Selasa, 02 Februari 2021

PEPES KESUKAAN

 


            Namanya Bu Ali. Sangat cantik, pintar masak, dermawan lagi. Kalau masak suka bagi-bagi. Tadi sore pun kasih makanan paling kusuka sekaligus paling tak kusuka. Salah satu bentuk kasih sayang bertetangga adalah dengan saling mengantar masakan kesukaan seperti sore tadi.

            Bu Ali nama seorang tetangga dekat yang tadi pagi bertemu di pasar. Sama-sama belanja. Namun, berhubung sama-sama pakai masker jadi kurang mengenal. Waktu hampir berserempetan baru kusapa.

            “Assalamu’alaikum,” sapaku lirih. Sengaja kubuat selirih mungkin agar tak mengganggu konsentrasinya. Tampaknya beliau sedang berpikir untuk belanja dan memasak apa. Tipe seorang pemikir selalu berpikir di mana saja, termasuk di pasar.

            “Aawww wa’alaikumussalam. Bu Aji yaaaa. Maaf, tidak tahu kalau panjenengan (Anda),” katanya sambal menepuk bahuku. Wajahnya yang ayu, suaranya yang lembut membuat bakul kerupuk berhenti melayani pembeli. Tampaknya bakul kerupuk pun terkesima.

            Kulanjutkan perjalanan di pasar sambil senyum-senyum sendiri. Gara-gara pakai masker, sama tetangga sebelah saja tak saling mengenal.

            Setelah berkeliling mencari kebutuhan rumah tangga, eh tak sengaja akhirnya bertemu lagi dengan Bu Ali di penjual sayur. Kubeli seikat kangkung dan seikat sawi. Biasa, tanpa pakai tawar menawar di pasar. Berapapun harganya langsung bayar.

            Bu Ali ambil seikat kemangi. Diriku yang berdiri di sebelahnya lagi-lagi tak dikenali.

            “Monggo Bu Ali,” sapaku tak kalah lirih sapaan sebelumnya. Lagi-lagi beliau tertawa geli karena kembali tak mengenali.

            Sorenya Bu Ali datang ke rumah. Setelah salam tiga kali baru kubukakan pintu. Tas kresek warna ungu berisi sesuatu yang masih hangat diserahkan.

            “Bu Aji, silakan cicipi pepes bandeng. Tapi maaf, kalau kurang enak,” katanya merendah.

            “Wowwww terima kasih Bu. Ini menu yang paling kusuka dan paling tidak kusuka,” sahutku sambal menerima pemberiannya yang masih hangat. Hasrat mencicipi pepes segera memuncak. Di tangannya tak ada rumus masakan tak lezat. Beliau jago masak yang pernah memenangi lomba memasak tingkat kabupaten. Pernah juga memenangi lomba keluwesan tingkat kabupaten.

            “Menu paling kusuka menikmatinya dan paling tak kusuka buatnya,” tuturku menjelaskan kata “paling”. Beliau sependapat bahwa buat pepes terlalu ribet.

             

 

Februari 2021 Challenge

#thepowerofkepepet

#pikir15menit

#nulis15menit

#kasihsayang

#FebAISEIWritingChallenge


2 komentar: