Disarikan dari Video Ceramah Ust. Salim A. Fillah
Menjadi orang tua taka da sekolahnya. Menjadi
ayah dan ibu itu berat tapi tak ada sekolahnya. Hendaknya kita tak henti
belajar. Ada yang sudah tepat memberi bekal kepada anaknya, ada yang belum
tepat. Kita digital migran, anak-anak kita digital native.
Anak-anak kita menghadapi zaman yang
berbeda dengan zaman kita. Bagi kita, HP yang dibuka pertama manual book.
Anak-anak pegang HP langsung bisa operasikan. Kita termasuk digital migran,
anak-anak kita digital native. Dari analog. Hubungan pensil 2B dengan kaset, untuk
muter forward dan rewind. Asli disket 144 MB. Bapak ngasih anaknya disket, anak
sekarang tak mengenalnya. Dunia berubah, anak-anak kita berbeda dengan kita.
Era dulu, asalkan skill bagus bidang
tertentu, masa depan bagus. Sekarag belum tentu. Tahun 90-an ada iklan Elma Theana,
Xonceenya mana? Sebagai penjaga pintu toll, kini toll taka da penjaganya. Ada
pekerjaan yang punah. Sekarang dosen minimal S2, harus linier. Kepala sekolah banyak
yang bergelar doktor. Dulu pendidikan berharga kini tidak lagi. Tahun 70-an
80-an jadi dokter dijamin kaya raya. Kini dunia telah berubah.
Kini, ada scanner seperti alat pemeriksa
di bandara, pencet keluar hasil (semacam hasil laboratorium). Pencet kedua
keluar treatmen. Dokter mau ngapain? Operasi kelak mungkin tidak dilakukan
dokter, melainkan robot. Sekarang kalau perlu ilmu banyak yang cari di google, Wikipedia,
atau perpustakaan dunia maya.
Dokter, minimal dokter spesialis.
Pasien datang sudah punya bahan untuk mendebat dokter yang didapat dari google.
Berubahlah dunia. Orang perlu ilmu cari di google, Wikipedia, perpustakaan
dunia maya.
Toko buku besar tertinggi di dunia
tak punya lapak. Namnya amazon. Apel belum digigit (apel sungguhan) per
kilogram 30 ribu, setelah digigit menjadi 12 juta.
QS An Nisaa’: 9
Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Obat takut meninggalkan anak-anak yang
lemah adalah: taqwa dan mengucapkan perkataan yang lurus.
Belajar Kesalahan Parenting Masa Lalu.
Ada yang beranggapan bahwa QS An Nisaa’ yang
membahas tentang waris. Meninggalkan anak cucu warisan banyak? Bukan itu
masalahnya. Allah menyisipkan: berapa banyak hartanya tak akan cukup. Akan
terus khawatir kalau hanya mewariskan harta. Tak akan pernah cukup. Contoh
ekstrem; Al Walid bin Abdul Walis. Masing-masing anak mendapat watisan ternak,
sawah ladang, uang cash masing-masing anak 40 juta dinar. Satu dinar setara
harga 4,25 gr emas 22 karat. Kira-kira 2,5 juta dinar = 100 triliun lebih
Walid meninggal digantikan adiknya. Beliau
meinnggal digantikan Umar bin Abdul Aziz yang pada zamannya tak ada orang yang
mau menerima zakat. Ketika meninggal warisan anak-anaknya mendapat satu orang;
8 dirham = 560.000 rupiah. Sampaia da yang menegur jangan tega-tega sama anak.
Sudahlah saya titipkan kepada yang lebih
kaya dari semua orang (Allah). Dua puluh tahun kemudian Bani Umayyah tumbang.
Anak-anak Umar bin Abdul Aziz menjadi pembayar zakat terbesar. Selama kekayaan
masih bisa dihitung dengan uang, belum kaya.
Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi tangguh
bukan dengan cara kita berfokus kepada mereka, tetapi berfokus pada diri kita.
Anak shalih lahir dari doa-doa orang tua yang shalih shalihah. Menjadi
kekeliruan, jika kita ingin anak kita seperti Imam Syafi’i, dll. Hafal quran yang
tahu letak ayat seperti Adi Hidayat. Seperti apa orang tua mereka? Jika kita
ingin anak kita seperti apa, fokus pertama kepada diri kita sendiri.
Takwa = hati-hati. Berasal dari diskusi
Umar bin Khaththab dengan Ubay bin Kaab.
