Selasa, 09 Februari 2021

ANTARA SINGKONG DAN PISANG

 



Pelajaran yang kudapat dari sekolah dasar dulu ternyata kini ada yang tak berlaku. Contohnya, Siapa menanam akan mengetam. Maksudnya siapa yang menanam akan memetik hasilnya. Jika merujuk peribahasa tersbut berarti yang mengetam (memanen hasil) adalah si penanam. Namun, kali ini peribahasa tersebut tak tebukti.

            Mengapa hal itu bisa terjadi? Inilah yang kualami. Beberapa hari ini memanen hasil kebun yang tak pernah saya tanam dengan tangan sendiri. Hari Minggu kemarin memanen lima sisir pisang yang tak kutahu namanya. Belum lagi pisang dicicipi, sudah memanen (ada tetangga yang ngantar ke rumah) satu tas kresek singkong. Belum lagi juga dikonsumsi sudah ditawari daun binahong dan cabe hasil kebun tetangga sebelah.

            Membuka kulkas, masih tersisa jahe dan sereh hasil kebun teman. Tak urung diri ini mulai refleksi diri. Apakah diri ini berwajah memelas (menimbulkan belas kasihan) ataukah memang rizki Allah yang datang dari tempat yang tak disangka-sangka. Bagaimanapun kita harus berprasangka baik kepada siapa saja dan berusaha membalas kebaikan dengan kebaikan. Jangan pernah air susu dibalas dengan air tuba. Berprasangka baik dan berterima kasih kepada siapa saja.

 

#thepowerofkepepet

#pikir15menit

#nulis#15menit

#kasihsayang

#Feb8AISEIWritingChallenge


11 komentar:

  1. Ha ha ha, peribahasa itu untuk menanam tanaman jelas terbantahkan ya, Bu. Namun ibu menanam "sesuatu" hingga akhirnya ibu "menuai". Semoga yang diterima itu hanay sebagai "uang muka" yang pelunasannya nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin3. Terima kasih Pak D. Ada uang muka juga ya.

      Hapus
  2. Wah heebat..semoga itu rezeki bunda yg sholehah

    BalasHapus
  3. Rijki selalu datang untuk orang baik ibuk.. Hehe alhamdulilah

    BalasHapus
  4. Konsisten tema makanan nih Bu. Hehe

    BalasHapus
  5. Betul-betul mendapat rizki yang tidak di duga-duga..barokalah.

    BalasHapus