Disarikan dari
taushiah Oemar Mita
Majlis taklim Bunda Mengaji Jumat Munajad. Yang paling
penting dalam hidup adalah berkah/barakah. Orang kaya kalau tidak barakah tidurnya
tidak nyenyak, orang pinter kalau tidak barakah kadang hanya untuk minteri dan
menipu orang lain. Orang kota kalau tidak barakah hanya untuk nipu orang kampung.
Orang kampung kalau tidak barakah bisa jadi benci kepada orang kota atau semua
orang. Semoga kita mendapat barakah Allah.
Bersyukur atas segala nikmat. Syukur merupakan salah satu
komponen penting agar husnul khatimah. Bukan hanya shalat malam, tetapi konsep syukur.
Orang yang pandai bersyukur akan mendapat rahmat.
Banyak orang mampu bersabar tapi tak mampu bersyukur.
Sabar sering dilakukan karena kondisi yang mengharuskan untuk bersabar. Taat ketika
banyak kenikmatan lebih sulit dibanding taat ketika banyak ujian. Gampang balik
jika diuji, saat lapang sering melenakan. Lapang atau kenikmatan itu seperti
gula. Melenakan. Glukosa semakin tinggi. Karena lapang, seringkali habis makan
tidur, malam tidur lagi. Itu dikarenakan kelapangan atau nikmatnya banyak.
Sabar
yang membuatku dekat kepada Allah lebih aku sukai daripada kelapangan/nikmat yang
melenakan. Orang sering berpikir
syukur itu gampang. Belum tentu. Ketika belum kaya katanya akan besyukur jika
sudah kaya. Namun, belum tentu. Kelapangan itu kayak glukosa. Sering melenakan.
Orang beriman itu ujiannya selalu ada. Orang beriman ujiannya banyak. Hikmah:
orang beriman diuji agar tidak lupa bahwa hidup di dunia itu tidak enak. Dan
ingin Kembali.
Diuji pengin
kembali, ketemu Allah seperti kita naik angkot rusak, ingin cepat turun. Ada
yang mengatakan, “Sudah ngaji, sudah ikut taklim tapi mengapa ujian adaaaa saja.
Katanya kalau ngaji hidupnya gampang?” Itu bukan karena Allah benci pada kita.
Itu dikarenakan Allah ingin orang itu tidak lupa pada akhirat.
Saat Nabi
sakit dikasih pilihan. Waktu itu dakwah telah selesai. Beliau jawab Ilaa
rafiqil a’la. Pengin cepat balik, ketemu Allah, ketemu nabi-nabi sebelumnya.
Nabi tak ingin lihat hasil, ingin balik.
Syukur itu
penting. Kadang kita lupa ketika banyak nikmat. Allah menguji kita agar kita tidak
amnesia. Syukur menjanjikan kualitas, bukan kuantitas.
Istri bersyukur,
suami bersyukur. Istri tahu aib suami, tapi istri tetap tersenyum walau tahu
kelemahan kita. Dalam hal ini suami patut bersyukur. Begitu pula istri perlu
bersyukur bahwa suami kita tetap pulang meski kita belum mampu selalu tersenyum
bak bidadari.
Konsep hidup dimulai dari bersyukur. Syukur yang
menjadikan kita bahagia, bukan bahagia yang menjadikan kita syukur.
Usia
Umur 60 tahun. Yang paling menarik, woowww. Telah berjalan 60 tahun menuju Allah,
sebentar lagi sampai. Percakapan sama mbah sepuh. Yang paling penting bukan umur
berapa, tapi bagaimana memanfaatkan umur yang dapat diumpamakan rel perjumpaan
menuju Allah. Bukan umur yang kita khawatirkan, tapi apa yang akan kita bawa?
Ikhtiar merenungkan umur dan apa yang kita bawa.
Perjalanan
semakin dekat. Yang sudah melewati 40 tahun maka sebenarnya alarm kematian
pertama sudah diperdengarkan. Lonceng satu, tumbuh uban, keriput, mata tak
jelas. Gula darah masih bisa dikoreksi, tapi umur tidak. Angka 50 tahun dua
alarm diperdengarkan. Usia 60 tahun 3 alarm diperdengarkan. Sedikit sekali yang
melewati angka 70 tahun yang merupakan lonceng keempat.
Kehidupan
kita bukan apa yang kita tinggalkan (wariskan), tapi laporan apa yang harus
kita sampaikan kepada Allah. Laporan apa? Ketika perjumpaan itu pasti. Bukan apa
yang kita dapat. Berapa harta yang dikumpulkan kalau sudah lewat 40 tahun. Usia
40, 50 hasrat untuk harta masih gedhe semaput. Mereka tak mau apa yang
diperoleh tak mau pindah-pindah. Fokus untuk keluarga dan dirinya. Tinggal
menghitung waktu. Jelita? Apa yang dipersiapkan, apa yang kita bawa? Agar
laporan diterima. Bawahan saja jika akan laporan pasti gelisah sampai laporan
itu diterima.
Ada seseorang
di kota kecil, pendidikan biasa, tapi pikiran langit: tinggi. Yang berpikir ke
depan lebih mulia daripada orang yang berpendidikan tinggi. Namanya Mbah Jum. Tamatan
SD, jualan pecel, pikirannya melampaui yang berpendidikan tinggi. Penjual,
buta, berdagang selalu percaya kepada pembeli. Hikmah: “Mbah Jum apa ndak
khawatir ada yang menipu?” Beliau jawab tidak khawatir. Beliau percaya kepada
semua pembeli. Kalau bawa pulang uang 200 ribu, maka yang 150 ribu diinfakkan
ke masjid. Kalau bawa pulang uang 300 ribu, yang 250 diinfakkan ke masjid. Karena
yang dibutuhkan hanya 50 ribu. Gak mau ambil lebih dari itu.
Dari kisah tersebut
kita tahu bahwa orang tinggi bukan orang yang sekolahnya tinggi, kaya raya,
punya rumah mewah. Orang yang berjalan di kehidupan di dunia tapi pikirannya nyanthel
ke akhirat itulah orang tinggi. Seperti Mbah Jum memandang urusannya ringan.
Sisakan 50 ribu hanya untuk makan pagi dan makan sore. Ini orang yang paham.
Umur bukan yang akan ditinggalkan, tapi apa yang kita bawa. Kadang kita lupa.
Yang sering
terpikir adalah nanti ninggalin apa untuk anak? Bangun rumah besar tak ada yang
tinggal di rumah itu. Rumah besar justru gak dipakai. Rejeki anak bukan kita yang
ngatur, tapi Allah yang ngatur. Umur sudah tertentu, terbaik yang kita bawa supaya
tenang.
Sebagai
analogi, jika kita umroh, di kantor imigrasi, jika kita sudah bawa paspor,
visa, tiket pesawat maka akan tenang. Berangkat umroh paspor tertinggal, tiket
bawa pulang cucu, bingung? Ditanya petugas??? Lainnya lewat imigrasi, kita
bingung bahkan saat baru ketemu petugas imigrasi.
Naik motor
senior, sen kiri belok kanan. SIM, STNK??? Tokoh kunci di keluarga. Kita tak
bawa apa-apa kita bingung. Allah kasih waktu untuk persiapan. Tukaran saat arisan
bukan waktunya, tawar-menawar bukan waktunya.
Terus apa???
Supaya tenang? Meninggal senyum? Itu dikarenakan sesuatu telah dipersiapkan. Seperti
orang tidur, tidak ketakutan. Kenapa? Karena bawa bekal yang harus
dipersiapkan.
Majlis
taklim, hasil karya yang diniatkan untuk-Mu, senyum dengan orang yang telah
melukai. Tak bisa meninggalkan warisan??? Tak lagi bertengkar urusan duniawi.
Gara-gara uang 10 ribu kadang menjadikan orang tak mau nyalatin kita. Meninggal
itu butuh doa. Jangan mengurangi doa. Doa yang langsung mereka lantunkan.
Hidup itu
simpel. Gampang. Gak harus terkenal. Gak usah muluk-muluk. Gak usah banyak
ngomong jabatan.
Apa
yang perlu dipersiapkan?
1.
Husnudzon
sama Allah dan ridlo
sama apapun yang kita lewati
Kalau ingat
penggalan hidup yang tak enak, baca Rodhiitu billahi Rabba ….
Jangan simpan
memori tidak enak. Kok saya, suaminya dia ya? Kalau bertengkar jangan sebut-sebut
takdir. Allah tak pernah salah ngasih titipan dan milih pundak dalam ujian
hidup. Kita perlu khawatir kalau Allah tak suka ketemu dengan kita.
Jangan
sekali-kali kamu berprasangka kecuali berprasangka baik sama Allah
Bapak kelahiran 38,
ibu 48. Mas Yusar lahir tahun 1967. Celebar palsy, face kaya anak-anak. Gak
bisa seperti dewasa, akal seperti di bawah 3 tahun. Harus ditemani seumur hidup.
Pas lahir bapak lemes, kakak tak nangis ditepuk-tepuk 15 menit baru nangis. Bisa
berjalan 10 tahun kayak umur 3 tahun. Jalan pada ubin beda warna langkah hati-hati.
Anak
kedua lahir tak nangis. Setengah jam baru nangis. Dijalani puluhan tahun. Jual
banyak tanah untuk mengobatkan anak pertama dan kedua. Diomongin orang,
salahnya apa? Padahal yang ngatur kejadian adalah Allah. Ayah keluar ICU, Pak yang
ridlo ya sama Allah. Yang disebut nama anak 1 dan 2. Husnudzon sama Allah, bapak
orang baik, ridlo. Orang sehat, punya penyakit. Allah terbaik: ridlo dan
diucapkan.
Saad
bin Abi Waqash diuji Allah, sahabat paling mustajab yang jika berdoa sebelum
tangan turun sudah dikabulkan. Rumahnya ramai dikunjungi. Walinya Allah.