Apa taqwa? Berjalan di satu tempat yang
remang-remang, banyak duri dan onak. Aku berhati-hati. Itulah taqwa. Hidup dengan
kehati-hatian. Karena Allah senantiasa mengawasi, kita punya janji kehambaan.
Perlu mujahadah, istiqomah dalam ketaatan. Sabar terhadap musibah, Bersama orang-orang
shalih.
Salah satu kehati-hatian adalah bagaimana
kita jaga keluarga dari asupan yang haram. Nabi sangat lembut dalam
memperkenalkan ibadah kepada anak-anak tapi sangat tegas dalam urusan haram
halal.
Ada fikih shalat sambil gendong anak. Rasulullah
pernah sedang sujud dinaiki Hasan dijadikan kuda-kudaan. Sampai ada yang
berpikir yang tidak-tidak. Jangan-jangan Rasulullah wafat. Setelah selesai
shalat memohon maaf kepada jamaah. Kadang kita kebalik.
Suatu Ketika Hasan merangkak-rangkak di rumah
Rasulullah. Hasan menemukan sebutir kurma lalu dimasukkan ke mulut. Rasulullah
segera mengambil, menggendong, “Keluarkan Nak”, mulut dibuka lalu keluarkan.
Nak, tidak tahukah engkau bahwa keluarga
kita dilarang memakan zakat. Terkadang ada anak 11 tahun belum shalat dengan
tekun. Sudahkah diperkenalkan shalat? Sudah. Mungkin waktu kecil gangguin ibu
shalat, dimarahin. Ibunya katakana Shalat diganggu itu dosa, terus dicubit.
Titik kritisnya di sini. Anak trauma shalat. Anak tak mau shalat. Ketika shalat
memarahi, memelototi anak. Rasulullah dinaiki punggungnya saja ditunggu.
Rasulullah menanamkan kesan yang baik tentang
ibadah kepada anak. Soal halal haram ditegur keras. Di mall kadang barang belum
tentu halal yang diminta anak kita belikan. Intoleran barang haram. Barang yang
dipegang terus dimasukkan ke mulut Hasan halal, tetapi keluarga Nabi tidak
halal.
Kadang kita tak tegas yang seharusnya
tegas. Hasan mendapat julukan assajad yang berarti yang banyak sujudnya. Bisa
jadi karena kenangan manis waktu Rasulullah sujud. Hati-hati dari diri kita,
taqwa dari diri kita. Anak kita peniru yang sempurna yang kita lakukan.
Anak lebih percaya apa yang dilihat daripada
yang didengar. Yang dilakukan mama baik karena mamanya orang baik. Ukuran anak adalah
kita. Beratnya punya anak di situ, kita menjadi standar.
Berbuat dan berbicaralah sehati-hati
mungkin. Rabbana hablanaa… jangan putus berdoa kepada Allah. Yang menyambungkan
kita dengan anak kita adalah doa. Doa tak ada yang mubadzir atau sia-sia. Di dalam
Alquran ada orang shalih, Nabi Ya’kub anaknya 12 orang, yang nakal 10, yang
satu shalih hilang.
Apa yang kau sembah setelah aku tiada?
Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu
Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan
sesuatu apa pun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah
kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu
tidak mensyukuri (Nya).
Ya’kub tersenyum lebar Ketika anak
keturunannya dapat istiqomah mengikuti agama bapak-bapaknya yaitu Ibrahim,
Ishak, dan Ya’kub.
Nabi Ya’kub hanya mengadukan kesusahan,
masalah kepada Allah. Ya’kub tak berdakwah, tetapi menjadi nabi. Amal kenabiannya
adalah mengadukan semua kesusahan kepada Allah. Doa jangan putus. Anak kita
bukannya tidak shalih, mungkin hanya belum shalih.
Ada anak yang ketika bapak ibunya masih hidup,
tidak shalih. Setelah orang tuanya meninggal malah menjadi shalih. Terhadap
anak, kadang kita selalu gak tega nolak. Ada sesorang yang shalih karena ke luar
negeri. Sejak di Luar Negeri dapat hidayah, menjadi pengurus masjid, jalan
hidayah itu tak ada yang tahu.
Koreksi: Hendaklah kita mengucapkan
perkataan yang lurus. Ini tidak mudah. Misal kita masih makan bubur dan sari
buah kepada anak. Si anak suka sari buah dan tidak suka bubur. Sendok
dimampirkan sari buah. Aakkkk, minum-minum, padahal yang kita suapkan bubur. Ini
menghalalkan segala cara. Tujuan: bisa makan menghalalkan segala cara dengan
menipu.
Ada anak yang makan sebelum lapar. Nge-game,
disuapi. Makan tak sadar. Mangap gak sadar. Tumbuh dewasa tak mengenal
rasa lapar. Makan kalau lapar, berhenti sebelum kenyang.
“ Nak, makan … gak mau … oke.”
Siangnya, “Abah … perut sakit. Mau makan?”
Jadi tidak pilih-pilih lauk. Aku laper perlu makan, tak pernah nipu agar anak makan.
Tahu makan untuk hidup, bukan makan untuk hidup.
Mau pergi, gak bisa ngajak anak,
dipegangkan ibu, penyelimuran anak disuruh lihat cicak. Ini cara yang kurang
bijak.
Anak belajar hal penting: ooo gitu caranya.
Kadang kita mengajarkan hal sangat fatal. Mestinya kita kalua pergi, pamit
baik-baik. Kejer gak apa-apa.
Kalau mau pergi didoakan di ubun-ubun. Sehari
didoakan tiga kali. Kalau mau pergi 3 hari, didoakan 9x. Kalau diajak tidak
ditawari, di pengajian ramai. Ibuku sewenang-wenang dan galak. Akan berangkat
ditawari. Ikut? Tiga jam, tak boleh minta-minta pulang. Di acara melanggar,
boleh menegur. Tak ada penawaran, kita marah, kesannya ibu kejam dan galak.
Tegas dan galak batasnya kesepakatan ada atau tidak.
Hati-hati bicara sama anak. Kadang nak
lari-lari, kita katakana, “Jangan lari-lari, nanti jatuh. Indonesia tak pernah
masuk piala dunia. Membatalkan proses yang sangat penting bagi anak. Anak
jatuh, dimarahi, kalau diulang-ulang menjadi anak tak berani ambil risiko. Menjadi
pemimpin yang tak berani bikin terobosan.
Blaming others,
kalau gedhe dia tak opimal berusaha. Waktu jatuh, dia bilang habis batunya
nakal. Pelajaran tak berhasil, gurunya killer. Matematika = makin tekun makin
tidak karuan. Karena belajar dari orang tuanya.
Jatuh, “cuma kayak gitu jangan nangis”. Menimbulkan
ketidakpekaan. Ada orang menderita cuma kayak gitu. Gak sakit. Orang Palestina
dijajah gak peduli. Ibunya sakit
menangis malah ditegur. Dah, malu ah, sudah tua kok nangis.
Anak jatuh, kalau tak perlu dikomentari. Kalau
nangis tak perlu ngomong. Selamat, tadi larinya cepet. Sakit? Iya.
Anak manjat, jangan bilang nanti jatuh.
Hebat sudah sampe manjat di atas. Coba turun. Perempuan, manjat pohon tsb.
Kadang spontan kita menegur. Maksudnya
baik, kadang kita menyampaikan sesuatu yang tidak ada dalilnya. Misal, anak shalih di surga, anak nakal di
neraka. Tak ada dalil. Kadang supaya anak nurut pinjem-pinjem nama Allah. Bisa jadi
anak menganggap Allah Maha tidak suka.
Piring pecah, kita mengomentari pecahnya
piring? Kadang-kadang kita tak sadar salah menempatkan. Maasyaallah berusaha
membawa piring ke tempat cuci piring. Yuk, kita bersihkan bareng-bareng.
Anak sama-sama susah dibangunkan makan,
sama-sama suka susu. Tapi cara menyikapinya bisa berbeda-beda.
Ada yang begini. “Nak, bangun kalau bangun
ibu buatkankan susu hangat yang enak” (mengajarkan pamrih).
“Nak, bangun, sudah dibuatkan susu hangat
yang enak.” (mengajarkan ketulusan).
Muji anak boleh, tetapi kembalikan kepada
Allah. Maasyaallah Rek, gantengnya anakku. Sering-seringlah memuji. Masyaallah
Nak, Umi seneng bisa mencuci piring sendiri. Masyaallah Nak, bangun pagi. Umi
bangga. Effort-effort kita puji. Dia akan mengulang-mengulang. Memeluk,
mencium, bermain bersama. Prosotan, jungkat-jungkit,
5 kurikulum yang perlu ditanamkan kepada
anak
1. Tauhid
(tanamkan tauhid dengan segala yang memungkinkan)
2. Pengawasan
Allah (muraqabatullah)
3. Ibadah
4. Akhlak:
jujur, tawadhu’
5. Adab
(etika dan etiket)

Bagus sharenya bu. Bismillah terus belajar
BalasHapusAamiin3
Hapus