Senin, 12 Oktober 2020

NAPAK TILAS


 

Senang rasanya membaca tulisan kawan-kawan nan indah memesona. Sementara diri ini masih harus refleksi. Apakah yang bisa kuabdikan untuk negeri ini? Belum ada karya yang berarti. Duh, kenapa diri ini jadi begini? Belum hasilkan karya yang berarti.

Pagi ini baca tulisan sang kawan tentang Turki, tentang kiprahnya dalam menulis dan keberhasilan kawa-kawa lain. Jadi teringat sebuah foto yang dikirim dari Turki saat sang buah hati backpacker atau traveling ke sana. Tanggal 14 Januari 2015 dia mengirimkan fotonya. Serasa berada di sampingnya seperti saat-saat sebelumnya saat berada di rumah dan bercengkerama bersama.

“Napak tilas tanah kelahiran bapak,” katanya waktu itu.

“Kok, napak tilas, Mas?” tanyaku. Argumennya ternyata berasal dari seloroh kawan-kawan bapaknya bahwa “bapak” nya orang Turki. Perasaan sang bunda, dia tak bersuamikan orang Turki. Suaminya adalah pribumi asli yang tak bisa berbahasa Turki. Bisanya bahasa Indonesia dan Jawa. Sedikit bahasa Inggris dan sangat sedikit bahasa Arab.

Usut punya usut, ternyata yang dimaksud adalah Turki = turunan Gunung Kidul alias wong Gunung Kidul. Owalahhhh.

 

 

#Day6AISEIChallenge           #100katabercerita  

#30hariAISEIbercerita           #AISEIWritingChallenge  

#warisanAISEI                       #pendidikanbercerita   

5 komentar: