Selasa, 27 Oktober 2020

SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA

 

Hari ini, Rabu 28 Oktober 2020 kita peringati Hari Sumpah Pemuda. Petugas upacara bendera telah dipersiapkan. Eh, ternyata mulai hari ini hingga Jumat terhitung sebagai hari “cuti bersama”. Ya sudah, akhirnya upacara ditiadakan.

            Hari ini, perlu mengingat tonggak sejarah. Mengapa hari ini diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda? Sumpah Pemuda tidak lepas dari penyelenggaraan kongres pemuda oleh organisasi-organisasi dari seluruh Indonesia yang dipelopori oleh para pelajar. Kongres pemuda pertama digelar di Jakarta tahun 1926. Kongres pemuda kedua digelar di Jakarta pula tanggal 27-28 Oktober 1928.

Kongres pemuda kedua menghasilkan keputusan menegaskan cita-cita akan tanah air Indonesia, Bangsa Idonesia, dan Bahasa Indonesia. Inilah naskah aslinya.


Tulisan berikut memperjelas naskah aslinya.

POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA

Kerapatan Pemoeda-Pemoeda Indonesia jang diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan, dengan namanja: Jong Java, Jong Sumatranen Bond (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen Pasoendan, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia;

membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 October tahoen 1928 dinegeri Djakarta;

sesoedahnja mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi;

sesoedahnja menimbang segala isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;

kerapatan laloe mengambil poetoesan:

Pertama: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.

Kedoea: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

Ketiga:   KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia;

mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja:

KEMAOEAN

SEDJARAH

BAHASA

HOEKOEM-ADAT

PENDIDIKAN DAN KEPANDOEAN;

dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita.



#Day22AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita


HUJAN DI PAGI INI

 

Hujan di pagi ini

Membuatnya tengadah bermohon ke Ilahi Rabbi

Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami

Hujan yang bermanfaat

Yang menyejukkan hati kami

 

Dirinya pun membuka kalimat penyemangat berikut ini:

 

Cara Allah menyayangimu bukan dengan meringankan masalahmu

Tapi menguatkan jiwamu sehingga sehebat apapun masalahmu, kamu tetap bertahan dan tidak akan menyerah begitu saja

 

Cara Allah menyayangimu bukan dengan meringankan masalahmu

Tapi mengokohkan pundakmu sehingga seberat apapun beban yang kamu pikul, kamu akan mampu memikul amanah yang diberikan kepadamu.

 

Kalimat itu sungguh membuatnya gerimis di hati. Bukan karena limbung dan linglung. Akan tetapi, dia kumpulkan tenaga dan semangat tuk bangkit dan tak lagi tumbang. Dia harus kokoh dan kuat sebagaimana kalimat motivasi kepada sang buah hati. Belajarlah dari batu karang. Meski begitu kuat terjangan ombak, dia tetap tegar dan perkasa.

 

#Day21AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita


Senin, 26 Oktober 2020

COBA TEBAK, SIAPA DIA?

 

Ibu muda ini tentu dikenal banyak kalangan, mungkin termasuk Anda. Siapa dia? Bu Lisna kah? Aha, ternyata beda-beda dikit. Bukan Lisna, melainkan Nana. Panggilan akrab dari pembawa acara ternama yang juga alumnus Universitas Indonesia tahun 2000 jurusan ilmu hukum. Kendati lulusan sarjana hukum, dia lebih memilih terjun ke dunia jurnalistik.

            Ia bergabung dengan Metro TV sebagai salah satu stasiun televisi Indonesia untuk mengasah kemampuan jurnalistiknya. Pernah dianugerahi Penghargaan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dalam hal laporannya ketika menjadi reporter bencana tsunami di Aceh.  

            Ibrahim Sjarief Assegaf adalah nama suaminya yang berprofesi sebagai pengacara. Lalu, siapakah pria muda, ganteng yang berada di sampingnya itu? Saat ini pria tersebut sedang menempuh pendidikan S1 di Inggris.


#Day20AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita


Sabtu, 24 Oktober 2020

GUNDAH KARENA PULSA

 


Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 16.45 mestinya Dik Rizki, putri bungsu Bu Lisna, telah mendarat di Palangkaraya. Namun, hingga pukul 17.20 belum ada kabar. Dia agak risau. Loh, sudah beberapa menit kok belum ada kabar? Kenapa? Dia tulis pesan di whatsApp.

“Dik, sudah landingkah?”

Pesan itu tak terjawab pula. Ada apa ya? Bu Lisna tambah gundah.

Dia pelototi HP belum terjawab juga. Dia periksa lagi. Lohhh sepuluhan menit terakhir kok tak ada pesan di WA? Hehehe. Dirinya mulai tersenyum-senyum sendiri.

“Oalahhhh…” dirinya mulai sadar. Diambil HP suami. Dia buka grup keluarga. Ternyata sudah ada kabar bahwa putri tercinta telah sampai di Palangkaraya.

“Alhamdulillah,” ucapnya penuh syukur. Ternyata kabar belum ada karena dirinya kehabisan pulsa.




#Day19AISEIChallenge         #100katabercerita  

            #30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

            #warisanAISEI                       #pendidikanbercerita

 


Jumat, 23 Oktober 2020

Verba Volant, Scripta Monent


 

Verba volant, scripta monent. Peribahasa Latin ini terjemahan harfiahnya kata-kata yang diucapkan terbang menjauh, kata-kata tertulis tetap ada. Kudapatkan peribahasa itu dalam Catatan Mohammad Ihsan, CEO MediaGuru dan Gurusiana yang ditulis Garuda Indonesia Jakarta - Surabaya, 21 Oktober 2020. Menurut Pak Ihsan, beliau ingat peribahasa ini ketika menyimak sambutan Pak Nasruddin saat membuka kegiatan Penyusunan Buku Bunga Rampai GTK PAUD di Hotel Salak Bogor, Senin (19/10) lalu.

Kalau dipikir dan dirasakan benar juga peribahasa itu. Yang kita dengarkan atau diucapkan seseorang akan hilang dan terbang. Adapun yang dituiskan akan terdokumentasi dengan apik. Yuk, kita dokumentasikan apa yang kita kerjakan dan kita kerjakan apa yang kita dokumentasikan, serta jangan ada dusta di antara kita. Hadeh.

 

#Day18AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita

FOTO KENANGAN


 

Foto ini mengingatkan sahabat setia yang bertemu tahun 2007. Saat Lisna berada di maktab (hotel) di Mekkah telepon selulernya berdering. Mengabarkan bahwa dirinya adalah S. Maryono teman Ibu Nuriyah, tetangga Lisna. Beliau bermaksud menemui Lisna dan rombongan pada malam itu. Lisna mengira SM tinggal di Mekkah. Ternyata beliau tinggal di Kota Jeddah yang jaraknya lumayan jauh dari Mekkah. Kisaran 40-an km.

Malam itu Pak SM beserta istri membawa bakmi Jawa yang masih hangat beserta pukis yang masih hangat pula. Kok ya tahu-tahunya bahwa rombongan Lisna suka bakmi dan pukis hangat. Padahal sebelum pertemuan itu, sama sekali Lisna belum pernah ketemu. Dengar suara pun belum pernah.

Namun, menjelang keberangkatan ke tanah suci Bu Nursiyah titip pesan jangan kaget jika ada yang menghubungi saat di Mekkah. Ituah pertemuan pertama dengan keluarga SM. Menjelang kepulangan ke tanah air, saat berada di hotel di Jeddah rombongan Lisna dijemput ke apartemennya untuk dijamu masakan khas Jawa.

 

#Day17AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita

 

Rabu, 21 Oktober 2020

Salam Sehat Selalu Semua Sahabatku

Menanti antrean dokter sungguh tidak mengenakkan. Ada rasa bosan dan jenuh yang terasa. Untuk menghalaunya Lisna membawa alat tulis tuk menggoreskan jejak digital melalui pena.

Enaknya, kalau mau ketemu dokter datang pagi atau siang ya? Pagi, dokternya belum datang. Siang, antrean sudah terlalu panjang. Waduhhh, terus pilihan jatuh yang mana? Yang tentu, memilih selalu sehat dan sehat selalu. 

Salam sehat untuk kita semua.

TIGA PESERTA DAPAT HADIAH


 

Pemberian tak seberapa bisa amat bermakna. Sebagai contoh pemberian hadiah siang tadi. Sebagai ketua komunitas para guru mapel sejenis, Lisna diamanahi untuk selenggarakan kegiatan pemberdayaan MGMP. Kegiatan tersebut atas dukungan dana full dari Dinas Pendidikan Kabupaten. MGMP sama sekali tak keluar anggaran untuk kegiatan tersebut.

Sebagai ketua MGMP Bu Lisna mendapat hadiah buku dari narasumber. Buku itu amat menarik. Buku tersebut dia hadiahkan kepada peserta terbaik. Kebetulan beberapa peserta mendapatkan hasil maksimal untuk prates. Merekalah calon penerima hadiah sebagai peserta terbaik. Namun, penentunya bukan hanya nilai prates. Nilai proses pemberdayaan dalam arti nilai keaktifan juga ikut dipertimbangkan. Pada awal kegiatan telah diinfokan dengan harapan peserta berlomba untuk menjadi peserta terbaik. Hingga pemberdayaan usai pukul 14.00 peserta tetap berada di tempat untuk ikuti kegiatan. Akhir sesi diberikan hadiah kepada peserta terbaik dengan penilaian berbagai kriteria.

“Abah, tak boleh memilih peserta terbaik hanya dari kriteria paling cantik lhoooo” selorohnya pada narasumber.




Selasa, 20 Oktober 2020

PURA LUHUR ULUWATU

Sambil menyelam minum air. Atau sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Itulah peribahasa yang tepat saat kita menempuh perjalanan dinas sambil berwisata. Perjalanan dinas ke Bali selaku ketua MGMP dalam kegiatan Bimbingan Teknis Bantuan Peningkatan Karier Guru Dikdas Melalui KKG/MGMP/MGBP Tahap 5 yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK Kemendikbud Tahun 2016. Berjumpa dengan kawan-kawan seantero nusantara sungguh membawa kenangan istimewa.

            Berhubung acara ditutup malam hari, sementara penerbangan terjadwal sore hari berikutnya, praktis waktu dari pagi hingga sore bisa dimanfaatkan untuk berselancar mengarungi keindahan Pulau Dewata. Satu di antaranya adalah Pura Luhur Uluwatu yang terletak di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Wisatawan yang berkunjung ke Uluwatu dapat menyaksikan luasnya hamparan Samudera India dengan ombak menghantam kaki tebing. Selain itu, bisa menikmati indahnya pemandangan matahari terbenam tanpa ada halangan saat sunset.



 

#Day15AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita



 

Senin, 19 Oktober 2020

YUK, BERWISATA KE TEBING BREKSI


 

Ini kegiatan akhir tahun lalu bersama ibu-ibu grup piknik sekolah. Memang, di sekolah ada grup piknik? Grup piknik mandiri maksudnya. Ide dibuat bersama, biaya ditanggung bersama, bahkan konsumsi pun disiapkan bersama. Hanya dua objek yang dikunjungi. Pantai Sadranan dan Tebing Breksi.

Taman Tebing Breksi adalah salah satu lokasi cagar budaya. Tebing ini pada awalnya adalah lokasi tambang batu breksi yang menjadi sumber pendapatan warga. Namun, kemudian bertransformasi menjadi sebuah objek wisata di Jogya yang banyak disukai oleh wisatawan khususnya orang-orang yang menyukai petualangan.

            Jam operasional Tebing Breksi pukul 05.00 – 18.00. Waktu ideal berkunjung ke sana adalah pagi-pagi sekali menanti matahari terbit (sunrise) atau sore hari untuk menikmati panorama matahari tenggelam (sunset). Yuk, berwisata di daerah sekitar tuk mensyukuri anugerah Ilahi.

 

#Day14AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita






GRATIS TERBITKAN BUKU


 

Gratis terbitkan buku? Yang benerlah. Hari gini, ada yang gratis? Ikuti penuturan Bapak H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si. Beliau adalah dosen Akper Polri, Publisher, Penulis, telah menerbitkan 30 buku.

            Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) fokus membantu penulis menerbitkan buku berlisensi Barcode ISBN tanpa biaya. Yayasan tersebut didirikan atas inisiatif Bundo Kanduang (Almh) AKBP (P) Hj. Husna Darwis binti H. Dahlan, SH. Beliau mantan polisi wanita dan notaris yang berkantor di Bogor memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kegemaran membaca dan menulis keluarga besar Petokayo dan masyarakat.

            YPTD bertekad membantu para penulis memiliki master buku sebagai Mahkota seorang Jurnalis. Sejak dicanangkan tangal 19 Agustus 2020 telah membantu menerbitkan 36 buku para penulis.

            Alamat kantor YPTD adalah Perumahan Bumi Harapan Permai (BHP) Jl. Bumi Pratama VIII Blok A23 Kelurahan Dukuh RT 06 W 06 Jakarat Timur. Kode Pos 13550, Telp (021) 87799665 HP 08169932527. Email thamrindahlan@gamil.com. Website: terbitkanbukugratis.id

            YPTD menerima naskah buku penulis via email thamrindahlan@gamil.com. Lengkap dengan Judul, Daftar Isi, Cover depan belakang, dan Kata Pengantar. Ketentuan standar baku Buku terbitan YPTD:

a.     Ukuran A5

b.     Font 12

c.     Margin 1.5/1/1/1

d.     Huruf Time New Roman

e.     Spasi 1,5

f.      Ketebalan 150-200 buku

 

Buku terbitan YPTD lebih dari 150 halaman supaya postur buku gagah bisa berdiri di rak perpustakaan. Ketika buku tipis tak berpunggung, rasanya kurang sreg. Resep menulis menurutnya, satu hari minimal satu arikel dengan niat berbagi. Inspirasi tak kan pernah terputus ketika kepekaan naluri menuis melekat pada diri. YPTD siap membantu rekan guru menerbitan buku ber-ISBN buku perdana atau buku kesekian tanpa biaya.

Apakah kualitas tulisan masih menjadi pertimbangan dalam nenerbitkan buku di YPTD? Prinsip semua tulisan bagus selama bukan plagiat dan hoaks. Tujuan utama: bagaimana meningkatkan kualitas dna kuantitas literasi Indonesia.

Menulis bagi Pak Thamrin memiliki motto 3 pena: penasehat, penakawan, penasaran. Menulis untuk berbagi kebaikan. Metode yang digunakan adalah sekali duduk selesai. Jadi, jangan pernah meninggalkan artikel yang sedang digarap. Selesaikan kemudian posting. Posting ke sosial media dan seketika tulisan memiliki roh.

Menulis itu mudah. Beliau berkeyakinan semua orang bisa menulis.  Artinya ketika bisa berbicara atau bertutur maka otomatis bisa menulis. Menulis adalah proses sederhana memindahkan apa yang kita katakan ke laptop atau PC atau bahkan HP. Bahan ajar adalah materi untuk tulisan yang bisa dikemas menjadi tulisan ilmiah populer.

Menerbitkan buku itu mudah. Kirim naskah ke YPTD sesuai ketentuan maka buku akan berlisensi barcode ISBN segera terbit. Hanya memerlukan waktu 10 hari terhitung naskah diterima. Semua tanpa biaya. Tak ada penulis pemula karena tak ada penulis pengakhir.

Naskah fiksi atau cerpen tidak diseleksi. Ada aturan baku Penerbit Buku Indonesia yang ditulis di halaman judul: Hak cipta ada di penulis. Penerbit tidak bertanggung jawab atas isi tulisan.

YPTD turut berperan serta mengorganisir Gerakan Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Literasi Indonesia fokus menerbitkan buku. Buku adalah mahkota bagi seorang penulis. Secerdas dan sepintar apapun seseorang apabila belum menulis apalagi menerbitkan buku maka ilmunya sia-sia.

Komitmen YPTD membanu para penulis dari berbagai profesi untuk memiliki buku berlisesni ISBN tanpa biaya perlu dukungan semua pihak. Bersama kita membantu Pemerintah RI dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui profesi masing-masing.









 


Minggu, 18 Oktober 2020

LAUT MERAH yang TIDAK MERAH


 Pagi itu sehabis subuh tinggalkan kamar hotel menuju ke tepian Laut Merah. Meski ada rombongan, Lisna memilih jalan berdua. Udara pagi yang amat segar menambah kesegaran jiwa. Dengar-dengar dari obrolan semalam bahwa seratusan meter dari hotel terdapat Laut Merah. Wowww, ini momen yang tak boleh dilewatkan.

Keluar dari hotel berjalan ke arah kanan. Berpapasan dengan beberapa rombongan yang tampaknya juga penasaran tuk saksikan Laut Merah.

“Loh, kok lautnya tidak merah?” celotehnya. Ditertawakan sang suami yang menekuni bidang geografi.

Konon nama Laut Merah adalah karena memiliki karang merah yang melimpah. Namun, ada yang menerjemahkan gunung memantulkan sinar matahari merah saat matahari terbenam. Pantesan, di pagi hari Laut Merah tak tampak merah.


#Day13AISEIChallenge #100katabercerita   

#30hariAISEIbercerita #AISEIWritingChallenge   

#warisanAISEI #pendidikanbercerita    

Sabtu, 17 Oktober 2020

PANTAI KRAKAL

 

Yuk, berwisata ke Pantai Krakal, Gunung Kidul. Menurut beberapa sumber, pantai ini dulunya merupakan sebuah area yang letaknya berada di dasar laut. Tapi karena terjadinya proses alam yang dinamakan Epirogenesa Negatif, area yang berada di dasar laut akhirnya terangkat ke permukaan dan membentuk daratan.

Kata “krakal” adalah kosakata Jawa yang berarti batu karang. Memang, di pantai tersebut ada dua batu karang super besar yang secara langsung menjadi pembatas dengan pantai di sebelahnya. Dua karang itu menjadi daya tarik dan ciri khas Pantai Krakal. Di salah satu batu karangnya dibangun sebuah tugu atau monumen yang berbentuk ikan.

 

#Day12AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita   

 

 



SAHABAT SETIA


 

Sahabat sejati adalah seorang teman yang selalu ada untukmu saat susah maupun senang. Ia akan selalu menyemangati dan mendukungmu dalam kehidupan. Tertawa bersama hingga sedih bersama sudah menjadi barang tentu dalam persahabatan.

Sahabat sejati bisa kita temukan di mana-mana. Baik di dunia maya maupun dunia nyata. Di kala kita sedang ada rasa gundah, kehadiran sahabat sejati amat berarti. Di saat kita dalam kondisi lupa, sahabat sejati bisa mengingatkan. Di kala kita dalam posisi bengkok sahabat sejati bisa bantu meluruskan.

Dukungan doa dan motivasi mengalir saat asa hampir pupus. Dalam situasi terpuruk mereka selalu hadir tuk menghibur. Sungguh sahabat semua adalah sahabat sejatiku. Terima kasih Sahabat terbaikku.

 

#Day11AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita   

 

Kamis, 15 Oktober 2020

AKU DATANG, RUMAH TERCINTAAA

 


Memasuki rumah pertama kali malam ini begitu berarti. Rasanya masuk ke syurga yang amat nyaman. Setelah ditinggalkan selama empat hari tak bertegur sapa dengan rumah tercinta  beserta isinya meski sederhana, tapi memesona.

