Sabtu, 10 Oktober 2020
Webinar Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan PGRI Jawa Tengah menurut agenda mulai pukul 08.00. Tiga puluh
menit sebelumnya telah hadir di lokasi. Sudah menjadi kebiasaan hadir lebih
awal. Prinsipnya bukan lebih baik terlambat daripada tidak datang sama
sekali, melainkan lebih baik datang lebih awal daripada terlambat.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sambutan Bp Muhdi
(Ketua PGRI Jateng) merupakan acar berikutnya. Beliau sampaikan bahwa di balik
musibah kita tersadar, bahwa benar guru tak tergantikan. Namun begitu, guru
yang tak menguasai teknologi akan tertinggal. Khawatir dan sedih saat pertemuan
dengan Kadin Provinsi ada kabar seneng menikmati pembelajaran yang bebas dan
santai. Kalau hanya suka karena di rumah, tak terlalu banyak yang didapatkan.
Pembacaan DOA
oleh Bapak Saptono.
Bp Agung Purwoko selaku Ketua APKS PGRI Jateng sekaligus Kepala SMAN 15
Semarang mengucapka Selamat bergabung kepada
Tim Penilai baik Penilai Provins maupun Tim Penilai kabupaten/kota. Pada
kegiatan webinar akan berdiskusi dengan Ibu Prof, Tri Marheni. Saat ini kondisi
Covid atau pandemi Covid-19 belum berakhir.
Dampak
terhadap PKB:
-
Berpotensi
terhambat
-
Tantangannya:
PKB dilaksanakan dengan kebiasaan baru.
Kalau semua WFO→ WFH; WFO.
Semula tatap muka → daring,
blended.
Agustus lalu PB PGRI mengadakan webinar series, bersertifikat. Untuk
penilaian PAK perlakuan penilaian di kab/kota berbeda-beda. Ada yang menilai
kegiatan kolektif guru (0.1) ada yang menyetarakan dengan pelatihan. Ini perlu ada
persamaan persepsi.
Pelatihan/workshop/MGMP: bagaimana penilaian menjadi penting. Kita belum
tahu pandemi berakhir kapan. Perlu dikaji daring penuh/blended learning? Perlu
ada persepsi sama; daring tak dinilai ada dugaan PKB berpotensi terhambat.
Penulisan
ilmiah populer, bagaimana? Majalah penyelenggara CV: Jurnal atau majalah? Perlu
diketahui. Gairah untuk mendinamisasai kegiatan pembelajaran akan tumbuh.
Diperlukan
peran aktif: Guru, Satuan
pendidikan, KKG/MGMP/MGBK (cenderung baru tiarap. Sibuk mengelola/merancang
PJJ. Ini menjadi bahan pemikiran jika ada satuan pendidikan yang tak merancang
PJJ khusus.
Organisasi profesi/asosiasi profesi banyak menyelenggarakan webinar untuk
menolong kompetensi keprofesian. Penilaian PAK tak hanya tergantung tim
penilai. Kunci Sukse Penilaian adalah Guru, Satpen (satuan pendidikan), KKG/MGMP/MGBK,
dan Organisasasi profesi/asosiasi profesi. Juga diperlukan kesepahaman tim
penilai. Diinformasikan juga bahwa di Semarang muncul kluster sekolah.
Pembicara berikutnya
adalah Prof. Tri Marheni.
Beliau alumnus
IKIP Semarang, UI, dan UGM. Beliau Gubes ilmu sosial Unnes; Tim Penilai PAK Guru
Tingkat Pusat. Juga Tim penilai pengawas sekolah Pusat tahun 2008 – sekarang.
Sebetulnya aturan tak ada yang berubah. Yang menjadi beda persepsi dikarenakan
jarang baca aturan. Buku terbaru tahun 2012. Buku 5 langsung bisa berjalan.
Buku 4 terpaksa dilakukan karena kondisi covid. Misal sudah penilaian daring,
meski aturan belum dibuat. Perlu tindakan khsusus. Misal tak perlu pencapaian kurikulum. Kita
perlu menyikapi protokol kesehatan.
Seminar boleh
PTK Daring. Bukti fisik screenshoot daftar hadir, foto, dan lain-lain.
Di pusat sama
sekali tak ada kehebohan. Yang terjadi kehebohan di daerah karena banyak
persepsi. Materi sangat banyak disampaikan cepat supaya tak bertele-tele.
Buku 4 dan Buku 5 Terbaru: ada warna merah (sebagai tanda perubahan). Kegiatan
IHT termasuk kegiatan kolektif guru. Kurang dari 30 jam masuknya Kegiatan Kolektif
Guru. Lebih dari 30 jam tidak otomatis dianggap Diklat. Perlu dilihat penyelengaranya
siapa, ada kerja samanya atau tidak.
Dinas pendidikan bisa selenggarakan diklat. Publikasi ilmiah: tak ada
perubahan aturan.
Webinar series termasuk Kegiatan
Kolektif Guru siapapun penyelengaranya. Kecuali webinar itu judulnya diklat.
Misalnya Diklat Kemendikbud. Bukti fisik berupa laporan, sertifikat, undangan,
surat tugas, dan lain-lain.
PAK Dikdas ada pnilain online bagi yang terlanjur mengumpulkan berkas. Menilai
berkas online secara offline. Tim penilai bekerja dari rumah, menilai di rumah.
Banyak guru mengunggah berkas penialain PAK tak sesuai permintaan.
Ada yang
mengirimkan jurnal yang hanya foto cover jurnalnya saja. Ini tak bisa dinilai.
Penilaian tetap akan dilakukan di tingkat pusat. Di Jateng Dikdas dan Dikmen
sudah selesai menilai juga.
Kenaikan
pangkat dari 3C→3D: PIKI boleh memilih (bebas). Penilaian 3D ke atas: minimal 1
laporan hasil penelitian (tak harus PTK).
Hati-hati
jika mengundang wartawan. Aspek rasionalitas tetap diperhatikan. Tak harus
terbit bareng. Jangan hanya terbit seperti surat pembaca. Harus panjang seperti
opini atau artikel. Setahun maksimal 3 karya ilmiah populer di koran.
Satu tahun maksimal 2 PTK. PTK
minimal 2 siklus, masing-masing siklus 2 pertemuan.
Majalah/Jurnal
apa bedanya? Jurnal ilmiah: sesuai
bidang ilmu. (jika isinya eksakaa, eksakta semua. Jika bidang sosial, sosial
semua). Majalah meliputi banyak bidang. Derap guru: termasuk majalah ilmiah,
bukan jurnal ilmiah.
Perubahan baru: prosiding (sudah cetak ISBN kedudukan seperti makalah. Prosiding
dilengkai syarat seperti makalah. Ada undangan, surgas, daftar hadir. Level di
atas kabupaten ada bukti fisik selain daftar hadir. Ada wacana penilaian PAK tidak
mengumpulkan berkas, tetapi mengunggah file.
PTK di masa
pandemi tampaknya janggal. Penelitian Tindakan berbeda dengan PTK.
Penelitian Tindakan tak perlu
siklus. PTK di kelas dan ada siklus. PTK masa pandemi jelas tak bisa berjalan.
Tujuan PTK adalah menyelesaikan masalah di kelas. Meskipun bisa virtual,
tetapi perlakuan berbeda dengan kelas luring. Dan hal ini tidak komparabel. Guru
naik pangkat bisa melakukan selain PTK. Bisa eksperimen, bisa penelitian tindakan
(Action Research), bisa pula R&D. PTK hanya dapat dilakukan di satu kelas,
sedangkan penelitian tindakan dapat dilakukan di beberapa kelas.
Menciptakan
Model Pembelajaran Masa Pandemi bisa untuk penelitian R&D.
PTK daring masih dipertanyakan. Ada temuan PTK yang
menggelikan. Misalnya: hasil kerja siswa dilampirkan nama berbeda-beda, tulisan sama. Menulis
Narasi Menggunakan Latihan Berkala (hasil kerja mestinya berupa latihan narasi
yang ditulis siswa. Jika tes berupa pilihan ganda tak masuk akal).
Contoh kejanggalan PTK. Pengusul mengajukan beberapa PTK, selalu 20
Agustus siklus 1 untuk PTK pertama, kedua, ketiga hanya berbeda tahun. Yang
seperti ini keasliannya diragukan.
Lampiran:
-
RPP
minimal 4 pertemuan (karena PTK minimal dua siklus, setia siklus minimal dua
pertemuan)
-
Contoh
instrumen yang telah diisi
-
Contoh
hasil kerja siswa
Jurnal tak boleh dterbitkan PT/CV. Widya Sari kerja sama dengan UKSW
harus ada surat kerja sama (MoU) dan diikutkan cetak jurnalnya. Jurnal minimal tingkat
MGMP/KKG, tak ada jurnal tingkat sekolah. Jurnal terbit minimal 3 bulan terbit 1x.
Tak boleh 1 bulan 1x. Bagi pengusul yang menilaikan Jurnal dan PTK-nya sudah
dinilai, terus menilaikan jurnal maka PTK harus dilampirkan.
Yang menjadi
persoalan jurnal lebih dulu daripada PTK. Ini yang aneh.
Tak ada jurnal terbit PTK baru
jadi.
Best Practice
boleh daring. Misalnya Siswa Peduli Masa Pandemi. Bukti fisik kepedulian siswa
diunggah di WA/Zoom. Best Practice bukan penelitian, tetapi treatment tertentu
untuk mengubah agar lebih baik. Bisa dilihat di Lamp 5B. Makalah bisa dilihat Lampiran
5A Buku 4.
Syarat
minimal jumlah halaman untuk PTK/best practice, dan penelitian tindakan kelas adalah
40 halaman. Adapun untuk buku minimal 100 halaman.
Dalam presentasi ilmiah dari golongan IV c ke IV d, yang perlu dipersiapkan
adalah semua yang telah dilakukan. Bukan hanya satu karya. Kadang pertanyaan
tidak ilmiah. Misalanya power point buat sendiri atau dibuatkan. Jika buat
sendiri pasti bisa membuat satu slide. Jika belum pernah membuat power point
bisa jadi tak bisa membuat satu slide. Jadi, presentasi itu sifatnya
klarifikasi.
👍👍
BalasHapusTerima kasih Pak
Hapuscihuuuyyy
BalasHapusHe333 matur nuwun
HapusMaturnuwun infonipun..
BalasHapusSami2 Pak Mukhlis
HapusMantul webinar never ending
BalasHapusHe333 terima kasih Bu Rita
HapusSip. Informasi yang bermanfaat.
BalasHapusAlhamdulillah jika bermanfaat
HapusWah lha niki jempolan.
BalasHapusIni informasi yang baik.
Yang saya tangkap adalah: rendahnya literasi di kalangan guru sehingga menimbulkan berbagai persepsi.
Yap, betul Pak sus.
HapusMantaapp
BalasHapusTerima kasih Bu Neneng
HapusBu ismi memang 👍
BalasHapusTerima kasih Bu Han
HapusMantul bu ismi..
BalasHapusTerima kasih Bu Aam
HapusMantul
BalasHapus