Hari
kasih sayang? Apa maksudnya? Apakah ini
terkait dengan tanggal 14 Februari yang ramai diperbincangkan orang dengan valentine
day atau hari kasih sayang? Oh bukan. Bukan itu maksudku. Sebab menurutku
setiap hari adalah hari kasih sayang. Kasih sayang sepanjang masa. Tak terbatas
tanggal 14 Februari.
Pagi tadi sepasang suami istri mendatangi
sekolah. Pasangan yang terbilang masih cukup muda. Dengan suara pelan dia
berujar.
“Ibu, mohon mohon maaf, mohon izin untuk
bertanya,” sambil dia geser kursi di samping tempat dudukku.
“Oh ya, silakan Ibu. Adakah yang bisa saya
bantu?” lirihku mengimbangi kesopanannya. Dia mulai duduk kulirik orang itu
beserta sesorang yang mendampingi. Dari sikapnya aku menangkap ada kegalauan di
hati. Ada sesuatu yang tersembunyi. Seorang lelaki yang tampaknya sebaya
dengannya tetap berdiri hingga kupersilakan untuk duduk menemani wanita itu.
Sorot mata yang penuh ragu menandakan hati
berkecamuk. Tanpa tahu penyebabnya, kutawarkan sesuatu yang barangkali bisa
mengurangi bebannya.
“Ada yang bisa saya bantu, Ibu?” imbuhku.
“Ehmmm. Ehmmm. Mau bertanya apakah hari
kemarin sekolah masuk?”
Meski belum mengutarakan maksud sebenarnya
arah pembicaraan seolah dapat ditebak. Sekolah masuk? Pikiranku mulai
berpetualang. Orang jelas pembelajaran dilaksanakan dari rumah kok nanya
sekolah masuk. Ini pasti ada kaitan dengan kisah anaknya.
“Anak saya Bu. Anak saya …” katanya. Satu
demi satu tetesan air bening leleh. Suaranya tercekat. Dia ambil napas panjang.
Beban berat menghimpit. Kukuatkan dirinya dengan memberikan perhatian penuh.
Tangan kananku masih memegang mouse. Beberapa menit lagi jadwalku mengajar
secara online. Untungnya, sebelum subuh materi pembelajaran, info pembelajaran,
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa telah kukirim. Blog berisi rangkuman
pembelajaran juga baru saja terkirim.
“Kemarin anak saya masuk sekolah. Hingga
kini belum pulang Buuuu. Katanya kemarin masuk sekolah,” suaranya kembali
luncur. Suasana ruang guru yang semula agak gaduh terhenti. Seolah semua ingin
mendengarkan penuturan ibu muda tersebut.
“Ohhh, kemarin libur tuh Bu. Maksudnya,
murid belajar dari rumah. Betul begitu ya Bu Nina?” ujarku kepada seorang rekan
yang duduk peris di belakangku. Bu Nina tersenyum tetapi masih meneruskan
pekerjaan untuk merekap iuran dari kawan-kawan untuk menyumbang korban bencana
alam.
Oh, ternyata oh ternyata. Putri si ibu
muda tersebut merayakan hari kasih sayang dengan cara sehari semalam tak pulang
ke rumah. Pergi bersama orang yang katanya disayangi. Oalahhhh inilah
penafsiran yang salah terhadap hari kasih sayang.
#thepowerofkepepet
#pikir15menit
#nulis#15menit
#kasihsayang
#Feb14AISEIWritingChallenge
Huuf.. Miris ya buk.. Jika melihat kondisi muda mudi saat ini..
BalasHapusSemoga banyak pemuda pemudi yang bisa contril diri tidak ikut2tan budaya tersebut.yg sebenarnya dalam Islam tidak ada..