Sabtu, 07 Agustus 2021

RENUNGAN QS AL MAIDAH: 83 (RABBANA 33)

 



Kajian diawali dengan Kisah Hanzhalah:

Hanzhalah menikahi Jamilah bin Abdullah bin Ubay bin Salul. Pada suatu peperangan, Hanzhalah menebas banyak kaum kafir. Namun, akhirnya Hanzhalah terbunuh. Ketika akan dikuburkan, muncul air menetes dari tubuhnya. Malaikat memandikan Hanzhalah dari mendung karena Hanzhalah belum sempat mandi junub tersebab begitu mendengar seruan berjihad langsung berangkat.

 

QS Al Maidah: 83

Bagaimana memaknai dan menyadari hati dan pikiran kita dalam doa agar mustajab. Kalau ingin doa mustajab harus datang dari hati yang yakin.



Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)

 

Pelajaran dari Surat Al Maidah: 83

1.     Doa ini memiliki asbabunnuzul. Asbabunnuzul : 83-84 petani Afrika (Habasyah ke kota Madinah). Rasulullah di Madinah membaca Alquran mereka menitikkan air mata kemudian mereka beriman.

2.     Jangan pernah menyerah untuk menyeru kebaikan kepada orang-orang di sekitar, karena bisa jadi dengan sesuatu yang tak pernah kita duga, bisa membuat seseorang beriman kepada Allah. 

3.     Salah satu yang paling berat dalam kehidupan ini adalah bagaimana kelak kita dimasukkan ke dalam orang-orang yang menyaksikan kebenaran firman-Nya dan kebenaran risalah yang dibawa oleh Rasulullah.

Kisah Abu Thalib: ketulusannya tak diragukan, pelindung Rasulullah, dimusuhi karena berada di pihak Rasulullah. Namun, bukan berarti beliau mengimani Rasululullah. Ketika di akhir hayat diminta Rasulullah untuk mengucapkan laa ilaaha illallah. Abu Thalib tak mengimani Rasulullah. Abu Thalib ikut bisikan Abu Jahal.

Orang yahudi itu pintar. Zaman Rasulullah orang yahudi pintar dan tahu bahwa nabi terakhir adalah Muhammad. Namun, kepintaran mereka belum tentu berbuah keimanan, bahkan berujung pada penyelewengan. Orang pintar belum tentu sampai persaksian Rasulullah sebagai rasul terakhir. Orang nashara baik, tetapi tidak mengantarkan persaksian Rasulullah sebagai rasul. Mereka menolak Rasulullah, meskipun mereka mengimani saudara Rasulullah, yakni Nabi Isa. Orang pintar dan baik belum tentu mengantarkan persaksian Rasulullah.

“Orang yang baik dan pintar belum tentu akan menjadi orang-orang yang masuk ke dalam golongan syahid atau orang-orang yang menyaksikan kebenaran Alquran dan risalah dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.”



Kisah:

Abdurrahman bin Muljam terkenal salih dan pernah dikirim ke Mesir untuk mengajarkan kitab. Terkenal kebaikan dan keshalihannya. Singkat cerita, dia berkenalan dengan wanita bernama Khitam. Abdurrahman bin Muljam melamar Khitam. Khitam menerima lamaran Abdurrahman bin Muljam dengan memberikan syarat, di antaranya darah Ali bin Abi Thalib.

Ketika itu, dia (Abdurrahman bin Muljam) menerima syarat dari Khitam. Hal itu menunjukkan kepada kita betapa pentingnya kita berdoa. Berdoa kepada Allah karena Beliaulah yang mampu membolak-balikkan hati manusia.

Kita juga bisa mengambil pelajaran dari kisah Saad bin Abi Waqash. Beliau adalah salah satu di antara sahabat yang paling mustajab doanya. Jika sudah mengangkat tangan (berdoa) pasti dikabulkan doanya. Ketika ada pertentangan antara Ali dan Mu’awiyah, beliau tak memberi dukungan kepada Ali dan Mu’awiyah. Beliau berada di tengah-tengah atau di pihak netral.

Mudah jika Allah telah mengirimkan hidayah. Allahlah yang membolak-balikkan hati manusia. Kita tak tahu apa yang akan terjadi hari esok.



Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang shaleh?"





2 komentar:

  1. Semoga mjd pelajaran kita..istiqomah dlm ketaatan kpd Allah dan terus berupaya maksimal dlm berbuat baik kpd sesama

    BalasHapus