Terkadang
sebuah atau beberapa kejutan terjadi dalam hidup ini. Semua orang pun tentu
pernah mengalami kejutan entah kejutan yang bermakna mengembirakan maupun
kurang mengembirakan. Apapun kejutan-kejutan yang diterima harus dijalani dengan
penuh rasa syukur. Karena Sang Maha Pencipta tentu telah menyiapkan skenario
terbaik untuk hamba-Nya.
Apakah semua dapat menerima kejutan itu dengan penuh rasa syukur? Belum
tentu. Dia pun seperti itu. Sejak konsultasi dokter di rumah Sakit Indriati
Solo Baru dirinya merasa mendapat kejutan-kejutan. Kejutan pertama, saat ada
advis dokter untuk lakukan rontgen. Rontgen? Ada apa dengan dirinya? Namun,
prosedur rekomendasi dokter pun diikuti dengan baik.
Ada hal yang menggembirakan saat konsultasi di rumah sakit tersebut.
Gedung rumah sakit yang amat luas dan megah dengan pasien tak terlalu banyak
menyebabkan pasien tak merasa “ngeh” kalau dirinya di rumah sakit. Bahkan, saat
dia mengunggah foto di medsos, teman-temannya mengira jalan-jalan di mall. Kostum
yang dikenakan seragam kantor plus perangkat alat tulis berupa laptop serasa
bukan pasien. Memang dirinya merasa bukan pasien. Anggap saja di situ rasa di
tempat kerja.
Namun, tindakan medis berikutnya berupa TCM dan CT SCAN yang membuat
dirinya mulai agak keder.
“Ada apakah dengan diri saya, Dok?” Dia menyangsikan advis dokter untuk
lakukan biopsi setelah ct scan. Dia selalu katakan kepada sang dokter bahwa
dirinya baik-baik saja. Tak ada keluhan berarti kecuali batuk dan kadang
lambung terasa begah.
“Tapi, bukan covid kan, Dok?” tanyanya penasaran setelah hasil lab
menyatakan TB nondetektif. Waduh, kalau Covid bagaimana ya? Na’udzubillahi
min zalik, doanya dalam hati.
Sang dokter terseyum.
“Ibu, kalau ibu kena covid gak mungkin jalannya seperti ibu,” jawaban
dokter itu mengingatkan hal yang dapat meneguhkan rasa syukurnya. Ciri khasnya
kalau berjalan termasuk cepat. Para siswa dan teman-temannya dapat mengetahu
dirinya dari cara berjalan saja. Cepat, dengan suara sepatu agak keras.
“Terus, apa Dok?” penasarannya kian manjadi. TB bukan, Covid bukan. Asam
lambung bisa jadi ya. Dia menduga-duga sendiri.
“Ya Allah, jika pun diri ini harus mendapat anugerah sakit, semoga sakit
yang ringan-ringan saja. Sakit ringan yang dapat menambah nikmat rasanya orang
sehat. Andai dirinya diganjar sakit, semoga sakit yang dapat menggugurkan
dosa-dosanya dan bisa meneguhkan rasa syukurnya kepada Sang Mahakuasa.
“Kenapa harus biopsi, Dok?”
“Untuk menegakkan dugaan apa sebenarnya,” dokter melirik dirinya. Dia
merasa sang dokter ingin mengatakan sesuatu, tetapi ditahan-tahan. Jadinya
tambah penasaranlah dirinya.
Sepekan kemudian dirinya dengan diantar suami dan ananda tercinta berangkat
ke rumah sakit rujukan. Menemui dokter yang dia pilih, bukan waktu yang
singkat. Meski di poli Cendana yang konon katanya pelayanan lebih cepat
dibanding poli umum, ternyata tetap sama. Relatif lama. Andai bukan karena
advis dokter, dirinya enggan melakukannya.
Dari rumah telah menyiapkan mental untuk lakukan biopsi hari itu juga.
Antara galau dan cemas. Berusaha untuk pasrah. Namun, ada kejutan setelah
bertemu sang dokter yang dicari.
“Harus opname ya, kalau mau cepat. Jika rawat jalan harus dijadwalkan
dan perlu waktu berbulan-bulan.”
“Opname, Dok?” Duh, Gusti ada kejutan apa lagi ini? Tak terasa meleleh
air bening dari matanya. Terbayang agenda pekan itu yang telah tersusun rapi
ambyar sudah. Hari itu mestinya ada pertemuan di Dinas Pendidikan. Hari
berikutnya ada agenda mengajar. Juga ada agenda menghadiri undangan acara
pernikahan. Namun, jika dituruti agenda selalu ada setiap hari.
Sudahlah tak perlu memikirkan agenda yang telah tersusun rapi. Cukup
menyiapkan mental untuk menginap di ruah sakit. Jika hari-hari sebelumnya
menginap di hotel, kini harus merasakan menginap di rumah sakit.
“Ya Allah, berilah kekuatan diri hamba untuk menerima apapun yang akan
terjadi. Mohon jaga hati untuk tetap mensyukuri apapun yang terjadi. Jaga lisan
ini untuk tidak mengeluarkan sebuah keluh yang dapat mengurangi rasa syukur.
Tolonglah hamba untuk selalu berprasangka baik kepada siapapun. Aamiin3.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar