Menjadi penulis itu
mudah. Termasuk menerbitkan hasil karyanya. Yang penting adalah kemauan.
Seperti pepatah, dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Selama hidup, Prof. Eko
telah menerbitkan lebih dari 50 buku. Sebagian besar dipublikasikan dalam
bahasa Indonesia, dan ada beberapa dalam bahasa Inggris.
Sementara untuk artikel
populer dan jurnal, sudah ratusan yang dibuat dan share secara gratis ke mana-mana.
Beliau rajin menulis semenjak semester 1 di ITS tahun 1988 karena kesepian di
kos-kosan jauh dari orang tua. Artikel pertamanya dimuat di majalah Mikrodata -
versi lawas.
Prof. Eko senang menulis
karena waktu kecil senang membaca buku. Di SMA beliau memegang record selama 3
tahun studi, membuat 113 sinopsis dari karya-karya sastra Indonesia. Karena
belajar sastra, maka saya pakai untuk membuat puisi, pantun, dan gurindam untuk
menggoda dan mendekati calon istrinya. Hasil dari banyak membaca dan menulis
adalah berhasil menggaet artis sebagai istri.
Prof Eko sangat produktif
dan bertangan dingin. Apa yang jadi ide
atau yang ada di benaknya bisa menjadi buku.
Tulisan peserta bisa berkolaborasi dengan tulisan Prof Eko. Beliau
sering menulis bersama guru-guru hebat dari berbagai wilayah di Indonesia.
Sebagian dari mereka sudah sharing ke anda sebelumnya. Sepuluh buku mereka
sudah diterbitkan oleh Penerbit ANDI. Senang rasanya saya bisa membantu
mewujudkan mimpi guru-guru Indonesia yang hebat-hebat.
Apakah Prof berasal dari
keluarga penulis?
Prof. Eko menyampaian bahwa dalam satu
kesempatan membuka pameran tahun 2008 yang lalu, Presiden Megawati pernah
berkata "tulis apa saja yang ada di kepalamu. nischaya pasti ada
manfaatnya bagi sejumlah orang di tanah air....". Semenjak itu, makin
sering saya menulis berbagai hal.
Yang suka menulis adalah ayah beliau. Tapi
dulu dia menulis karena tuntutan pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah.
Setelah 35 tahun berkarya dan pensiun, beliau mengajaknya menulis bersama. Eko
dan ayahnya sudah menulis buku bersama kurang lebih 10 buah. Sekarang di
usianya yang ke 79, ayahnya sudah menulis kurang lebih 20 buku dan diterbitkan
dimana-mana. Alasan beliau menulis katanya agar tidak pikun, dan cari
kesibukan. Dan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitarnya.
Apa saja judul buku yang
Prof. Eko baca waktu itu? Untuk anak millenial generasi Z saat ini, kira-kira
kriteria buku yang bagus dan bergizi tapi juga menarik bagi anak-anak SMP- SMA?
Buku yang dibaca Prof. Eko semua karya pujangga
lama dan pujangga baru, seperti: Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Perawan di
Sarang Penyamun, dan lain sebagainya. Untuk anak sekarang, cari buku-buku yang
sudah ada filemnya, seperti "Tenggelamnya Kapal Van der Wijk" -
kemudian minta mereka melihat perbedaannya. Anaknya suka melakukan hal
tersebut. Suruh tonton dulu filmnya, baru baca bukunya. Ternyata dia menangis
terharu lho.
Dengan membaca karya sastra, kita belajar
keindahan dan kosa kata baru. Dengan keindahan, suara hati kita terasah. Maka
jadilah anak-anak kita mendapatkan benih-benih karakter yang baik.
Anak-anak sekarang senang kisah
kepahlawanan atau yang heroik, tapi tidak suka baca yang tebal-tebal. Nah di
toko buku banyak kisah-kisah ringkas para pahlawan tersebut. Mulai saja buat
ujian multiple choice online dengan bahan dari buku-buku cerita tersebut. Pasti
mereka baca dengan serius.
Apa pengalaman terbaik Prof.
Eko selama ini apa dan apa pula motto hidupnya?
Motto hidupnya sederhana "cara
menabung paling mudah adalah dengan cara membagi". Dengan menulis, maka kita
bisa memberikan pikiran walaupun sederhana kepada orang lain. Dengan demikian,
tabungan jumlah teman dan jejaring meluas. Dari situlah kita mendapatkan warna
warni kehidupan yang tak terpikirkan sebelumnya. Misal, cita-cita bisa keliling
Indonesia dibayarin orang lain berhasil menjadi kenyataan karena menulis.
Mungkin pengalaman terbaiknya ketika saya
tumbuh kecil di Dumai, Riau. Di mana beliau hidup di depan hutan bersama
teman-temannya dengan rumah-rumah tanpa pagar. Setiap hari sekolah dan bermain
sampai magrib, bersama seluruh laskar pelangi ketika itu.
Kalau kita senang
ngobrol, berarti kita punya bakat menulis. Karena yang kita obrolkan bisa
ditulis. Kalau kita senang berfikir, berarti kita punya modal menulis. Karena
apa yang kita pikirkan dalam ditorehkan ke dalam kertas (eh... jaman sekarang
ngetik di wa atau komputer ya).
Bagaimana kiat
menyelaraskan kegiatan menulis dengan berbagai aktivitas lain yang super banyak?
Beliau selalu menulis satu halaman sebelum
tidur. Apa saja yang ada di kepala ditulis. Kalau satu hari satu halaman,
berarti tiga bulan khan sekitar 100 halaman. Barulah diterbitkan dalam bentuk
bunga rampai pikiran sebelum tidur.
Menulis paling mudah adalah jika temanya
sesuatu yang kita SUKAI dan KUASAI. Apapun itu. Memang menyusun kalimat pertama
terasa sulit. Tetapi ketika sudah berhasil, akan mengalir dengan sendirinya.
Lama-lama menjadi ketagihan.
Menulis itu adalah
literasi yang semua orang bisa. Mereka yang berbakat adalah yang bisa membuat
karya-karya publikasi best seller, seperti penulis Harry Potter, Lord of the
RIngs, dsb. Tapi kita pasti bisa menulis. Contohnya: seseorang kirimkan ke Prof.
Eko 50 pertanyaan yang paling banyak ditanya guru selama PJJ ini. Kemudian dijawab
semua pertanyaan tersebut. Nah, penanya bisa meringkas jawaban Prof. Eko.
Jadilah satu buku dengan pengarangnya: penanya dan Richardus Eko Indrajit.
Dalam proses menuju
Indonesia Digital Learning (IDL), ada beberapa kondisi yang menjadi kendala,
antara lain: hanya 2,5% guru yang menguasai teknologi/melek IT; layanan
internet yg belum merata, terutama daerah 3T; bagi sebagian masyarakat,
internet masih menjadi sesuatu yang mahal. Terbukti di banyak sekolah, terutama
di daerah, kehadiran siswa dlm pembelajaran daring masih minim. Alasan utama
terkendala sarana dan kuota. Bagaimana cara yang cepat mendongkrak kesiapan
guru menghadapi IDL. Sejauh mana peran pemerintah dlm menyediakan layanan
internet yang terjangkau dan merata di seluruh pelosok negri.
"Bagaimana cara yang cepat
mendongkrak kesiapan guru menghadapi IDL" bagus untuk judul buku
"MENDONGKRAK KESIAPAN GURU MENGHADAPI IDL" - penulisnya kita berdua.
Justru buku itu akan laku karena kita buat antithesis pernyataan Pak Indra,
yaitu "BAGAIMANA MENJADI GURU MELEK DIGITAL DI DAERAH TERPENCIL" ....
pasti laku tuh
Kita yakin pemerintah
akan berusaha keras agar semua daerah dilalui internet broadband dengan biaya
terjangkau. Tapi kalau kita menunggu itu semua baru berkarya, terlampau lama.
Mari kita "BERKARYA DALAM KETERBATASAN" - itulah baru namanya DNA
seorang guru tulen.... Tak ada rotan, akar pun jadi.
Oh iya, jangan subscribe,
like, dan share mengenai EKOJI CHANNEL. Di sana banyak bahan presentasi yang
menunggu tangan dingin untuk diubah menjadi karya tulisan, dan diterbitkan oleh
Penerbit ANDI.
Apakah Prof juga memiliki
jadwal khusus untuk menulis? Apa rahasianya agar bisa berbicara renyah? Tips
apakah agar bisa dengan cepat menulis dan segera terbit bukunya sementara tugas
kantor menumpuk ditambah lagi tugas sebagai Ibu?
Prof. Eko menulis sebelum tidur biasanya.
Sekalian membantu agar bisa ngantuk. Kita berbicara renyah karena senang
bergaul dengan banyak teman sehingga banyak belajar dari cerita-cerita mereka
yang mengasyikkan - untuk disampaikan kembali kepada orang lain. Sebelum tidur,
kita menulis saja satu halaman berisi "KISAH KECILKU DI HARI INI".
Nanti setelah tiga bulan, kita terbitkan buku berjudul "KUMPULAN KISAH
KECILKU SEBAGAI SEORANG ISTRI DAN IBU"
- pasti banyak yang baca, karena apa yang kita alami dapat menjadi
pelajaran indah bagi orang lain (merasa senasib sepenanggungan).
Bagaimana cara menyiasati saat terpuruk? Adakah tips dan triknya saat kita merasa
gagal dalam meraih sesuatu karena sukses itu selala saja ada jalan ceritanya.
Prof. Eko sering berada
dalam posisi terpuruk berkali-kali. Tapi selalu berfikir bahwa masih ada jutaan
orang yang tidak seberuntung hidupnya, walaupun beliau dalam keadaan terpuruk.
Jadi mencoba berintrospeksi dan senantiasa bersyukur dengan segala yang Tuhan
telah berikan kepadanya. Kita sakit itu agar terbentuk antibodi dalam tubuh
kita, demikian pula dalam keadaan terpuruk - agar kita kuat dalam menghadapi
berbagai persoalan kehidupan. Tidak penting berapa kali kita jatuh, yang jauh
lebih penting adalah berapa kali kita berani bangun dari keterpurukan dan move
on untuk memberikan apapun yang terbaik bagi orang lain.
Bagaimana teknik
mengawali tulisan? Apa motivasi Prof. Ekoji pada awal menulis selain kesepian? Adakah
tips agar bisa tekun dalam menulis?
Teknik mengawali tulisan mudah. Pakai saja
bahasa selayaknya kita mengobrol dengan orang lain. Biarkan mengalir secara
natural. Setelah jadi, baru pelan-pelan diedit. Kalau perlu minta bantuan orang
lain atau sahabat. Dulu menulis karena selain kesepian di kos-kosan adalah
karena dirinya ingin agar hidup memiliki arti bagi orang lain. Seperti kata
Chairil Anwar, "aku ingin hidup seribu tahun lagi". Kalau kita
menulis, dan ada jejak digitalnya di internet, maka anak cucu cicit kita bisa
mengenal siapa nenek moyangnya dulu. Tekun dalam menulis? Peribahasa yang tepat
adalah: "ALA BISA KARENA BIASA" dan "TAK KENAL MAKA TAK
SAYANG". Lama-lama kalau kebiasaan, walaupun kecil dan sederhana karya
tulisnya, akan menjadi ketagihan. Indonesia ini ada 275 juta orang. Pasti akan
ada yang membaca tulisan kita.
Apakah macam-macam topik buku
digital Prof. Eko sumbernya dari apa yang sudah dikuasai atau sedang
dipelajari? Bisakah kita menulis tentang sesuatu yang benar-benar baru untuk kita?
Apa triknya?
Buku Prof. ada beberapa jenis. Ada yang
merupakan deskripsi dari buku-buku lain secara ringkas (bunga rampai), ada yang
merupakan referensi bahan ajar (terstruktur), tapi ada juga yang pemikiran
secara original. Tergantung dari apa tujuan kita menulis. Misalnya menulis
mengenai Parenting, maka karena berisi pengalaman sebagai orang tua, maka
menjadi original. Tapi kadang-kadang beliau diminta mahasiswanya menjelaskan
teori yang rumit, dibuatlah tulisan untuk memudahkan mereka memahami. Jadi ada
yang sudah dikuasai, ada yang masih dipelajari, ada pula yang kombinasi
keduanya.
Buku yang paling berkesan baginya adalah
buku pertama yang ditulis semenjak kembali ke Indonesia dari studi di Amerika.
Ketika itu Indonesia sedang memasuki krisis 1998, dan mahasiswa S2 Binus
mengalami kesulitan membeli buku-buku import (sementara membajak atau
fotocopian dilarang oleh institusi). Akhirnya para mahasiswa di kelasnya
meminta untuk meringkas semua buku-buku
luar negeri yang dipakai kuliah S2. Jadilah buku pertamanya yang isinya bunga
rampai 50 ringkasan tulisan. Kenapa berkesan? Karena ternyata banyak sekali
yang senang dengan buku itu sampai dicetak berkali-kali oleh Elex Media
Komputindo. Dari situlah kemudian motivasinya menulis menjadi meningkat pesat.
Apa arti keluarga buat
Prof. Eko Indrajit?
Bagi beliau FAMILY IS EVERYTHING. Keluarga
adalah SEGALANYA, dan keluarga adalah NOMOR SATU. Mereka sumber inspirasi,
motivasi, dan energinya. Melalui kehadiran merekalah ditemukan cinta Sang Maha
Pencipta yang begitu luar biasa.
Apakah pendapat Prof. di zaman
sekarang cara menanamkan karakter positif yang mudah kepada anak bangsa karena begitu derasnya
info info hoax, atau pun masuknya budaya asing karena zaman digital? Saya
sangat senang mendengar kalau penulis Senior dan sangat hebat menyebutkan
menulis itu mudah, tapi ketika terpikirkan untuk menulis non fiksi yang terkait
dengan teori dan referensi timbul agak memerlukan waktu untuk mencari buku,
literatur dll apakah ada tips mudah menemukan referensi yang diinginkan di
zaman Corona yang belum bisa kunjung ke lokasi perpus atau link digitalnya apa
mengenai buku buku referensi.
Cara menanamkan karakter positif kepada
anak-anak sederhana. Berikan contoh. Karena pendidikan karakter dimulai dari
keluarga, yang diperkuat oleh sekolah dan masyarakat.
Pernahkah tulisan Bapak
dicuekin?
Menulislah dari hal-hal
yang sederhana dulu. Tidak usah cari target yang muluk-muluk. Apalagi sekarang
jaman internet, di mana kita dapat mulai latihan melalui blog, seperti yang
dicontohkan oleh Oom Jay.
Dulu ada lagu Kasih Ibu
yang ada kata-kata begini: "Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai Sang
Surya, menyinari dunia". Jadi saya tidak khawatir dengan tulisan saya
dicuekin atau tidak, karena yang penting saya sudah mencoba memberi yang
terbaik dari diri saya. Tulisan tidak dimuat? Sering sekali dulu ketika masih
belajar menulis. Dan biasanya bukan karena tulisan kita jelek, tapi karena
tidak selaras atau cocok dengan misi penerbitnya.
Bagaimana teman-teman?
Tak terasa 90 menit kita lalui bersama. Saya menunggu para penulis berikutnya
untuk meringkas cerita-cerita saya di Ekoji Channel dan menerbitkannya dalam
publikasi. Ada yang sudah mencoba browsing? Tema PJJ lagi hot lho kalau ada
yang mau menulis bersama saya.... Ditunggu ya..... love you all.
Apakah masih ada tentangan
menulis dari Pak Eko seperti yang pernah ada, namun saya blm bisa ikut waktu
itu?
Masih ada dong. Ditunggu.
Karena dari 73 judul yang saya sharingkan di Ekoji Channel, baru 9 yang jadi
buku. Artinya masih ada 64 kandidat judul lagi. Ayo, paling tidak saya menunggu
10 orang lagi yang saya akan bimbing selama bulan Agustus-September. Bagaimana?
Kita buat program September Ceria?
Judul yang masih hot
menjadi bahan pembicaraan ada di Ekoji Channel SESI 29, SESI 28, SESI 27, SESI
37, SESI 38, SESI 46, dan seterusnya. Ayo langsung saja daftar ke saya ya di
0818.925.926
Ketika kita mau menulis,
terkadang ada rasa takut salah dan rasa tidak percaya diri. Bagaimana cara
meningkatkat rasa percaya diri tersebut Prof?
Cara meningkatkan
kepercayaan diri adalah dengan melawan hal-hal yang membuat kita takut. Jadi kita
menulis saja, apapun itu. Dan sharing kasih ke Prof. Eko. Nanti kita terbitkan
bersama tulisan sederhana tersebut. Kita yakin banyak yang akan mengucapkan
terima kasih ke Ibu... ucapan terima kasih itu akan meningkatkan motivasi kita.
Trus me Bu. Buatlah tulisannya sekarang. Saya tunggu ya.
Bagaimana cara mendorong
teman seperjuangan untuk menulis,
setelah memotivasi untuk menulis mereka mengatakan menulis itu susah
katanya? Literasi itu untuk para guru sangat dipertimbangkan dalam meningkatkan
kompetensinya dalam menulis, apa saran untuk guru pemula yang tidak mau menulis
menjadi penulis? Bagaimana cara mengatasi plagiat dalam karya?
Tak kenal maka tak sayang. Tidak usah
paksa mereka. Tunjukkan saja karya-karya kita. Biasanya dalam hati mereka nanti
akan kagum dengan yang kita lakukan, dan mereka akan minta diajarkan. Karena
kalau motivasi itu dari dalam diri, akan lebih mudah mengajarkannya. We are
what we think. Jadi kalau kita anggap susah, maka akan jadi susah. Tapi
kalau kita bilang bahwa kita pasti bisa, akan menjadi mudah adanya. Gampang
saja, agak sedikit dipaksa. Kalau tidak mau menulis, maka dia "tidak
boleh" menjadi guru. Karena guru harus memiliki literasi itu - hukumnya
wajib. Kalau kita menulis dengan bahasa sendiri, pasti tidak akan ditemukan
kalimat yang persis sama sehingga dinilai plagiat.
Bagaimana cara saya bisa
kolaborsi dengan prof eko. Saya mengikuti materi-materi prof eko di chanel youtube? Ijin mau menggunakannya sebagi bahan
penulisan. Bagaimana cara mengatasi "mentok" ide dalam menulis?
Sudah dua orang yang
mendaftar ke saya untuk mengikuti program September Ceria. Saya menunggu 8
orang lain ya.
Kalau mentok ide dalam
menulis, jaman sekarang enak pak. Buka Youtube Channel, tulis kata kuncinya
tema yang mau kita tulis. Dengarkan orang lain bercerita mengenai hal itu.
Niscaya ketermentokan akan segera mencair karena mendapatan ide-ide segar baru.
Boleh nih prof buat
project bareng bikin lagu untuk guru. Bagaimana menulis dalam waktu 1 minggu
prof? Apalagi buku karya ilmiah yang butuh banyak sekali referensi.
Ayo menulis lagu untuk
guru. Menulis satu minggu hanya dapat dilakukan apabila yang ditulis adalah
BIDANG KEPAKARAN kita, sehingga tulisan akan mengalir tanpa harus banyak
membaca referensi. Kalau sama saya, dibutuhkan minimal 2 minggu. Satu minggu
adalah membuat 50 halaman ringkasan dari apa yang saya sampaikan di Ekoji
Channel, satu minggu berikutnya menambahkan 50 halaman dari berbagai sumber
lain untuk memperkaya khazanah pembahasan.
Saya menonton National
Geographic Learning Framework Prof.
Sangat menarik mengadopsi program televisi
dikolaborasi dan dielaborasi ke dalam kegiatan pembelajaran. Apakah itu bisa diterapkan di
semua program televisi di luar sana ke
dalam kegiatan pembelajaran?
Bu Sri, yang daftar sudah 8 orang. Tinggal
dua tempat lagi.
Bagaimana menyusun
outline dari judul buku yang ingin ditulis sehingga topik- topik di dalam buku
itu selalu bersambungan? Ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain mengatakan
itu kurang pendapat ahli, dan saya mencari pendapat para ahli terkadang tidak
cocok akhirnya tuli dan itu termakan waktu dan tetap di tempat. Tips apa yang
bisa kita gunakan agar bangkit kembali?
Narsum dulu belajar online awalnya dengan
menjawab pertanyaan 5W1H, yaitu What, Why, Where, When, Who, dan How. Jadilan
enam bab utama. Mana bukunya, kita lanjutkan bersama yuk... bisa dibantu cari
pendapat ahlinya.
Apakah kriteria Prof Eko
dalam memilih tulisan guru yang layak untuk diterbitkan? Tertarik dengan DNA
guru yang tulen : Berkarya dalam keterbatasan. Apakah sudah ada buku dari Prof
Eko yang mengupas hal tsb.?
Sesuatu yang lagi tren dan banyak
dibicarakan orang. Belum, saya mencari teman menulisnya. Ibu Irene bersedia?
Apakah sinopsis sinopsis Prof.
Eko waktu SMA itu dibukukan? Apakah prof. menulis buku fiksi? Jika iya, apa
judul buku itu?
