Pelajaran
yang kudapat dari sekolah dasar dulu ternyata kini ada yang tak berlaku.
Contohnya, Siapa menanam akan mengetam. Maksudnya siapa yang
menanam akan memetik hasilnya. Jika merujuk peribahasa tersbut berarti yang
mengetam (memanen hasil) adalah si penanam. Namun, kali ini peribahasa tersebut
tak tebukti.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Inilah
yang kualami. Beberapa hari ini memanen hasil kebun yang tak pernah saya tanam
dengan tangan sendiri. Hari Minggu kemarin memanen lima sisir pisang yang tak
kutahu namanya. Belum lagi pisang dicicipi, sudah memanen (ada tetangga yang
ngantar ke rumah) satu tas kresek singkong. Belum lagi juga dikonsumsi sudah
ditawari daun binahong dan cabe hasil kebun tetangga sebelah.
Membuka kulkas, masih tersisa jahe
dan sereh hasil kebun teman. Tak urung diri ini mulai refleksi diri. Apakah
diri ini berwajah memelas (menimbulkan belas kasihan) ataukah memang rizki
Allah yang datang dari tempat yang tak disangka-sangka. Bagaimanapun kita harus
berprasangka baik kepada siapa saja dan berusaha membalas kebaikan dengan
kebaikan. Jangan pernah air susu dibalas dengan air tuba. Berprasangka baik dan
berterima kasih kepada siapa saja.
#thepowerofkepepet
#pikir15menit
#nulis#15menit
#kasihsayang
#Feb8AISEIWritingChallenge
Ha ha ha, peribahasa itu untuk menanam tanaman jelas terbantahkan ya, Bu. Namun ibu menanam "sesuatu" hingga akhirnya ibu "menuai". Semoga yang diterima itu hanay sebagai "uang muka" yang pelunasannya nanti.
BalasHapusAamiin3. Terima kasih Pak D. Ada uang muka juga ya.
HapusIde menarik
BalasHapusTerima kasih Bu Wuri.
HapusWah heebat..semoga itu rezeki bunda yg sholehah
BalasHapusAamiin3
HapusRijki selalu datang untuk orang baik ibuk.. Hehe alhamdulilah
BalasHapusAamiin3. Alhamdulillah
HapusKonsisten tema makanan nih Bu. Hehe
BalasHapusBetul-betul mendapat rizki yang tidak di duga-duga..barokalah.
BalasHapusmau bu, kirim pisangnya...
BalasHapus