Kamis, 23 Oktober 2025

REZEKI DAN KETENANGAN JIWA

 


Disarikan dari Video Sonny Abi Kim


Bagaimana menata batin supaya tenang dan tenteram dalam urusan rejeki? Good feeling akan menjadikan  great action, kemudian hasilnya exponencial.

Rejeki gak bisa diambil orang lain. Prinsip ini bisa mendatangkan ketenteraman. Rejeki itu bukan tentang banyak atau sedikit, tetapi tentang lapang atau sempit. Kelapangan itu berkenaan dengan kualitas. Sedikit bisa melapangkan, banyak bisa menyempitkan, atau sebaliknya. Yang bikin lapang itu bukan urusan banyak/angka.

Allah itu Arrazaak, Allah lah yang memberi rejeki. Allah yang menjamin rejeki. Believe itu sangat penting. Misal tukang becak ingin ke tanah suci, tak putus asa. Dia berupaya dalam doa dan berupaya dengan ikhtiar. Meski kalua dilogika tampak tidak mungkin, namun kenyataan sangat mungkin dia dapat merealisasikan niatnya. Rejeki di sini bukan persoalan angka tetapi keberkahan. Dalam mengejar rejeki jangan hanya mengejar banyak, tapi kejarlah berkah atau keberkahan.

Allah punya banyak jalan untuk membuka rejeki atau menutup rejeki. Libatkan Allah dalam setiap langkah menjemput rejeki.Pastikan halal, caranya benar, banyak maslahat bagi banyak orang.

Sibukkan semua yang kita usahakan menjadi amal shalih. Ada nasihat berikut, “Aku tahu rizkiku tak akan diambil orang lain. Amalku tak akan dikerjakan orang lain. Tak perlu cemas berlebihan.”

Rizki bukan apa yang kita miliki, tapi apa yang kita nikmati. Misal gaji sama, kenikmatan bisa berbeda. Rizki adalah jaminan/ketetapan. Sikap kita yang akan menentukan seberapa berkah rejeki yang kita dapat. Ada yang gajinya 100 juta/bulan tapi Allah membatasi rizki dengan nikmat berkurang. Misal tak diperbolehkan makan yang enak-enak, manis-manis, asin-asin, dll. Kasur yang empuk bisa kita beli, tapi tidur nyenyak itu rizki.

Rizki merupakan nikmat yang dirasa. Bisa saja saldo rekening milyaran, umur habis tak sempat menikmati apa yang dihimpun dengan kerja keras dengan berangkat pagi pulang malam.

Berdasarkan hadits, rizki/ harta itu ada tiga:

1.     Apa-apa yang kita makan sampai habis

2.     Apa-apa yang kita pakai sampai usang

3.     Apa-apa yang kita sedekahkan (yang abadi menjadi milik kita secara utuh)

Keberkahan itu yang menyejukkan hati. Kerja keras, berangkat pagi, pulang malam kok berasanya kurang terus itu namanya keberkahannya kurang. Jangan-jangan berkahnya yang hilang. Sedikit waktu yang untuk keluarga. Sedikit waktu untuk Allah. Sibuk gak ada waktu, panggilan shalat gak ada waktu. Terburu-buru. Gak sempat shalat. Sulit menikmati momen hidup. Dikejar-kejar takut kekurangan, menyesakkan dada. Tekanan pekerjaan. Keluarga harusnya menyejukkan malah menambah beban.

Amat penting seakan-akan hilang: sumber daya alam melimpah, namun anak tak tumbuh sebagaimana mestinya. Berkah ilmu yang hilang, tatanan masyarakat lemah dalam banyak aspek.

Semua yang kita lakukan, apa yang kita miliki sia-sia kecuali akhirat tujuan kita. Masyarakat kita hari ini monicsociety, maksudnya masyarakat yang buru-buru, serba cepat, impulsive, posesif. Manusia memang bersifat tergesa-gesa. Seolah-olah ada berkah yang hilang

Menurut KBBI, berkah adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Berkah merupakan nikmat yang terus bertumbuh, berkembang mendatangkan kebaikan yang tak terputus. Usia yang berkah bergantung pada kebaikan yang bisa dihadirkan. Bisa jadi seseorang usianya pendek, namun kebaikan yang dihadirkan Panjang. Itulah yang dimaksud usia yang berkah.

Uang  bukan tentang jumlah, tetapi manfaat. Hidup berkah adalah seberapa mampu berkontribusi mengantarkan ke surga. Berkah itu lebih dari sekadar sukses. Nikmatnya tetap, di dunia bernilai. Jangan cuma ngejar banyak, tapi kejar berkah. Dunia merupakan jembatan saja. Berkah adalah sesuatu yang menambah ketaatan kepada Allah.

Bergeraklah dengan hati yang damai. Ada yang khawatir ketika menjemput rejeki. Untuk menjemput rejeki ada upaya prasyarat, tetapi proses penting agar berkah hadir. Upaya ikhtiar fisik dengan akal, disempurnakan dengan hati. 


1 komentar: