Selasa, 02 Desember 2025

MENJEMPUT BERKAH DI SISA USIA


Disarikan dari taushiah Oemar Mita

 

            Majlis taklim Bunda Mengaji Jumat Munajad. Yang paling penting dalam hidup adalah berkah/barakah. Orang kaya kalau tidak barakah tidurnya tidak nyenyak, orang pinter kalau tidak barakah kadang hanya untuk minteri dan menipu orang lain. Orang kota kalau tidak barakah hanya untuk nipu orang kampung. Orang kampung kalau tidak barakah bisa jadi benci kepada orang kota atau semua orang. Semoga kita mendapat barakah Allah.

            Bersyukur atas segala nikmat. Syukur merupakan salah satu komponen penting agar husnul khatimah. Bukan hanya shalat malam, tetapi konsep syukur. Orang yang pandai bersyukur akan mendapat rahmat.

            Banyak orang mampu bersabar tapi tak mampu bersyukur. Sabar sering dilakukan karena kondisi yang mengharuskan untuk bersabar. Taat ketika banyak kenikmatan lebih sulit dibanding taat ketika banyak ujian. Gampang balik jika diuji, saat lapang sering melenakan. Lapang atau kenikmatan itu seperti gula. Melenakan. Glukosa semakin tinggi. Karena lapang, seringkali habis makan tidur, malam tidur lagi. Itu dikarenakan kelapangan atau nikmatnya banyak.

Sabar yang membuatku dekat kepada Allah lebih aku sukai daripada kelapangan/nikmat yang melenakan. Orang sering berpikir syukur itu gampang. Belum tentu. Ketika belum kaya katanya akan besyukur jika sudah kaya. Namun, belum tentu. Kelapangan itu kayak glukosa. Sering melenakan. Orang beriman itu ujiannya selalu ada. Orang beriman ujiannya banyak. Hikmah: orang beriman diuji agar tidak lupa bahwa hidup di dunia itu tidak enak. Dan ingin Kembali.

Diuji pengin kembali, ketemu Allah seperti kita naik angkot rusak, ingin cepat turun. Ada yang mengatakan, “Sudah ngaji, sudah ikut taklim tapi mengapa ujian adaaaa saja. Katanya kalau ngaji hidupnya gampang?” Itu bukan karena Allah benci pada kita. Itu dikarenakan Allah ingin orang itu tidak lupa pada akhirat.

Saat Nabi sakit dikasih pilihan. Waktu itu dakwah telah selesai. Beliau jawab Ilaa rafiqil a’la. Pengin cepat balik, ketemu Allah, ketemu nabi-nabi sebelumnya. Nabi tak ingin lihat hasil, ingin balik.

Syukur itu penting. Kadang kita lupa ketika banyak nikmat. Allah menguji kita agar kita tidak amnesia. Syukur menjanjikan kualitas, bukan kuantitas.

Istri bersyukur, suami bersyukur. Istri tahu aib suami, tapi istri tetap tersenyum walau tahu kelemahan kita. Dalam hal ini suami patut bersyukur. Begitu pula istri perlu bersyukur bahwa suami kita tetap pulang meski kita belum mampu selalu tersenyum bak bidadari.

 Konsep hidup dimulai dari bersyukur. Syukur yang menjadikan kita bahagia, bukan bahagia yang menjadikan kita syukur.

Usia

Umur 60 tahun. Yang paling menarik, woowww. Telah berjalan 60 tahun menuju Allah, sebentar lagi sampai. Percakapan sama mbah sepuh. Yang paling penting bukan umur berapa, tapi bagaimana memanfaatkan umur yang dapat diumpamakan rel perjumpaan menuju Allah. Bukan umur yang kita khawatirkan, tapi apa yang akan kita bawa? Ikhtiar merenungkan umur dan apa yang kita bawa.

Perjalanan semakin dekat. Yang sudah melewati 40 tahun maka sebenarnya alarm kematian pertama sudah diperdengarkan. Lonceng satu, tumbuh uban, keriput, mata tak jelas. Gula darah masih bisa dikoreksi, tapi umur tidak. Angka 50 tahun dua alarm diperdengarkan. Usia 60 tahun 3 alarm diperdengarkan. Sedikit sekali yang melewati angka 70 tahun yang merupakan lonceng keempat.

Kehidupan kita bukan apa yang kita tinggalkan (wariskan), tapi laporan apa yang harus kita sampaikan kepada Allah. Laporan apa? Ketika perjumpaan itu pasti. Bukan apa yang kita dapat. Berapa harta yang dikumpulkan kalau sudah lewat 40 tahun. Usia 40, 50 hasrat untuk harta masih gedhe semaput. Mereka tak mau apa yang diperoleh tak mau pindah-pindah. Fokus untuk keluarga dan dirinya. Tinggal menghitung waktu. Jelita? Apa yang dipersiapkan, apa yang kita bawa? Agar laporan diterima. Bawahan saja jika akan laporan pasti gelisah sampai laporan itu diterima.

Ada seseorang di kota kecil, pendidikan biasa, tapi pikiran langit: tinggi. Yang berpikir ke depan lebih mulia daripada orang yang berpendidikan tinggi. Namanya Mbah Jum. Tamatan SD, jualan pecel, pikirannya melampaui yang berpendidikan tinggi. Penjual, buta, berdagang selalu percaya kepada pembeli. Hikmah: “Mbah Jum apa ndak khawatir ada yang menipu?” Beliau jawab tidak khawatir. Beliau percaya kepada semua pembeli. Kalau bawa pulang uang 200 ribu, maka yang 150 ribu diinfakkan ke masjid. Kalau bawa pulang uang 300 ribu, yang 250 diinfakkan ke masjid. Karena yang dibutuhkan hanya 50 ribu. Gak mau ambil lebih dari itu.

Dari kisah tersebut kita tahu bahwa orang tinggi bukan orang yang sekolahnya tinggi, kaya raya, punya rumah mewah. Orang yang berjalan di kehidupan di dunia tapi pikirannya nyanthel ke akhirat itulah orang tinggi. Seperti Mbah Jum memandang urusannya ringan. Sisakan 50 ribu hanya untuk makan pagi dan makan sore. Ini orang yang paham. Umur bukan yang akan ditinggalkan, tapi apa yang kita bawa. Kadang kita lupa.

Yang sering terpikir adalah nanti ninggalin apa untuk anak? Bangun rumah besar tak ada yang tinggal di rumah itu. Rumah besar justru gak dipakai. Rejeki anak bukan kita yang ngatur, tapi Allah yang ngatur. Umur sudah tertentu, terbaik yang kita bawa supaya tenang.

Sebagai analogi, jika kita umroh, di kantor imigrasi, jika kita sudah bawa paspor, visa, tiket pesawat maka akan tenang. Berangkat umroh paspor tertinggal, tiket bawa pulang cucu, bingung? Ditanya petugas??? Lainnya lewat imigrasi, kita bingung bahkan saat baru ketemu petugas imigrasi.

Naik motor senior, sen kiri belok kanan. SIM, STNK??? Tokoh kunci di keluarga. Kita tak bawa apa-apa kita bingung. Allah kasih waktu untuk persiapan. Tukaran saat arisan bukan waktunya, tawar-menawar bukan waktunya.

Terus apa??? Supaya tenang? Meninggal senyum? Itu dikarenakan sesuatu telah dipersiapkan. Seperti orang tidur, tidak ketakutan. Kenapa? Karena bawa bekal yang harus dipersiapkan.

Majlis taklim, hasil karya yang diniatkan untuk-Mu, senyum dengan orang yang telah melukai. Tak bisa meninggalkan warisan??? Tak lagi bertengkar urusan duniawi. Gara-gara uang 10 ribu kadang menjadikan orang tak mau nyalatin kita. Meninggal itu butuh doa. Jangan mengurangi doa. Doa yang langsung mereka lantunkan.

Hidup itu simpel. Gampang. Gak harus terkenal. Gak usah muluk-muluk. Gak usah banyak ngomong jabatan.

Apa yang perlu dipersiapkan?

1.      Husnudzon sama Allah dan ridlo sama apapun yang kita lewati

Kalau ingat penggalan hidup yang tak enak, baca Rodhiitu billahi Rabba ….

Jangan simpan memori tidak enak. Kok saya, suaminya dia ya? Kalau bertengkar jangan sebut-sebut takdir. Allah tak pernah salah ngasih titipan dan milih pundak dalam ujian hidup. Kita perlu khawatir kalau Allah tak suka ketemu dengan kita.

Jangan sekali-kali kamu berprasangka kecuali berprasangka baik sama Allah

Bapak kelahiran 38, ibu 48. Mas Yusar lahir tahun 1967. Celebar palsy, face kaya anak-anak. Gak bisa seperti dewasa, akal seperti di bawah 3 tahun. Harus ditemani seumur hidup. Pas lahir bapak lemes, kakak tak nangis ditepuk-tepuk 15 menit baru nangis. Bisa berjalan 10 tahun kayak umur 3 tahun. Jalan pada ubin beda warna langkah hati-hati.

Anak kedua lahir tak nangis. Setengah jam baru nangis. Dijalani puluhan tahun. Jual banyak tanah untuk mengobatkan anak pertama dan kedua. Diomongin orang, salahnya apa? Padahal yang ngatur kejadian adalah Allah. Ayah keluar ICU, Pak yang ridlo ya sama Allah. Yang disebut nama anak 1 dan 2. Husnudzon sama Allah, bapak orang baik, ridlo. Orang sehat, punya penyakit. Allah terbaik: ridlo dan diucapkan.

Saad bin Abi Waqash diuji Allah, sahabat paling mustajab yang jika berdoa sebelum tangan turun sudah dikabulkan. Rumahnya ramai dikunjungi. Walinya Allah.

Melewati 55 s.d, 65 tahun diuji matanya buta. Menjelang 60 tahun buta tak pernah berdoa untuk kesembuhan matanya. Keponakan datang bilang, punya doa paling mustajab mbok berdoa.

“Nang, aku lebih ridlo takdir buta daripada meminta takdir itu diganti. Aku ridlo dengan takdir pertama daripada takdir itu diganti. Pasti takdir Allah itu baik. Hadits diucapkan 3 hari sebelum wafat, hari Jumat malam saking pentingnya. Ya Allah, saya ridlo. Saya pernah digunakan orang pernah dighibahi orang saat kampung saya ridlo ya Allah. Radhiitu billahi

Episode tak suka: banyak. Sudahlah ridlo. Ridlo, serahkan sama Allah. Yang salah kalau hati kita belum rasakan cinta sama Allah. Mau marah, kondisinya tak berubah.

Teman da’i di Pusroh (Pusat Rohani) TNI Semarang diuji anak pertama dan kedua buta. Berharap anak ketiga normal.  Anak ke-3 buta. Langsung beliau tak mau shalat, puasa Ramadhan, shalat Jumat tak jumatan. Semua ibadah ditinggal.  Pernah nemui orang yang dulu jadi jamaahnya. Kenapa kamu shalat? Minta satu anak normal? Tak diberi. Di atas langit tak ada siapa-siapa. Na’udzubillah min zalik. Disadarkan pelan-pelan. Kau tak tahu apa yang kurasakan. Tak usah ngomong tak usah komen. Kebaikan kisah: kalau marah-marah ketiga anak tak kembali normal. Kuncinya ridlo.

Kelahiran anak ketiga (Oemar Mita): tangisnya luar biasa kencang. Setelah lahir dua anak, tirakat luar biasa.

2.      Raaja’nya ditambah. Berharap. Meski dosa banyak kita punya Allah supaya tak benci pada mati. Siapapun yang senang ketemu Allah, Allah seneng pada dia Siapapun yang benci ketemu Allah, Allah benci pada dia. Ampunan Allah lebih besar daripada dosa kita.

Seorang lelaki disidang sama Allah, harusnya dapat neraka. “Bukan kayak gini yang aku prasangkakan Dirimu. Bagaimana prasangkamu? “Mengampuni dan merahmati saya.” Dari prasangka itu Allah mengampuni dan merahmati akhirnya dia masuk surga.

Kita pulang kepada Allah yang rahmat-Nya lebih besar dan mencintai kita. Jangan berpikir bahwa Allah tak bakal mengampuni, nanti benci mati. Hidupkan: Allah rahmatnya besar. Allah lebih besar ampunan-Nya, tapi jangan disalahgunakan.

Selagi muda kuatkan sifat khauf, selagi tua kuatkan raja’. Orang tua diajari raja’

Membentak suami, mengusir suami. Bertengkar di mobil. Kalau ada keluarga meninggal dunia jangan diingat-ingat dosanya. Mau meninggal dunia: sunnahnya yang diingatkan Allah Maha Pengampun, insyaallah dosa kita diampuni supaya orang tersebut tak benci mati. Insyaallah bapak orang yang amanah, sabar, tak pernah membentak, jangan sebut dosanya. Sebut kebaikannya.

Orang yang tak pernah berhenti berharap kepada Allah adalah orang yang tak pernah kecewa. Ada kisah seseorang berwasiat nanti kalau aku mati tolong dibakar, abunya disebar di tengah lautan. Kenapa kamu berwasiat dibakar, disebar abunya? Karena aku takuuut, jika Allah tak mengampuni.

3.      Banyak-banyak istiqomah berteman dengan orang shalih

Sesungguhnya semakin tua jangan menambah musuh, tambahlah teman-teman yang shalih. 40 teman yang taat kepada Allah menyalati, bisa memberi syafaat langsung. Nanti shalatin saya ya. Tak langsung. Minta boleh asal tak merepotkan.

Perbanyak saudara, baik sama tetangga, baik sama tamu, berkata yang baik dan tidak menyakiti. Jangan banyak musuh. Lebih baik ngalah sama orang.

Orang kampung yang nyalatin banyak. Minta maaf, saling meridloi supaya persaudaraan terjaga. Di kota meninggal dunia Senin sepi. Balasan doa: berkah seluruh urusan, ringan catatan dosa, berat catatan kebaikan, semoga Allah memberikan husnul khatimah, mempertemukan bapak ibu, mbah, di tempat yang jauh lebih baik, mengampuni kita, keluarga sabar menerima kita dengan seluruh kekurangan kita. Jangan bosan untuk mengunjungi orang yang memiliki ilmu.

Hidup itu simpel dan sederhana. Yang menjadikan ribet kita sendiri.

 

1 komentar: