki. Namun ya Allah, izinkan hamba-Mu yang lemah ini bermohon. Kendalikan bumi kami. Kami masih ingin selalu mengabdi. Jangan biarkan kami mengurung diri di rumah dengan kegersangan diri. Kami butuh pencerahan dari saudara-saudara kami yang Kau beri anugerah untuk memberi pencerahan. Kajian, taushiah, ceramah menyejukkan kini tak ada lagi. Ada lagi yang menyakitkan. Jamaah shalat yang dulunya rapat dan rapi kini perlu direnggangkan. Bukan itu saja, kemarin untuk pertama kalinya jamaah shalat Jumat di masjid perumahan kami diliburkan.
Ingin rasanya diri ini marah sebab Jumatan diliburkan. Ingin rasanya berontak. Akan tetapi, kepada siapa? Takmir sudah cukup berhati-hati. Penentuan libur Jumatan sudah melalui proses demokrasi. Mendengar pendapat sana sini. Mendengar fatwa ulama di negeri ini.
Baru saja, pagi ini, mendengar penuturan seorang perawat yang bersedih mendengar berita pemudik dari ibukota yang jumlahnya ribuan. Beliau waswas jika penularan Covid-19 semakin merebak dan merajalela. Namun, aku pun tak bsa menyalahkan si pemudik. Jika mereka mudik merupakan kebuthan siapa yang bisa dipersalahkan?
Mereka tinggal di ibukota tak punya tempat tinggal tetap. Rumah masih kos atau mengontrak. Pekerjaan tak selau menjanjikan penghasilan. Jika mereka puang ke kampung halaman, ini merupakan salah siapa? Siapa yang harus menaggung mereka di perantauan? Bukanah mereka pulang ke kampung halaman demi mempertahankan kehidupan?
Memang, mereka pulang dengan membawa risiko adalah sebuah kemungkinan. Mungkin saja, mereka sebagai pembawa virus kecil nan amat menakutkan. Tapi, siapa yang bisa melarang mereka?
Belum lagi jika berpikir risiko tim medis yang berada di garda terdepan dalam penaganan korona. Diri ini pun sempat merenung sambil berurai air mata. Bagaimana tidak? Ibunda dari cucuku termasuk salah satu tim medis yang harus dirumahkan dalam beberap hari. Ini sudah istirahat di rumah selama sepekan. Masih perlu diobservasi untuk sepekan ke depan.
Info yang kuterima hari kemarin, masih perlu berkonsultasi dengan dokter paru. Dan tahapan yang masih perlu dijalani. Swap yang perlu dijadwalkan. Terselip doa di sana. Semoga ada manfaat meski sedikit, apa yang dia laukukan demi negeri ini. Semoga apa yang dialkukan dianggap sebagai sebuah kebaikan. Meski yang dilakukan membawa risiko bagi dirinya.   

BELAJAR MENJADI BLOGGER

Hari ini merupakan hari yang cukup bersejarah. Ingin menjadi blogger. Meski agak telat, harus semangat belajar.

Beajar pada Pak Brian. Tapi, geli sendiri. Kasihan, beliau harus ngajari diriku yang tertatih-tatih. Semoga menjadi amal baik beliau.