Melewati
55 s.d, 65 tahun diuji matanya buta. Menjelang 60 tahun buta tak pernah berdoa
untuk kesembuhan matanya. Keponakan datang bilang, punya doa paling mustajab
mbok berdoa.
“Nang,
aku lebih ridlo takdir buta daripada meminta takdir itu diganti. Aku ridlo
dengan takdir pertama daripada takdir itu diganti. Pasti takdir Allah itu baik.
Hadits diucapkan 3 hari sebelum wafat, hari Jumat malam saking pentingnya. Ya
Allah, saya ridlo. Saya pernah digunakan orang pernah dighibahi orang saat
kampung saya ridlo ya Allah. Radhiitu billahi …
Episode
tak suka: banyak. Sudahlah ridlo. Ridlo, serahkan sama Allah. Yang salah kalau hati
kita belum rasakan cinta sama Allah. Mau marah, kondisinya tak berubah.
Teman da’i di
Pusroh (Pusat Rohani) TNI Semarang diuji anak pertama dan kedua buta. Berharap
anak ketiga normal. Anak ke-3 buta. Langsung
beliau tak mau shalat, puasa Ramadhan, shalat Jumat tak jumatan. Semua ibadah
ditinggal. Pernah nemui orang yang dulu
jadi jamaahnya. Kenapa kamu shalat? Minta satu anak normal? Tak diberi. Di atas
langit tak ada siapa-siapa. Na’udzubillah min zalik. Disadarkan
pelan-pelan. Kau tak tahu apa yang kurasakan. Tak usah ngomong tak usah komen.
Kebaikan kisah: kalau marah-marah ketiga anak tak kembali normal. Kuncinya
ridlo.
Kelahiran
anak ketiga (Oemar Mita): tangisnya luar biasa kencang. Setelah lahir dua anak,
tirakat luar biasa.
2.
Raaja’nya
ditambah. Berharap. Meski
dosa banyak kita punya Allah supaya tak benci pada mati. Siapapun yang senang
ketemu Allah, Allah seneng pada dia Siapapun yang benci ketemu Allah, Allah
benci pada dia. Ampunan Allah lebih besar daripada dosa kita.
Seorang
lelaki disidang sama Allah, harusnya dapat neraka. “Bukan kayak gini yang aku
prasangkakan Dirimu. Bagaimana prasangkamu? “Mengampuni dan merahmati saya.” Dari
prasangka itu Allah mengampuni dan merahmati akhirnya dia masuk surga.
Kita
pulang kepada Allah yang rahmat-Nya lebih besar dan mencintai kita. Jangan
berpikir bahwa Allah tak bakal mengampuni, nanti benci mati. Hidupkan: Allah
rahmatnya besar. Allah lebih besar ampunan-Nya, tapi jangan disalahgunakan.
Selagi
muda kuatkan sifat khauf, selagi tua kuatkan raja’. Orang tua diajari raja’
Membentak suami,
mengusir suami. Bertengkar di mobil. Kalau ada keluarga meninggal dunia jangan
diingat-ingat dosanya. Mau meninggal dunia: sunnahnya yang diingatkan Allah
Maha Pengampun, insyaallah dosa kita diampuni supaya orang tersebut tak benci
mati. Insyaallah bapak orang yang amanah, sabar, tak pernah membentak, jangan
sebut dosanya. Sebut kebaikannya.
Orang
yang tak pernah berhenti berharap kepada Allah adalah orang yang tak pernah
kecewa. Ada kisah seseorang berwasiat nanti kalau aku mati tolong dibakar,
abunya disebar di tengah lautan. Kenapa kamu berwasiat dibakar, disebar abunya?
Karena aku takuuut, jika Allah tak mengampuni.
3.
Banyak-banyak
istiqomah berteman dengan orang shalih
Sesungguhnya
semakin tua jangan menambah musuh, tambahlah teman-teman yang shalih. 40 teman
yang taat kepada Allah menyalati, bisa memberi syafaat langsung. Nanti shalatin
saya ya. Tak langsung. Minta boleh asal tak merepotkan.
Perbanyak saudara,
baik sama tetangga, baik sama tamu, berkata yang baik dan tidak menyakiti. Jangan
banyak musuh. Lebih baik ngalah sama orang.
Orang
kampung yang nyalatin banyak. Minta maaf, saling meridloi supaya persaudaraan
terjaga. Di kota meninggal dunia Senin sepi. Balasan doa: berkah seluruh
urusan, ringan catatan dosa, berat catatan kebaikan, semoga Allah memberikan
husnul khatimah, mempertemukan bapak ibu, mbah, di tempat yang jauh lebih baik,
mengampuni kita, keluarga sabar menerima kita dengan seluruh kekurangan kita. Jangan
bosan untuk mengunjungi orang yang memiliki ilmu.
Hidup itu simpel dan sederhana. Yang menjadikan ribet
kita sendiri.

Semoga bisa husnul khotimah ..amiin3 Kus
BalasHapus