Minggu, 14 September 2025

CUACA ESKRIM

    
    Sore itu Lady Cempluk ikut senam bersama di rumah Tom Gembus. Biasa Sabtu sore agenda senam bersama para lansia untuk meningkatkan kebugaran. Agenda mingguan yang tak dapat diganggu gugat serta membawa banyak manfaat.

            Ada hal menarik yang dialami Lady Cempluk sore itu. Biasanya senam dimulai pukul 16.00. Namun, sore itu pukul 16.00 sudah berlalu, sang instruktur belum hadir. Maklum, instruktur rumahnya lumayan jauh. Biasanya jika terlambat begini alasannya macet.

Nah, kesempatan itu digunakan oleh Lady Cempluk untuk naik ayunan. Biasa, masa kecil kurang bahagia menyebabkan dia senang memanfaatkan ayunan yang sangat kokoh dan tidak membahayakan bagi penggunanya meski dua pengguna berbadan besar.

Lady Cempluk yang belum begitu mengenal Gendhuk Nicole bertegur sapa ala kadarnya. Termasuk kunjungannya kemarin ke dokter tak luput dari ceritanya kepada sang kawan baru.

“Bu Cempluk, saya kemarin ke dokter … katanya kulit saya yang bentol-bentol ini (sambil memperlihatkan tangan bekas bentol-bentol) karena … ehmm ehmmm apa ini … eskrim yang tidak enak,” katanya sambil menunjuk kanan kiri atas (mungkin maksudnya menunjuk udara).

“Ehm… apa ini? Ini lho Bu…. Cuaca. Oh ya, cuaca eskrim,” lanjutnya.

Lady Cempluk mulai agak bingung. Ehm … eskrim yang tidak enak? Menurutnya eskrim itu enak deh. Trus, dia menduga-duga. Terkait cuaca, kok es krim? Cempluk mulai menemukan titik terang ketika Nicole menyebut perubahan … panas … dingin … pergantian … yang amat cepat.

“Mungkin maksudnya cuaca ya Ndhuk …?” lanjutnya. Gendhuk Nicole pun mulai manggut-manggut. Ia merasa mendapat angin segar sehingga eemuka istilah baru pemberitahuan sang dokter.

“Maksudnya cuaca ekstrim?” tebak Lady Cempluk to the point. Sebenarnya Cempluk gemesss mendengar eksrim, eskrim dari tadi.

“Nah, betul Bu, itu. Itu betul. Ap aitu tadi Bu? Es … es… es… apa? Eh ekstrim ya?” kata Gendhuk Nicole mantap sambil cengar-cengir. “Itu yang menyebabkan kulit saya menjadi gatal dan bentol-bentol Bu.”

Lady Cempluk senyum-senyum sendiri. Dalam hati dia tertawa ngakak, namun tak berani mengekspresikan tawanya, khawatir menyinggung perasaan Nicole.

“Owalahhhhh lah wong ekstrim kok jadi es krim. Makanya, es krim kok tidak enak. Oh, Nicole … Nicole.” Cempluk hanya berani membatin.

Senam pun berakhir. Sepanjang perjalanan pulang Cempluk senyum-senyum sendiri teringat EKSTRIM dan ES KRIM. Bahkan, ekspresi sang ibu bernama Genduk Nicole itu terbayang jelas. Senyumnya pun terbawa hingga dia memasuki rumah dan ditegur oleh Jon Koplo, suaminya.


 

2 komentar: