Ada
hal menarik yang dialami Lady Cempluk sore itu. Biasanya senam dimulai pukul
16.00. Namun, sore itu pukul 16.00 sudah berlalu, sang instruktur belum hadir.
Maklum, instruktur rumahnya lumayan jauh. Biasanya jika terlambat begini
alasannya macet.
Nah, kesempatan itu digunakan oleh Lady Cempluk untuk naik
ayunan. Biasa, masa kecil kurang bahagia menyebabkan dia senang memanfaatkan ayunan
yang sangat kokoh dan tidak membahayakan bagi penggunanya meski dua pengguna
berbadan besar.
Lady Cempluk yang belum begitu mengenal Gendhuk Nicole
bertegur sapa ala kadarnya. Termasuk kunjungannya kemarin ke dokter tak luput
dari ceritanya kepada sang kawan baru.
“Bu Cempluk, saya kemarin ke dokter … katanya kulit
saya yang bentol-bentol ini (sambil memperlihatkan tangan bekas bentol-bentol) karena
… ehmm ehmmm apa ini … eskrim yang tidak enak,” katanya sambil menunjuk kanan
kiri atas (mungkin maksudnya menunjuk udara).
“Ehm… apa ini? Ini lho Bu…. Cuaca. Oh ya, cuaca
eskrim,” lanjutnya.
Lady Cempluk mulai agak bingung. Ehm … eskrim yang
tidak enak? Menurutnya eskrim itu enak deh. Trus, dia menduga-duga. Terkait
cuaca, kok es krim? Cempluk mulai menemukan titik terang ketika Nicole menyebut
perubahan … panas … dingin … pergantian … yang amat cepat.
“Mungkin maksudnya cuaca ya Ndhuk …?” lanjutnya.
Gendhuk Nicole pun mulai manggut-manggut. Ia merasa mendapat angin segar
sehingga eemuka istilah baru pemberitahuan sang dokter.
“Maksudnya cuaca ekstrim?” tebak Lady Cempluk to
the point. Sebenarnya Cempluk gemesss mendengar eksrim, eskrim dari tadi.
“Nah, betul Bu, itu. Itu betul. Ap aitu tadi Bu? Es …
es… es… apa? Eh ekstrim ya?” kata Gendhuk Nicole mantap sambil cengar-cengir.
“Itu yang menyebabkan kulit saya menjadi gatal dan bentol-bentol Bu.”
Lady Cempluk senyum-senyum sendiri. Dalam hati dia
tertawa ngakak, namun tak berani mengekspresikan tawanya, khawatir menyinggung
perasaan Nicole.
“Owalahhhhh lah wong ekstrim kok jadi es krim.
Makanya, es krim kok tidak enak. Oh, Nicole … Nicole.” Cempluk hanya berani
membatin.
Senam pun berakhir. Sepanjang perjalanan pulang
Cempluk senyum-senyum sendiri teringat EKSTRIM dan ES KRIM. Bahkan, ekspresi
sang ibu bernama Genduk Nicole itu terbayang jelas. Senyumnya pun terbawa
hingga dia memasuki rumah dan ditegur oleh Jon Koplo, suaminya.

He3 cuaca ekrim?
BalasHapusIya. Tapi sebenarnya ekstrim loh. He3
Hapus