Kamis, 27 Agustus 2020

MOTIVASI MENULIS BUKU bersama Prof. Eko Indrajit


Menjadi penulis itu mudah. Termasuk menerbitkan hasil karyanya. Yang penting adalah kemauan. Seperti pepatah, dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Selama hidup, Prof. Eko telah menerbitkan lebih dari 50 buku. Sebagian besar dipublikasikan dalam bahasa Indonesia, dan ada beberapa dalam bahasa Inggris.
Sementara untuk artikel populer dan jurnal, sudah ratusan yang dibuat dan share secara gratis ke mana-mana. Beliau rajin menulis semenjak semester 1 di ITS tahun 1988 karena kesepian di kos-kosan jauh dari orang tua. Artikel pertamanya dimuat di majalah Mikrodata - versi lawas.
Prof. Eko senang menulis karena waktu kecil senang membaca buku. Di SMA beliau memegang record selama 3 tahun studi, membuat 113 sinopsis dari karya-karya sastra Indonesia. Karena belajar sastra, maka saya pakai untuk membuat puisi, pantun, dan gurindam untuk menggoda dan mendekati calon istrinya. Hasil dari banyak membaca dan menulis adalah berhasil menggaet artis sebagai istri.
Prof Eko sangat produktif dan bertangan dingin.  Apa yang jadi ide atau yang ada di benaknya bisa menjadi buku.
Tulisan peserta bisa  berkolaborasi dengan tulisan Prof Eko. Beliau sering menulis bersama guru-guru hebat dari berbagai wilayah di Indonesia. Sebagian dari mereka sudah sharing ke anda sebelumnya. Sepuluh buku mereka sudah diterbitkan oleh Penerbit ANDI. Senang rasanya saya bisa membantu mewujudkan mimpi guru-guru Indonesia yang hebat-hebat.

Apakah Prof berasal dari keluarga penulis?
Prof. Eko menyampaian bahwa dalam satu kesempatan membuka pameran tahun 2008 yang lalu, Presiden Megawati pernah berkata "tulis apa saja yang ada di kepalamu. nischaya pasti ada manfaatnya bagi sejumlah orang di tanah air....". Semenjak itu, makin sering saya menulis berbagai hal.
Yang suka menulis adalah ayah beliau. Tapi dulu dia menulis karena tuntutan pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah. Setelah 35 tahun berkarya dan pensiun, beliau mengajaknya menulis bersama. Eko dan ayahnya sudah menulis buku bersama kurang lebih 10 buah. Sekarang di usianya yang ke 79, ayahnya sudah menulis kurang lebih 20 buku dan diterbitkan dimana-mana. Alasan beliau menulis katanya agar tidak pikun, dan cari kesibukan. Dan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitarnya.

Apa saja judul buku yang Prof. Eko baca waktu itu? Untuk anak millenial generasi Z saat ini, kira-kira kriteria buku yang bagus dan bergizi tapi juga menarik bagi anak-anak SMP- SMA?
Buku yang dibaca Prof. Eko semua karya pujangga lama dan pujangga baru, seperti: Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun, dan lain sebagainya. Untuk anak sekarang, cari buku-buku yang sudah ada filemnya, seperti "Tenggelamnya Kapal Van der Wijk" - kemudian minta mereka melihat perbedaannya. Anaknya suka melakukan hal tersebut. Suruh tonton dulu filmnya, baru baca bukunya. Ternyata dia menangis terharu lho.
Dengan membaca karya sastra, kita belajar keindahan dan kosa kata baru. Dengan keindahan, suara hati kita terasah. Maka jadilah anak-anak kita mendapatkan benih-benih karakter yang baik.
Anak-anak sekarang senang kisah kepahlawanan atau yang heroik, tapi tidak suka baca yang tebal-tebal. Nah di toko buku banyak kisah-kisah ringkas para pahlawan tersebut. Mulai saja buat ujian multiple choice online dengan bahan dari buku-buku cerita tersebut. Pasti mereka baca dengan serius.

Apa pengalaman terbaik Prof. Eko selama ini apa dan apa pula motto hidupnya? 
Motto hidupnya sederhana "cara menabung paling mudah adalah dengan cara membagi". Dengan menulis, maka kita bisa memberikan pikiran walaupun sederhana kepada orang lain. Dengan demikian, tabungan jumlah teman dan jejaring meluas. Dari situlah kita mendapatkan warna warni kehidupan yang tak terpikirkan sebelumnya. Misal, cita-cita bisa keliling Indonesia dibayarin orang lain berhasil menjadi kenyataan karena menulis.
Mungkin pengalaman terbaiknya ketika saya tumbuh kecil di Dumai, Riau. Di mana beliau hidup di depan hutan bersama teman-temannya dengan rumah-rumah tanpa pagar. Setiap hari sekolah dan bermain sampai magrib, bersama seluruh laskar pelangi ketika itu.
Kalau kita senang ngobrol, berarti kita punya bakat menulis. Karena yang kita obrolkan bisa ditulis. Kalau kita senang berfikir, berarti kita punya modal menulis. Karena apa yang kita pikirkan dalam ditorehkan ke dalam kertas (eh... jaman sekarang ngetik di wa atau komputer ya).

Bagaimana kiat menyelaraskan kegiatan menulis dengan berbagai aktivitas lain yang super banyak?
Beliau selalu menulis satu halaman sebelum tidur. Apa saja yang ada di kepala ditulis. Kalau satu hari satu halaman, berarti tiga bulan khan sekitar 100 halaman. Barulah diterbitkan dalam bentuk bunga rampai pikiran sebelum tidur.
Menulis paling mudah adalah jika temanya sesuatu yang kita SUKAI dan KUASAI. Apapun itu. Memang menyusun kalimat pertama terasa sulit. Tetapi ketika sudah berhasil, akan mengalir dengan sendirinya. Lama-lama menjadi ketagihan.
Menulis itu adalah literasi yang semua orang bisa. Mereka yang berbakat adalah yang bisa membuat karya-karya publikasi best seller, seperti penulis Harry Potter, Lord of the RIngs, dsb. Tapi kita pasti bisa menulis. Contohnya: seseorang kirimkan ke Prof. Eko 50 pertanyaan yang paling banyak ditanya guru selama PJJ ini. Kemudian dijawab semua pertanyaan tersebut. Nah, penanya bisa meringkas jawaban Prof. Eko. Jadilah satu buku dengan pengarangnya: penanya dan Richardus Eko Indrajit.

Dalam proses menuju Indonesia Digital Learning (IDL), ada beberapa kondisi yang menjadi kendala, antara lain: hanya 2,5% guru yang menguasai teknologi/melek IT; layanan internet yg belum merata, terutama daerah 3T; bagi sebagian masyarakat, internet masih menjadi sesuatu yang mahal. Terbukti di banyak sekolah, terutama di daerah, kehadiran siswa dlm pembelajaran daring masih minim. Alasan utama terkendala sarana dan kuota. Bagaimana cara yang cepat mendongkrak kesiapan guru menghadapi IDL. Sejauh mana peran pemerintah dlm menyediakan layanan internet yang terjangkau dan merata di seluruh pelosok negri.
"Bagaimana cara yang cepat mendongkrak kesiapan guru menghadapi IDL" bagus untuk judul buku "MENDONGKRAK KESIAPAN GURU MENGHADAPI IDL" - penulisnya kita berdua. Justru buku itu akan laku karena kita buat antithesis pernyataan Pak Indra, yaitu "BAGAIMANA MENJADI GURU MELEK DIGITAL DI DAERAH TERPENCIL" .... pasti laku tuh
Kita yakin pemerintah akan berusaha keras agar semua daerah dilalui internet broadband dengan biaya terjangkau. Tapi kalau kita menunggu itu semua baru berkarya, terlampau lama. Mari kita "BERKARYA DALAM KETERBATASAN" - itulah baru namanya DNA seorang guru tulen.... Tak ada rotan, akar pun jadi.
Oh iya, jangan subscribe, like, dan share mengenai EKOJI CHANNEL. Di sana banyak bahan presentasi yang menunggu tangan dingin untuk diubah menjadi karya tulisan, dan diterbitkan oleh Penerbit ANDI.

Apakah Prof juga memiliki jadwal khusus untuk menulis? Apa rahasianya agar bisa berbicara renyah? Tips apakah agar bisa dengan cepat menulis dan segera terbit bukunya sementara tugas kantor menumpuk ditambah lagi tugas sebagai Ibu?
Prof. Eko menulis sebelum tidur biasanya. Sekalian membantu agar bisa ngantuk. Kita berbicara renyah karena senang bergaul dengan banyak teman sehingga banyak belajar dari cerita-cerita mereka yang mengasyikkan - untuk disampaikan kembali kepada orang lain. Sebelum tidur, kita menulis saja satu halaman berisi "KISAH KECILKU DI HARI INI". Nanti setelah tiga bulan, kita terbitkan buku berjudul "KUMPULAN KISAH KECILKU SEBAGAI SEORANG ISTRI DAN IBU"  - pasti banyak yang baca, karena apa yang kita alami dapat menjadi pelajaran indah bagi orang lain (merasa senasib sepenanggungan).

Bagaimana  cara menyiasati saat terpuruk?  Adakah tips dan triknya saat kita merasa gagal dalam meraih sesuatu karena sukses itu selala saja ada jalan ceritanya.
Prof. Eko sering berada dalam posisi terpuruk berkali-kali. Tapi selalu berfikir bahwa masih ada jutaan orang yang tidak seberuntung hidupnya, walaupun beliau dalam keadaan terpuruk. Jadi mencoba berintrospeksi dan senantiasa bersyukur dengan segala yang Tuhan telah berikan kepadanya. Kita sakit itu agar terbentuk antibodi dalam tubuh kita, demikian pula dalam keadaan terpuruk - agar kita kuat dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Tidak penting berapa kali kita jatuh, yang jauh lebih penting adalah berapa kali kita berani bangun dari keterpurukan dan move on untuk memberikan apapun yang terbaik bagi orang lain.

Bagaimana teknik mengawali tulisan? Apa motivasi Prof. Ekoji pada awal menulis selain kesepian? Adakah tips agar bisa tekun dalam menulis?
Teknik mengawali tulisan mudah. Pakai saja bahasa selayaknya kita mengobrol dengan orang lain. Biarkan mengalir secara natural. Setelah jadi, baru pelan-pelan diedit. Kalau perlu minta bantuan orang lain atau sahabat. Dulu menulis karena selain kesepian di kos-kosan adalah karena dirinya ingin agar hidup memiliki arti bagi orang lain. Seperti kata Chairil Anwar, "aku ingin hidup seribu tahun lagi". Kalau kita menulis, dan ada jejak digitalnya di internet, maka anak cucu cicit kita bisa mengenal siapa nenek moyangnya dulu. Tekun dalam menulis? Peribahasa yang tepat adalah: "ALA BISA KARENA BIASA" dan "TAK KENAL MAKA TAK SAYANG". Lama-lama kalau kebiasaan, walaupun kecil dan sederhana karya tulisnya, akan menjadi ketagihan. Indonesia ini ada 275 juta orang. Pasti akan ada yang membaca tulisan kita.

Apakah macam-macam topik buku digital Prof. Eko sumbernya dari apa yang sudah dikuasai atau sedang dipelajari? Bisakah kita menulis tentang sesuatu yang benar-benar baru untuk kita? Apa triknya?
Buku Prof. ada beberapa jenis. Ada yang merupakan deskripsi dari buku-buku lain secara ringkas (bunga rampai), ada yang merupakan referensi bahan ajar (terstruktur), tapi ada juga yang pemikiran secara original. Tergantung dari apa tujuan kita menulis. Misalnya menulis mengenai Parenting, maka karena berisi pengalaman sebagai orang tua, maka menjadi original. Tapi kadang-kadang beliau diminta mahasiswanya menjelaskan teori yang rumit, dibuatlah tulisan untuk memudahkan mereka memahami. Jadi ada yang sudah dikuasai, ada yang masih dipelajari, ada pula yang kombinasi keduanya.

Buku yang paling berkesan baginya adalah buku pertama yang ditulis semenjak kembali ke Indonesia dari studi di Amerika. Ketika itu Indonesia sedang memasuki krisis 1998, dan mahasiswa S2 Binus mengalami kesulitan membeli buku-buku import (sementara membajak atau fotocopian dilarang oleh institusi). Akhirnya para mahasiswa di kelasnya meminta  untuk meringkas semua buku-buku luar negeri yang dipakai kuliah S2. Jadilah buku pertamanya yang isinya bunga rampai 50 ringkasan tulisan. Kenapa berkesan? Karena ternyata banyak sekali yang senang dengan buku itu sampai dicetak berkali-kali oleh Elex Media Komputindo. Dari situlah kemudian motivasinya menulis menjadi meningkat pesat.

Apa arti keluarga buat Prof. Eko Indrajit? 

Bagi beliau FAMILY IS EVERYTHING. Keluarga adalah SEGALANYA, dan keluarga adalah NOMOR SATU. Mereka sumber inspirasi, motivasi, dan energinya. Melalui kehadiran merekalah ditemukan cinta Sang Maha Pencipta yang begitu luar biasa.

Apakah pendapat Prof. di zaman sekarang cara menanamkan karakter positif yang mudah  kepada anak bangsa karena begitu derasnya info info hoax, atau pun masuknya budaya asing karena zaman digital? Saya sangat senang mendengar kalau penulis Senior dan sangat hebat menyebutkan menulis itu mudah, tapi ketika terpikirkan untuk menulis non fiksi yang terkait dengan teori dan referensi timbul agak memerlukan waktu untuk mencari buku, literatur dll apakah ada tips mudah menemukan referensi yang diinginkan di zaman Corona yang belum bisa kunjung ke lokasi perpus atau link digitalnya apa mengenai buku buku referensi.
Cara menanamkan karakter positif kepada anak-anak sederhana. Berikan contoh. Karena pendidikan karakter dimulai dari keluarga, yang diperkuat oleh sekolah dan masyarakat.

Pernahkah tulisan Bapak dicuekin?
Menulislah dari hal-hal yang sederhana dulu. Tidak usah cari target yang muluk-muluk. Apalagi sekarang jaman internet, di mana kita dapat mulai latihan melalui blog, seperti yang dicontohkan oleh Oom Jay.
Dulu ada lagu Kasih Ibu yang ada kata-kata begini: "Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai Sang Surya, menyinari dunia". Jadi saya tidak khawatir dengan tulisan saya dicuekin atau tidak, karena yang penting saya sudah mencoba memberi yang terbaik dari diri saya. Tulisan tidak dimuat? Sering sekali dulu ketika masih belajar menulis. Dan biasanya bukan karena tulisan kita jelek, tapi karena tidak selaras atau cocok dengan misi penerbitnya.
Bagaimana teman-teman? Tak terasa 90 menit kita lalui bersama. Saya menunggu para penulis berikutnya untuk meringkas cerita-cerita saya di Ekoji Channel dan menerbitkannya dalam publikasi. Ada yang sudah mencoba browsing? Tema PJJ lagi hot lho kalau ada yang mau menulis bersama saya.... Ditunggu ya..... love you all.

Apakah masih ada tentangan menulis dari Pak Eko seperti yang pernah ada, namun saya blm bisa ikut waktu itu?
Masih ada dong. Ditunggu. Karena dari 73 judul yang saya sharingkan di Ekoji Channel, baru 9 yang jadi buku. Artinya masih ada 64 kandidat judul lagi. Ayo, paling tidak saya menunggu 10 orang lagi yang saya akan bimbing selama bulan Agustus-September. Bagaimana? Kita buat program September Ceria?
Judul yang masih hot menjadi bahan pembicaraan ada di Ekoji Channel SESI 29, SESI 28, SESI 27, SESI 37, SESI 38, SESI 46, dan seterusnya. Ayo langsung saja daftar ke saya ya di 0818.925.926

Ketika kita mau menulis, terkadang ada rasa takut salah dan rasa tidak percaya diri. Bagaimana cara meningkatkat rasa percaya diri tersebut Prof? 
Cara meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan melawan hal-hal yang membuat kita takut. Jadi kita menulis saja, apapun itu. Dan sharing kasih ke Prof. Eko. Nanti kita terbitkan bersama tulisan sederhana tersebut. Kita yakin banyak yang akan mengucapkan terima kasih ke Ibu... ucapan terima kasih itu akan meningkatkan motivasi kita. Trus me Bu. Buatlah tulisannya sekarang. Saya tunggu ya.

