Cermatilah kutipan cerpen berikut!
”Siapa dia?”
”Dia, Pak? Dia kayaknya
orang gila. Sudah tiga hari dia menangis terus di makam itu. Kamboja mendekati orang tersebut. ”Ya, saya
sudah gila. Saya gila karena mempertahankan hak-hak orang mati. Makam ini
adalah rumah mereka yang telah istirahat dengan tenang. Saya gila karena
menginginkan
ketenangan mereka. Sedangkan kalian, gila
karena ingin hotel megah tanpa melihat penderitaan orang lain.”
Lelaki yang sedari tadi
disapa ”bapak” berbalik meninggalkan lokasi pemakaman. ”Anda bilang semua sudah
beres. Kasus makam ini ternyata belum selesai,” ujarnya sembari meninggalkan
tempat itu.
Sumber: Kamboja di Atas Nisan karya Herman RN
Latar suasana pada teks cerpen tersebut
adalah ….
A.
sedih
B.
gembira
C.
haru
D.
tegang
Cermatilah kutipan
cerpen berikut!
“Nis, maafin aku kalau ada salah” ucap Yola kepada Nisa di hadapan
teman-temannya. Ia menguatkan diri menemui Nisa dan kawan-kawannya seorang
diri.
“Hah? Sejak kapan Yola?” Nisa menatap Yola tidak percaya, begitu juga
teman-teman lainnya.
“Yola baru belajar, Nisa. Maafin Yola kalau selama ini telah
membuat Nisa sama teman-teman benci Yola,” suara parau Yola mengiang di telinga
Nisa, jelas sekali ia menahan air matanya yang sudah menunggu untuk meluncur di
pipinya.
Dalam hitungan sepersekian detik, Nisa memeluk Yola. Pelukan
sahabat yang sudah lama ia tidak rasakan. Ia peluk sekuat-kuatnya sambil
menangis. Mutia, Zsazsa, Tasya, dan Aisyah juga ikut memeluk tubuh Yola. Siapa
yang tidak rindu dengan pelukan sahabat yang hangat?
Lia dan Fajar yang memerhatikan mereka dari balik dinding
tersenyum bangga. Apalagi Fajar bisa membuat Yola tersenyum lagi. “Misi kita
selesai Lia,” desisnya, Lia membalasnya dengan senyum. Hari itu juga, mereka bersahabat
dengan baik kembali.
Sumber:
Fitrah karya Zhilan Zhalila
Simpulan isi kutipan
cerpen tersebut adalah ..
A.
Memberi maaf merupakan perbuatan mulia.
B.
Fitrah dapat memecah belah persahabatan.
C.
Setiap orang merindukan persahabatan sejati.
D. Hubungan persahabatan
dapat dipulihkan kembali
Cermatilah kutipan cerpen berikut!
Karena diseduh, maka muncul daging cincang dan potongan tulang
dari genangan kuah. Dua di antara potongan itu saya pastikan sebagai tulang
iga. Ya, tulang iga. Saya lama menatapnya dan tiba-tiba tangan saya menolak
bergerak. Saya merasa mendadak jadi gamang. Saya yakin tulang iga dalam
kuah gulai itu bukan
iga kambing karena tidak pipih.
Saya teringat Ibu Rapilus, guru kami di SMP. Dari dialah saya, dan
seharusnya juga Jubedi, tahu iga binatang pemakan rumput semisal kambing
berbentuk pipih.
Jadi, itu pasti gulai
anjing. Tetapi di sana Jubedi terus makan gulai itu dengan amat lahap. Sering
terdengar suara giginya mengunyah tulang.
“Itu gulai kam-bhing muda, jadi tulangnya kecil-kecil,” perempuan
warung kembali bersuara di samping saya. Dia terus bicara tapi saya tidak
mendengar karena situasi yang sulit tiba-tiba menjebak; apakah Jubedi sebaiknya
saya beri tahu yang sedang dia makan adalah gulai anjing? Kalau ini saya
lakukan, mungkin Jubedi akan muntah sejadi-jadinya. Itu masih lumayan. Tetapi
bagaimana kalau Jubedi kemudian marah kepada perempuan warung, dan mengamuk?
Kalau Jubedi marah warung tenda ini
bisa diobrak-abrik.
Saya tahu itu wataknya sejak di SMP dulu. Ah, tidak. Saya tidak mau ada
kegaduhan di pinggir jalan yang ramai ini.
Beberapa saat otak saya terasa buntu. Tetapi entahlah, dari
kebuntuan itu perlahan-lahan muncul sebuah sosok. Itu sosok Ibu Rapilus.
Sumber: Ahmad Tohari. Gulai Kam-bhing dan Ibu Rapilus.
Kompas: 4 Desember 2016
Konflik yang terdapat pada kutipan cerpen tersebut adalah …
A. Munculnya sosok Ibu Rapilus dalam kenangan tokoh saya.
B. Jubedi tidak mendengar penjelasan perempuan penjaga warung.
C. Kesimpulan saya tentang tulang iga dalam kuah gulai yang
dimakan Jubedi.
D. Kegalauan saya memberi tahu atau tidak daging yang dimakan
Jubedi.
Sementara ngintipnya itu dulu ya Kawan-kawan. Besuk
dilanjut ngintip lagi.