Sinopsis itu tidak dibukukan karena dulu
diwajibkan menulisnya pakai tangan karena belum ada komputer. Nah kalau fiksi,
saya belum pernah menulis. Itu target saya nanti setelah pensiun di usia 55
tahun mau membuat novel atau buku fiksi.
Bagaimana
prediksi/penjelasan Prof tentang Digital Learning, misalkan Covid-19 sudah berlalu?
Setelah Covid-19 berlalu, blended learning
akan menjadi primadona.... dan juga flipped classroom.
Closing statement:
"If you can dream it, you can do it". Ayo bergabung ke September
Ceria, dan kita wujudkan mimpi bersama menjadi kenyataan.... Dirgahayu
Indonesia yang ke-75. Merdeka !
Berhentilah Menulis untuk Membaca.
BalasHapusSemoga anda sehat dan bisa membaca tulisan saya ini dengan hati. Supaya hati bertemu dengan hati, maka kita harus hati-hati membacanya.
Seringkali orang yang sudah kecanduan menulis, malas membaca tulisan orang lain. Padahal justru semakin banyak membaca, semakin banyak pula bahan acuan yang bisa dituliskan.
Berhentilah menulis untuk membaca. Kita ulang membaca tulisan kita lalu bandingkan dengan tulisan orang lain. Bila hasilnya kurang memuaskan, maka berhentilah menulis.
Anda perlu jalan-jalan sejenak melakukan relaksasi. Kemudian belilah beberapa buku. Dari situ anda akan menemukan bahan-bahan tulisan yang lebih berkualitas.
Ibarat memasak makanan enak, anda perlu mengumpulkan bahan-bahan masakan untuk membuat masakan anda enak dan lezat.
Begitu juga dalam menulis. Seringkali kita melupakan proses membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang rakus. Dia akan melahap habis setiap bacaan yang dibacanya.
Berhentilah menulis untuk membaca karya tulis orang lain. Kemudian lihat tulisanmu itu. Perbaiki dengan gaya bahasamu sendiri dan tersenyumlah membaca tulisanmu sendiri.
Sebelum menghargai tulisan orang lain, maka hargailah tulisanmu sendiri. Dengan cara membaca kembali tulisanmu, maka akan kau temukan kesalahan-kesalahan dalam menulis.
Seperti halnya seorang koki masakan. Dia akan berhenti memasak untuk mencicipi masakannya. Bila kurang lezat dan enak, maka bumbu masakan akan menjadi senjatanya. Kurang garam tambah garam. Kurang manis tambah gula. Kurang pedas tambah cabenya. Begitulah kira-kira membayangkannya.
Ketika seorang penulis berhenti menulis, maka membaca kembali tulisannya akan membuatnya menjadi editor hebat. Seorang editor yang baik lahir dari perasaan hati dalam talentanya merangkai kata.
Memang tidak mudah menjadi seorang editor. Perlu kesabaran tingkat dewa untuk merangkai kata menjadi lebih bermakna. Kalimat efektif dan mudah dipahami menjadi fokusnya dalam menulis.
Berhentilah menulis untuk membaca. Engkau akan tersenyum puas ketika tahu bahwa tulisanmu tersampaikan pesannya. Pembaca setiamu akan berterima kasih dengan cara memberikan komentar.
Mereka menuliskan komentarnya di dalam hatinya. Mereka berterima kasih kepadamu. Tak terlihat dengan kasat mata. Hanya bisa dilihat dengan hatimu. Itulah tanda hati bertemu dengan hati.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Blog http://wijayalabs.com
Beberapa tulisan saya dibuat secara alamiah. Namun kemudian menjadi ilmiah ketika tulisan saya itu menjadi buku. Ada tim editor yang membuat tulisan saya menjadi enak dibaca orang lain.
Terima kasih Omjay
HapusTidur nyenyak pun bisa buat resume keren ini.praktik ilmu membacanya joz gandos
BalasHapusHe333 kan bisa berliterasi Bu
HapusKeren bu
BalasHapusTerima kasih Bu Elly
HapusMantul bu ismi.. . Smngaat terus untuk mnulis
BalasHapusAamiin3
HapusMantul bu ismi.. . Smngaat terus untuk mnulis
BalasHapusKata Omjay....ngaso sejenak membaca sebelum lanjut nulis..... mantul bu
BalasHapus