Ya Allah, kenapa kemarin-kemarin hamba kurang mensyukuri tingal di rumah yang amat nyaman ini? Bukan bangunannya yang megah. Buka pula perabotan rumah tangga yang mewah. Karena memang tak ada bangunan megah dan tak ditemukan barang mewah di rumah ini. Namun, ketenangan dan kenyamanan kan kutemukan di rumah sederhana ini.

Memang ke mana selama ini? Empat hari bukan waktu yang lama lho. Biasanya tugas dinas pernah sepekan, sepuluh hari, atau bahkan lebih. Mengapa saat tugas dinas tak sebegitu rindu pada rumah sederhana tapi nyaman ini?

Wowwww, ini beda Sis and Bro. Perjalanan dinas itu ada canda dan cengkerama bersama kawan seantero nusantara. Di rumah sakit? Memang sih, ditunggui oleh orang-orang tercinta. Namun, tindakan-tindakan medis yang akan dilakukan itu yang membuat miris.

Tindakan pertama, berupa CT scan contrass. CT scan polos telah dibawa dari rumah sakit yang memberi rujukan ke rumah sakit ini. Konon, cerita dokter CT scan jenis ini lebih jelas gambarnya serta berwarna dan bisa untuk mendeteksi lebih detail.

CT scan (Computed tomography scan) adalah posedur pemeriksaan yang menggunakan komputer dan mesin X-ray. Mesin ini bergerak memutari tubuh untuk menghasilkan serangkaian gambar dan struktur jaringan pada tubuh. Gambar hasil CT scan lebih detail daripada rontgen biasa.

CT scan bekerja dengan cara penyinaran sinar-X pada berbagai sudut, lalu membentuk gambar tiga dimensi dari bagian tubuh yang diperiksa. Komputer mengolah gambar dari sinar-X itu untuk menghasilkan citraan tiga dimensi yang menunjukkan kondisi organ yang dipindai. CT scan merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat bermanfaat bagi dokter untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk melihat perdarahan, patah tulang, dan tumor di berbagai organ tubuh mulai dari kepala hingga tangan dan kaki.

Biaya CT berkisar mulai Rp1.000.000,00 hingga lebih dari Rp3.500.000,00. Disarankan menyiapkan dana lebih 20-30% untuk biaya yang tak terduga.

Tindakan medis pada hari ketiga adalah bronkoskopi. Tindakan medis ini cukup membuat keder. Apalagi, dirinya telah browsing untuk mengetahui apa sebenarnya tindakan medis tersebut. Untuk melihat alatnya saja sudah cukup bergidik. Apalagi, membayangkan alat berwarna hitam, panjang disertai dengan kamera yang dimasukkan lewat rongga mulut. Duh Gusti jangan sampai keluarga, sahabat-sahabat serta rekan kami mengalami tindakan seperti ini. Cukuplah diri ini yang mengalami. Ini sebuah tindakan yang cukup mendebarkan. (ataukah ini hanya ilustrasinya yang terbang ke angkasa?).

Seorang dokter spesialis dengan dibantu beberapa residen atau PPDS bekerja dengan sigap. Meski sudah dibius, semua kerja dokter terdengar dengan jelas. Untungnya, mata ditutup rapat sehingga tak dapat melihat aktivitas dokter saat lakukan tindakan. Akhirnya bronkoskopi dilalui dengan selamat.

Hari berikutnya berupa biopsi. Biopsi adalah prosedur untuk memeriksa spesimen dari bagian tubuh yang bermasalah. Tes ini lebih akurat daripada CT scan atau MRI. Apakah biopsi justru memicu pertumbuhan sel kanker? Menurut Konsulen Hematologi dan Onkologi dr. Jeffrey Tenggara, S.PD-KHOM, bukan biopsi yang memicu pertumbuhan sel kanker, namun keterlambatan pasien dalam mendeteksi dini adanya perubahan di tubuhnya.

Menurut Jeffrey, mitos-mitos yang berkembang bahwa biopsi menyebabkan sel kanker berkembang, membuat pasien terlambat mendapatkan penangan sesegera mungkin. Padahal, sel kanker umumnya berkembang biak dengan sangat cepat dan tidak boleh ditunda penanganannya.

Dalam hal ini bukan pengetahuan tentang biopsi yang dia permasalahkan. Namun, tindakan biopsi yang membuatnya kebelet pipis. Sekitar 30 menit pertama berada di dalam ruang tindakan seolah dibiarkan saja. Katanya untuk mendeteksi secara presisi sesuatu yang dicari. Tiga puluh menit berikutnya alat diarahkan seolah berputar di sekitaran punggung. Tengkurep dalam waktu dua jam tanpa boleh bergerak di ruangan amat dingin tentu melelahkan.

Jarum disuntikkan lewat punggung, dilihat, digeser, dipindah tempat untuk mencari lokasi yang betul-betul presisi. Berkali-kali jarum ditusukkan semakin menambah kebelet pipis. Instruksi dokter semakin menambah miris.

“Ayo rileks Buuu. Jangan bergerak. Tenaaaanggg, jangan bergerakkk. Kalau bergerak akan semakin lamaaa. Kalau tak berhasil harus mondok lebih dari sepuluh hariii….” Dan berbagai kalimat motivasi lain yang menambah semangat untuk bangkit dan lakukan terbaik untuk bisa segera sembuh total. Bismillah, semoga Allah memberi kesembuhan. Aamiin3.

Ada hal yang sangat membantu menumbuhkan semangat dan motivasi pada diri. Komunikasi dan dukungan semangat serta doa-doa dari para sahabat dan handai taulan itulah motivasi yang sangat berarti. Terima kasih para sahabat yang tak lelah memberi motivasi selama diri dalam perawatan. Jasa teman-teman yang selalu memotivasi adalah energi yang luar biasa bagi diri ini. Terima kasih para sahabat tercinta.

Bahkan, ada satu grup komunitas yang hari-hari ini penuh berisi dukungan doa dan motivasi. Terima kasih sahabat-sahabat tercinta semuanya. Terima kasih pula rumah sederhana yang telah menanti kedatanganku malam itu dengan sepenuh hati.

Satu lagi yang kugarisbawahi. Ini BUKAN covid dan BUKAN penyakit menular lhooo. Bagitulah kata dokter. Makanya di rumah sakit bisa ditunggui beberapa orang.

 

#Day10AISEIChallenge         #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita   

 


SAYA SAKIT APA, DOK?

 


Terkadang sebuah atau beberapa kejutan terjadi dalam hidup ini. Semua orang pun tentu pernah mengalami kejutan entah kejutan yang bermakna mengembirakan maupun kurang mengembirakan. Apapun kejutan-kejutan yang diterima harus dijalani dengan penuh rasa syukur. Karena Sang Maha Pencipta tentu telah menyiapkan skenario terbaik untuk hamba-Nya.

Apakah semua dapat menerima kejutan itu dengan penuh rasa syukur? Belum tentu. Dia pun seperti itu. Sejak konsultasi dokter di rumah Sakit Indriati Solo Baru dirinya merasa mendapat kejutan-kejutan. Kejutan pertama, saat ada advis dokter untuk lakukan rontgen. Rontgen? Ada apa dengan dirinya? Namun, prosedur rekomendasi dokter pun diikuti dengan baik.

Ada hal yang menggembirakan saat konsultasi di rumah sakit tersebut. Gedung rumah sakit yang amat luas dan megah dengan pasien tak terlalu banyak menyebabkan pasien tak merasa “ngeh” kalau dirinya di rumah sakit. Bahkan, saat dia mengunggah foto di medsos, teman-temannya mengira jalan-jalan di mall. Kostum yang dikenakan seragam kantor plus perangkat alat tulis berupa laptop serasa bukan pasien. Memang dirinya merasa bukan pasien. Anggap saja di situ rasa di tempat kerja.

Namun, tindakan medis berikutnya berupa TCM dan CT SCAN yang membuat dirinya mulai agak keder.

“Ada apakah dengan diri saya, Dok?” Dia menyangsikan advis dokter untuk lakukan biopsi setelah ct scan. Dia selalu katakan kepada sang dokter bahwa dirinya baik-baik saja. Tak ada keluhan berarti kecuali batuk dan kadang lambung terasa begah.

“Tapi, bukan covid kan, Dok?” tanyanya penasaran setelah hasil lab menyatakan TB nondetektif. Waduh, kalau Covid bagaimana ya? Na’udzubillahi min zalik, doanya dalam hati.

Sang dokter terseyum.

“Ibu, kalau ibu kena covid gak mungkin jalannya seperti ibu,” jawaban dokter itu mengingatkan hal yang dapat meneguhkan rasa syukurnya. Ciri khasnya kalau berjalan termasuk cepat. Para siswa dan teman-temannya dapat mengetahu dirinya dari cara berjalan saja. Cepat, dengan suara sepatu agak keras.

“Terus, apa Dok?” penasarannya kian manjadi. TB bukan, Covid bukan. Asam lambung bisa jadi ya. Dia menduga-duga sendiri.

“Ya Allah, jika pun diri ini harus mendapat anugerah sakit, semoga sakit yang ringan-ringan saja. Sakit ringan yang dapat menambah nikmat rasanya orang sehat. Andai dirinya diganjar sakit, semoga sakit yang dapat menggugurkan dosa-dosanya dan bisa meneguhkan rasa syukurnya kepada Sang Mahakuasa.

“Kenapa harus biopsi, Dok?”

“Untuk menegakkan dugaan apa sebenarnya,” dokter melirik dirinya. Dia merasa sang dokter ingin mengatakan sesuatu, tetapi ditahan-tahan. Jadinya tambah penasaranlah dirinya.

Sepekan kemudian dirinya dengan diantar suami dan ananda tercinta berangkat ke rumah sakit rujukan. Menemui dokter yang dia pilih, bukan waktu yang singkat. Meski di poli Cendana yang konon katanya pelayanan lebih cepat dibanding poli umum, ternyata tetap sama. Relatif lama. Andai bukan karena advis dokter, dirinya enggan melakukannya.

Dari rumah telah menyiapkan mental untuk lakukan biopsi hari itu juga. Antara galau dan cemas. Berusaha untuk pasrah. Namun, ada kejutan setelah bertemu sang dokter yang dicari.

“Harus opname ya, kalau mau cepat. Jika rawat jalan harus dijadwalkan dan perlu waktu berbulan-bulan.”

“Opname, Dok?” Duh, Gusti ada kejutan apa lagi ini? Tak terasa meleleh air bening dari matanya. Terbayang agenda pekan itu yang telah tersusun rapi ambyar sudah. Hari itu mestinya ada pertemuan di Dinas Pendidikan. Hari berikutnya ada agenda mengajar. Juga ada agenda menghadiri undangan acara pernikahan. Namun, jika dituruti agenda selalu ada setiap hari.

Sudahlah tak perlu memikirkan agenda yang telah tersusun rapi. Cukup menyiapkan mental untuk menginap di ruah sakit. Jika hari-hari sebelumnya menginap di hotel, kini harus merasakan menginap di rumah sakit.

“Ya Allah, berilah kekuatan diri hamba untuk menerima apapun yang akan terjadi. Mohon jaga hati untuk tetap mensyukuri apapun yang terjadi. Jaga lisan ini untuk tidak mengeluarkan sebuah keluh yang dapat mengurangi rasa syukur. Tolonglah hamba untuk selalu berprasangka baik kepada siapapun. Aamiin3.”


#Day9AISEIChallenge           #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita