Berkali-kali tulisan ini telah kubaca. Namun, hingga kini setiap membacanya selalu berurai air mata.
Semoga ada pelajaran berharga yang dapat kita petik bersama.
Dikisahkan oleh seorang Ustadz di negeri Jiran (kisah
nyata)
Suatu hari saya pergi ke satu Rumah Panti Jompo, Seorang
sahabat meminta bantuan, Agar saya dapat menyalurkan bantuan kepada orang
miskin. Saya belikan kain sarung, Beli roti, Dll. Saya pun pergi
ke Panti Jompo yang saya kenal, Tak usah saya sebut Namanya.
Saat sampai kendaraan kami di
perkarangan Panti Jompo tsb, Tiba-tiba ada seorang ibu tua berlari dari
asrama (panti) mendekati saya,
"Ye...
Ye...
Anak aku datang,
Anak aku datang,
Senangnya anak aku datang..."
Saya tak mengenal beliau siapa, Ibu itu memeluk
saya, Dia cium saya.
0rang tua itu berkata...
"Nak... Kenapa tinggalkan ibu disini nak, Ibu
mau pulang... Ibu rindu rumah kita..."
Saya waktu itu... Hampir tak bisa berkata-kata,
Ya Allah... Saya coba mengucapkan kata...
"Bu..."
Saya pegang tanganya, Saya lihat mukanya, Dia
bilang...
"Sampai hati nak, Kau tak mengaku aku ini
ibu kau..."
Bisa saya bayangkan, Bagaimana perasan beliau
begitu rindu pada anak nya, Saya coba berpura-pura, Seolah-olah saya
anaknya, saya berkata...
"Bu... Maafkan saya ya..."
Saya pegang tangannya, saya ajak duduk atas
kursi, Saya ambil roti, dll. Dan saya suapkan ke mulutnya, Tak terasa
menetes air mata dipipi,
Mencoba bayangkan, Hati seorang ibu yang rindu
kepada anaknya, Bila kita anaknya, Mengambilkan sepotong roti, Kita
suapkan kemulutnya, Bagaimana perasaan beliau?
Bagaimana perasan kita?
Saya coba usap air matanya yang meleleh dipipi, Dia
pegang tangan saya, Subhana Allah...
Saya bisa merasakan bagaimana perasaan beliau yang
begitu rindu kepada anaknya,
Saat saya hendak pulang, Dia pegang kaki saya
sambil berkata...
"Nak... Jangan tinggalkan ibu
nak, Ibu mau balik, Ibu mau pulang..."
Akhirnya saya minta izin dengan pihak pengawas panti
di situ, Melihat data beliau ternyata anaknya ada 5 orang, Yang paling besar
bergelar Tan Sri, orangnya memang kaya, Punya nama besar, Dan
hebat orangnya,
Waktu saya izin pulang, Dia pegang baju
saya, Dia bilang mau ikut saya pulang, Saya bilang
"Di mobil ada banyak barang", "Tak
apa kata ibu itu, Saya duduk sama barang-barang, Itu"...
Akhirnya saya izin ke pengelola panti
untuk membawa ibu itu selama 5 hari saja, Pulang ke rumah saya, Sholat
Subuh saya jadi Imam dia makmum di belakang, Saya baca doa, Saya tengok
air mata beliau jatuh, Selesai doa saya salami beliau, Saya cium
tangannya, Saya bilang...
"Bu...Maafkan saya ya..."
Waktu itu, Saya tak membayangkan, Kalau ibu saya
sudah meninggal, Tapi saya bayangkan ibu ini adalah ibu saya, Sebab
dia rindu pada anak-anaknya,
Di hari ketiga di rumah saya, Waktu
Sholat Isya', Selesai doa saya salami beliau, Dia lapisi tangannya
dengan kain mukena-nya, Dia salam,
Saya bilang...
"Bu... Kenapa ibu lapisi tangan ibu ? 2 hari
yang lalu ibu salam, Ibu tak lapisi tangan ibu dengan saya, Kenapa hari
ini ibu lapisi tangan ?"
Dia bilang...
"Ustaz... Kau bukan anak saya kan..."
Subhanaallah...
Tiba-tiba dia sebut nama saya "Ustaz",
Saya bilang...
"Kenapa ibu panggil saya ustaz ? Saya anak
ibu..."
Dia berkata...
"Bukan... Kalau anak saya dia tak akan seperti
ini, Kalau anak saya dia tak akan jadi imam saya,
Kalau anak saya dia tak akan suap saya makan..."
Bayangkan sahabat-sahabat bagaimana perasaan ibu
ini, Spontan saya pegang dia, Saya peluk dia,
Saya menangis, Saya bilang...
"Bu... Walaupun bukan ibu saya, Tapi saya
sayang ibu seperti ibu saya..."
Saya pegang tangan ibu ini... Walaupun bukan ibu saya,
Tapi saya tahu hatinya sangat rindu dekat dengan anaknya, Waktu itu saya
pandang wajahnya, Saya bilang...
"Bu... Walaupun ibu saya telah tiada, Tapi
ibu boleh ganti menjadi ibu saya, Ibu duduklah di sini..."
Saat makan, Saya suapkan nasi ke mulutnya, Dia
muntahkan balik makan dari mulutnya,
Saya tanya... "Kenapa bu ?"
Tiba-tiba saya lihat wajahnya pucat, Saya angkat dia, Panggil
ambulan antar ke rumah sakit,
Waktu di RS, Saya ambil
kepalanya dan saya rebahkan ibu ini, Dia pegang tangan saya dia berkata...
"Ustaz... Kalau saya mati,
Tolong jangan beritahu sorang pun anak saya, Kalau saya sudah mati, Jangan
beritahu mereka di mana makam saya, Kalau mereka tahu di mana kubur
saya, Jangan izinkan dia pegang batu nisan saya..."
Saya pegang beliau saya berkata...
"Bu... Jangan ngomong seperti
itu, Bu..."
Isteri saya menangis di sebelah, Anak saya
menangis di sebelah memegang dia, Kami pegang dia...
"Bu... Jangan ngomong seperti
itu, Bu..."
Dia geleng kepala, Rupa-rupanya itulah saat
penghujung hayatnya, Akhirnya dia pun meninggal di atas ribaan saya di
rumah sakit itu,
Dia meninggal dalam pelukan
saya, Saya doakan Ibu Hajjah Khalijah ini ruhnya mudah-mudahan bersama
Salafusoleh,
Sahabat, Bila kita masih ada
ibu, Tolonglah taat pada ibu kita, Jangan durhaka pada ibu kita, Jangan
tinggalkan dia di Panti Jompo, Saat ibu kita sakit kita jaga dia, Pijat-pijat
kepala dan kaki ibu kita...
Sahabat-sahabat coba tanya ibu
kita... "Bagaimana penderitaan ibu saat mengandung saya dulu? Bagaimana
sakitnya ibu saat melahirkan saya dulu ?"
Tanya ibu kita
sahabat-sahabat sekalian... Kalau kita tanya sudah tentu air mata ibu kita
akan jatuh, Karena itu sahabat-sahabat suapkanlah makanan pada ibu
kita...
Sahabat-sahabat semua... Selepas
wafatnya ibu ini, ternyata berita kematiannya sampai juga kepada anaknya yang
sulung, Anak dia terus telefon saya...
Apa anaknya bilang pada saya...
"Saya akan bawa anda ke
pengadilan, Saya akan tuntut anda telah membawa keluar ibu saya dari dari
Panti Jompo"...
3 tahun dia titipkan ibunya di
Panti, Dia tak pergi lihat, Sebab itu ibunya rindu, Hingga ibu itu
tak bisa membedakan saya dengan anaknya...
Akhirnya saya tunggu, Tunggu
punya tunggu tidak ada kabar hampir setahun lebih, Saya pergi ceramah di Masjid
di daerah pecinaan, Selesai saya ceramah datang seorang lelaki memeluk
saya,
Menangis dalam masjid, Orang
dalam masjid heran, Ada apa ini, Saya tanya pada dia...
"Pak, Ada apa ini ? Ada
masalah apa...?"
Dia berkata dalam keadaan menangis...
"Ustaz... Tolong kasih tahu di
mana makam ibu saya ustaz? Tolong kasih tahu di mana kubur ibu saya?"...
Saya bilang... "Kenapa hari ini
baru tanya kubur ibu kamu ?"...
Dia bilang...
"Tolonglah ustaz... Saya mau
jumpa ibu saya ustaz, Sayalah orang yang bergelar Tan Sri yang mau
menuntut ustaz saat itu... Saya sekarang ini sudah bangkrut ustaz, Isteri
saya mati kecelakaan, Rumah disita bank, Mobil mewah saya semua dah
disita bank, Tinggal 1 saja, Motor tua itu..."
Saya berkata... "Saya bisa
tunjukkan makam ibu kamu, Tapi dengan 1 syarat, Kamu jangan pegang
batu nisan ibu kamu..."
Sampai di pemakaman, Tak sempat
saya turun dari mobil, Dia turun duluan, Saya lihat di depan mata
saya sendiri dia jatuh tersungkur tangannya menjadi hitam, Mulutnya
tertarik sebelah yang tadi awalnya tangan dan mulutnya baik-baik saja, Sambil
memanggil-manggil...
"Ibu... Ibuuu... Ibuuuuu..."
Tiba-tiba saya angkat dia tak jauh
dari makam ibunya belum sampai ke kubur ibunya,
Dia sudah hembuskan nafas terakhir disamping makam
ibunya...
Allahu Akbar...
Mengucap panjang saya... Allah SWT tunjukkan
kepada saya, Di kehidupan ini balasan anak yang durhaka pada ibu dan
ayahnya,
Semoga kisah ini menjadi pelajaran di
luar sana, Ambillah iktiar dari kisah di atas,.
"Dan apabila mata ibumu sudah tertutup, Maka
hilanglah satu keberkahan disisi Allah SWT. Yaitu Doa seorang ibu"
Tulisan ini telah kubaca berulang-ulang. Namun, setiap
membacanya selalu menitikkan air mata. Semoga kita dapat mengambil pelajaran.
Aamiin3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar