Disarikan dari Video Sonny Abi Kim
Bagaimana menata batin supaya tenang dan
tenteram dalam urusan rejeki? Good feeling akan menjadikan great action, kemudian hasilnya exponencial.
Rejeki gak bisa diambil orang lain. Prinsip
ini bisa mendatangkan ketenteraman. Rejeki itu bukan tentang banyak atau sedikit,
tetapi tentang lapang atau sempit. Kelapangan itu berkenaan dengan kualitas. Sedikit
bisa melapangkan, banyak bisa menyempitkan, atau sebaliknya. Yang bikin lapang itu
bukan urusan banyak/angka.
Allah itu Arrazaak, Allah lah yang memberi
rejeki. Allah yang menjamin rejeki. Believe itu sangat penting. Misal tukang
becak ingin ke tanah suci, tak putus asa. Dia berupaya dalam doa dan berupaya
dengan ikhtiar. Meski kalua dilogika tampak tidak mungkin, namun kenyataan
sangat mungkin dia dapat merealisasikan niatnya. Rejeki di sini bukan persoalan
angka tetapi keberkahan. Dalam mengejar rejeki jangan hanya mengejar banyak, tapi
kejarlah berkah atau keberkahan.
Allah punya banyak jalan untuk membuka rejeki
atau menutup rejeki. Libatkan Allah dalam setiap langkah menjemput rejeki.Pastikan
halal, caranya benar, banyak maslahat bagi banyak orang.
Sibukkan semua yang kita usahakan menjadi
amal shalih. Ada nasihat berikut, “Aku tahu rizkiku tak akan diambil orang lain.
Amalku tak akan dikerjakan orang lain. Tak perlu cemas berlebihan.”
Rizki bukan apa yang kita miliki, tapi apa
yang kita nikmati. Misal gaji sama, kenikmatan bisa berbeda. Rizki adalah jaminan/ketetapan.
Sikap kita yang akan menentukan seberapa berkah rejeki yang kita dapat. Ada yang
gajinya 100 juta/bulan tapi Allah membatasi rizki dengan nikmat berkurang.
Misal tak diperbolehkan makan yang enak-enak, manis-manis, asin-asin, dll. Kasur
yang empuk bisa kita beli, tapi tidur nyenyak itu rizki.
Rizki merupakan nikmat yang dirasa. Bisa
saja saldo rekening milyaran, umur habis tak sempat menikmati apa yang dihimpun
dengan kerja keras dengan berangkat pagi pulang malam.
Berdasarkan hadits, rizki/ harta itu ada tiga:
1. Apa-apa
yang kita makan sampai habis
2. Apa-apa
yang kita pakai sampai usang
3. Apa-apa
yang kita sedekahkan (yang abadi menjadi milik kita secara utuh)
Keberkahan itu yang menyejukkan hati. Kerja
keras, berangkat pagi, pulang malam kok berasanya kurang terus itu namanya
keberkahannya kurang. Jangan-jangan berkahnya yang hilang. Sedikit waktu yang untuk
keluarga. Sedikit waktu untuk Allah. Sibuk gak ada waktu, panggilan shalat gak
ada waktu. Terburu-buru. Gak sempat shalat. Sulit menikmati momen hidup.
Dikejar-kejar takut kekurangan, menyesakkan dada. Tekanan pekerjaan. Keluarga harusnya
menyejukkan malah menambah beban.
Amat penting seakan-akan hilang: sumber
daya alam melimpah, namun anak tak tumbuh sebagaimana mestinya. Berkah ilmu yang
hilang, tatanan masyarakat lemah dalam banyak aspek.
Semua yang kita lakukan, apa yang kita miliki
sia-sia kecuali akhirat tujuan kita. Masyarakat kita hari ini monicsociety, maksudnya
masyarakat yang buru-buru, serba cepat, impulsive, posesif. Manusia memang bersifat
tergesa-gesa. Seolah-olah ada berkah yang hilang
Menurut KBBI, berkah adalah karunia Tuhan yang
mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Berkah merupakan nikmat yang
terus bertumbuh, berkembang mendatangkan kebaikan yang tak terputus. Usia yang berkah
bergantung pada kebaikan yang bisa dihadirkan. Bisa jadi seseorang usianya
pendek, namun kebaikan yang dihadirkan Panjang. Itulah yang dimaksud usia yang
berkah.
Uang
bukan tentang jumlah, tetapi manfaat. Hidup berkah adalah seberapa mampu
berkontribusi mengantarkan ke surga. Berkah itu lebih dari sekadar sukses. Nikmatnya
tetap, di dunia bernilai. Jangan cuma ngejar banyak, tapi kejar berkah. Dunia merupakan
jembatan saja. Berkah adalah sesuatu yang menambah ketaatan kepada Allah.
Bergeraklah dengan hati yang damai. Ada yang
khawatir ketika menjemput rejeki. Untuk menjemput rejeki ada upaya prasyarat, tetapi
proses penting agar berkah hadir. Upaya ikhtiar fisik dengan akal, disempurnakan
dengan hati.

Bagus....smg kita bisa
BalasHapus