Bukan orang Indonesia namanya, jika tidak kreatif
mencipta istilah. Termasuk mencipta analogi berdasar istilah lama. Bahkan
sesepuh kita, orang Jawa juga kreatif mencipta istilah. Misalnya, untuk
menyebut “celana” dalam bahasa Jawa dikatakan kathok, sebagai bentuk
ringkas dari diangkat mboko sithok (diangkat satu demi atu). Ini memang
relevan, sebab jika kita memakai celana tentu mengangkat kaki satu demi satu.
Untuk menyebut hewan yang bernama katak, orang Jawa memberi nama kodhok
(teko-teko ndhodhok = datang-datang
duduk). Yang namanya katak itu memang kalau habis melangkah terus duduk.
Dalam pelajaran bahasa
Indonesia pun ada materi gejala analogi, yakni suatu bentukan bahasa yang
meniru contoh yang sudah ada. Terbentuknya bentukan-bentukan baru akan memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi bahasa
yang sedang tumbuh atau berkembang. Sebagai contoh, dari perbendaharaan kata
dewa-dewi, putra-putri terus muncul bentukan baru saudara-saudari, mahasiswa-mahasiswi,
pemuda-pemudi. Dari bentukan kata yang sudah dikenal hartawan dan
bangsawan, muncul bentukan baru negarawan, sosiawan, dan
sebagainya.
Selain gejala bahasa
analogi, kita mengenal gejala asimilasi, disimilasi, adaptasi, kontaminasi,
diftongisasi, monoftongisasi, konstruksi, kontraksi, reduplikasi, aferesis,
metatesis, dan gejala bahasa yang lain. Nah, akhir-akhir ini muncul gejala
bahasa baru. Yakni, gejala bahasa yang mem-pleset-kan istilah yang ada
dengan kata atau istilah lain yang tentu maknanya amat berbeda.
Contoh-contoh itu dapat dilihat dari
medsos berikut.
👶:
Mak, kok akhir2 ini menunya daun singkong sama daun pepaya trs sih?
👵
: Iya nak, kan slama 14 hari kita
disuruh Laukdaun biar nggak kena virus corona.
👶
: Itu Lockdown Mak, bukan Laukdaun! Hadew emak.😩😩
Modern dikit gitu loh... (aditya dwi haryawan)
Kupejamkan mata agar tak terlihat linangan
cairan jernih
si bening cekung hendak kulepas agar
kuseka lelehan
bayang roh melingkari raga meniupkan kabar
dari Wuhan
sepuluh prosen pasien sembuh rentan
terpapar kembali
Di negeri hoax jauh lockdown
berujar gurau
lockdown menjadi lauk daun aja
Just a joke for entertaint you
Berhubung cemas mesti diusir ke kursi
panas
agar dipanggang hingga men-arang
Mati nan tewas di galeri peradaban zaman
ini
Wahai sahabat
Berkobar-kobar rasa rindu ini padamu
Terasa di dada ini bundelan fail berisi
kabar gemas
Ketika kota mesti lockdown
Lalu pesolek menikmati lauk daun belaka
Aih…
Sudilah kita bersatu dalam sembahyang dan
perang
memohonkan kuasa dari Sang Mahakuasa
Menyiapkan pedang di arena perang baru
Melawan virus bersama pemimpin negeri
permai (Roni Bani)