Bagaimana cara mendorong teman seperjuangan untuk menulis,  setelah memotivasi untuk menulis mereka mengatakan menulis itu susah katanya? Literasi itu untuk para guru sangat dipertimbangkan dalam meningkatkan kompetensinya dalam menulis, apa saran untuk guru pemula yang tidak mau menulis menjadi penulis? Bagaimana cara mengatasi plagiat dalam karya?
Tak kenal maka tak sayang. Tidak usah paksa mereka. Tunjukkan saja karya-karya kita. Biasanya dalam hati mereka nanti akan kagum dengan yang kita lakukan, dan mereka akan minta diajarkan. Karena kalau motivasi itu dari dalam diri, akan lebih mudah mengajarkannya. We are what we think. Jadi kalau kita anggap susah, maka akan jadi susah. Tapi kalau kita bilang bahwa kita pasti bisa, akan menjadi mudah adanya. Gampang saja, agak sedikit dipaksa. Kalau tidak mau menulis, maka dia "tidak boleh" menjadi guru. Karena guru harus memiliki literasi itu - hukumnya wajib. Kalau kita menulis dengan bahasa sendiri, pasti tidak akan ditemukan kalimat yang persis sama sehingga dinilai plagiat.

Bagaimana cara saya bisa kolaborsi dengan prof eko. Saya mengikuti materi-materi prof eko di chanel  youtube? Ijin mau menggunakannya sebagi bahan penulisan. Bagaimana cara mengatasi "mentok" ide dalam menulis?
Sudah dua orang yang mendaftar ke saya untuk mengikuti program September Ceria. Saya menunggu 8 orang lain ya.
Kalau mentok ide dalam menulis, jaman sekarang enak pak. Buka Youtube Channel, tulis kata kuncinya tema yang mau kita tulis. Dengarkan orang lain bercerita mengenai hal itu. Niscaya ketermentokan akan segera mencair karena mendapatan ide-ide segar baru.
Boleh nih prof buat project bareng bikin lagu untuk guru. Bagaimana menulis dalam waktu 1 minggu prof? Apalagi buku karya ilmiah yang butuh banyak sekali referensi.
Ayo menulis lagu untuk guru. Menulis satu minggu hanya dapat dilakukan apabila yang ditulis adalah BIDANG KEPAKARAN kita, sehingga tulisan akan mengalir tanpa harus banyak membaca referensi. Kalau sama saya, dibutuhkan minimal 2 minggu. Satu minggu adalah membuat 50 halaman ringkasan dari apa yang saya sampaikan di Ekoji Channel, satu minggu berikutnya menambahkan 50 halaman dari berbagai sumber lain untuk memperkaya khazanah pembahasan.

Saya menonton National Geographic Learning Framework  Prof. Sangat menarik mengadopsi program televisi  dikolaborasi dan dielaborasi ke dalam kegiatan  pembelajaran. Apakah itu bisa diterapkan di semua program televisi di luar sana  ke dalam kegiatan pembelajaran?
Bu Sri, yang daftar sudah 8 orang. Tinggal dua tempat lagi.

Bagaimana menyusun outline dari judul buku yang ingin ditulis sehingga topik- topik di dalam buku itu selalu bersambungan? Ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain mengatakan itu kurang pendapat ahli, dan saya mencari pendapat para ahli terkadang tidak cocok akhirnya tuli dan itu termakan waktu dan tetap di tempat. Tips apa yang bisa kita gunakan agar bangkit kembali?
Narsum dulu belajar online awalnya dengan menjawab pertanyaan 5W1H, yaitu What, Why, Where, When, Who, dan How. Jadilan enam bab utama. Mana bukunya, kita lanjutkan bersama yuk... bisa dibantu cari pendapat ahlinya.

Apakah kriteria Prof Eko dalam memilih tulisan guru yang layak untuk diterbitkan? Tertarik dengan DNA guru yang tulen : Berkarya dalam keterbatasan. Apakah sudah ada buku dari Prof Eko yang mengupas hal tsb.?
Sesuatu yang lagi tren dan banyak dibicarakan orang. Belum, saya mencari teman menulisnya. Ibu Irene bersedia?

Apakah sinopsis sinopsis Prof. Eko waktu SMA itu dibukukan? Apakah prof. menulis buku fiksi? Jika iya, apa judul buku itu?
Sinopsis itu tidak dibukukan karena dulu diwajibkan menulisnya pakai tangan karena belum ada komputer. Nah kalau fiksi, saya belum pernah menulis. Itu target saya nanti setelah pensiun di usia 55 tahun mau membuat novel atau buku fiksi.

Bagaimana prediksi/penjelasan Prof tentang Digital Learning, misalkan  Covid-19 sudah berlalu?
Setelah Covid-19 berlalu, blended learning akan menjadi primadona.... dan juga flipped classroom.

Closing statement: "If you can dream it, you can do it". Ayo bergabung ke September Ceria, dan kita wujudkan mimpi bersama menjadi kenyataan.... Dirgahayu Indonesia yang ke-75. Merdeka !

10 komentar:

  1. Berhentilah Menulis untuk Membaca.

    Semoga anda sehat dan bisa membaca tulisan saya ini dengan hati. Supaya hati bertemu dengan hati, maka kita harus hati-hati membacanya.

    Seringkali orang yang sudah kecanduan menulis, malas membaca tulisan orang lain. Padahal justru semakin banyak membaca, semakin banyak pula bahan acuan yang bisa dituliskan.

    Berhentilah menulis untuk membaca. Kita ulang membaca tulisan kita lalu bandingkan dengan tulisan orang lain. Bila hasilnya kurang memuaskan, maka berhentilah menulis.

    Anda perlu jalan-jalan sejenak melakukan relaksasi. Kemudian belilah beberapa buku. Dari situ anda akan menemukan bahan-bahan tulisan yang lebih berkualitas.

    Ibarat memasak makanan enak, anda perlu mengumpulkan bahan-bahan masakan untuk membuat masakan anda enak dan lezat.

    Begitu juga dalam menulis. Seringkali kita melupakan proses membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang rakus. Dia akan melahap habis setiap bacaan yang dibacanya.

    Berhentilah menulis untuk membaca karya tulis orang lain. Kemudian lihat tulisanmu itu. Perbaiki dengan gaya bahasamu sendiri dan tersenyumlah membaca tulisanmu sendiri.

    Sebelum menghargai tulisan orang lain, maka hargailah tulisanmu sendiri. Dengan cara membaca kembali tulisanmu, maka akan kau temukan kesalahan-kesalahan dalam menulis.

    Seperti halnya seorang koki masakan. Dia akan berhenti memasak untuk mencicipi masakannya. Bila kurang lezat dan enak, maka bumbu masakan akan menjadi senjatanya. Kurang garam tambah garam. Kurang manis tambah gula. Kurang pedas tambah cabenya. Begitulah kira-kira membayangkannya.

    Ketika seorang penulis berhenti menulis, maka membaca kembali tulisannya akan membuatnya menjadi editor hebat. Seorang editor yang baik lahir dari perasaan hati dalam talentanya merangkai kata.

    Memang tidak mudah menjadi seorang editor. Perlu kesabaran tingkat dewa untuk merangkai kata menjadi lebih bermakna. Kalimat efektif dan mudah dipahami menjadi fokusnya dalam menulis.

    Berhentilah menulis untuk membaca. Engkau akan tersenyum puas ketika tahu bahwa tulisanmu tersampaikan pesannya. Pembaca setiamu akan berterima kasih dengan cara memberikan komentar.

    Mereka menuliskan komentarnya di dalam hatinya. Mereka berterima kasih kepadamu. Tak terlihat dengan kasat mata. Hanya bisa dilihat dengan hatimu. Itulah tanda hati bertemu dengan hati.

    Salam Blogger Persahabatan

    Omjay
    Blog http://wijayalabs.com

    Beberapa tulisan saya dibuat secara alamiah. Namun kemudian menjadi ilmiah ketika tulisan saya itu menjadi buku. Ada tim editor yang membuat tulisan saya menjadi enak dibaca orang lain.

    BalasHapus
  2. Tidur nyenyak pun bisa buat resume keren ini.praktik ilmu membacanya joz gandos

    BalasHapus
  3. Mantul bu ismi.. . Smngaat terus untuk mnulis

    BalasHapus
  4. Mantul bu ismi.. . Smngaat terus untuk mnulis

    BalasHapus
  5. Kata Omjay....ngaso sejenak membaca sebelum lanjut nulis..... mantul bu

    BalasHapus