Pagi itu Tom Gembus yang baru berusia tiga tahun ikut
ke sekolah Lady Cempluk yang notabene guru sebuah SMP di Kartasura. Hal ini
dikarenakan eyang yang biasa mengasuh ada urusan ke Yogyakarta. Biasanya dalam
situasi seperti itu Tom Gembus dimasukkan sekolah (dititipkan) di TPA (Tempat
Penitipan Anak). Namun, dari rumah Tom Gembus telah rewel tak mau dititipkan.
Alhasil,
setelah mengajar dua jam pelajaran, Lady Cempluk pulang untuk menanti Tom
Gembus diantar eyangnya untuk kemudian diajak ke sekolahnya. Sebelum berangkat bersama
Tom Gembus dengan naik grap, Lady Cempluk telah membawa sesajen berupa aneka
buah-buahan dan dua botol yogurt. Ada buah papaya, mangga, jambu kristal,
nanas, dan anggur ijo. Harapan Lady Cempluk, waktu ditinggal mengajar Tom
Gembus tidak rewel.
Benar,
prediksi Lady Cempluk. Tom Gembus tidak rewel. Dia asyik mengkonsumsi bekal
berupa aneka buah dan yogurt. Beberapa kawan Lady Cempluk yang dengan telaten
menemani dan menghibur Tom Gembus membuat dia senyam-senyum serta tak rewel
minta pulang.
Di tengah-tengah jam mengajar Cempluk sesekali
nyambangi sang cucu. Dia bersyukur cucunya dalam kondisi aman terkendali.
Namun, sebuah penawaran dia sampaikan kepada sang cucu.
“Adek mau ikut Eyang Bunda ke kelas?” yang dijawab
dengan “iya” disertai sebuah senyum dikulum.
Di kelas Cempluk, tampak sekali muridnya terhibur
dengan kedatangan seorang bocah berumur tiga tahun yang imut dan bertubuh
gempal. Senyum malu sering dipamerkan sang bocah.
Waktu istirahat tiba, di ruang guru Gembus menjadi
pusat perhatian kawan-kawan Cempluk. Ada yang memberi pisang goreng, roti, dan
aneka jajanan yang dipunya. Bahkan, ada seorang bapak yang diam-diam keluar
ruang guru untuk membelikan es krim.
Anak mana yang tak suka es krim? Begitu pula Tom
Gembus. Langsung menyambar dan menghabiskan es krim pemberian John Koplo.
Bertambah lagi senyam-senyum Gembus karena mendapat sesajen baru.
Waktu jam terakhir (jam kedelapan), sepenuhnya Cempluk
berada di kelas untuk mengajar. Dia pede, pasti cucunya mandali (aman dan
terkendali). Tak ada suara ribut dan suara tangis yang ia dengar.
Saat bel pulang terdengar, dia mengakhiri pelajaran
dan meminta siswanya berdoa terlebih dahulu. Dia tinggalkan ruang kelas. Namun,
betapa kagetnya dia karena melihat Gembus telah digendong oleh seseorang yang notabene
penjual di kantin. Hatinya mulai was-was sehingga dia mempercepat langkah.
“Loh, Adek kenapa? Kok keluar ruangan?” Cempluk
bertanya.
“Iya, Adek kesendirian,” jawan Koplo sambil senyum
dikulum.
Owalahhh… ternyata Adek kesendirian to? Makanya
keluar. Kirain takut dan rewel trus nyari eyang. He333 ternyata kesendirian to?

Oh, kesepian maksudnya?
BalasHapusYup, itu maksudnya. Tapi kosakata belum nyampai. He333
BalasHapus