Baru kali ini kulihat film pendek “Tilik”
yang artinya menjenguk. Ohhhh ternyata kayak gituuuu. Semula diri ini tak begitu
peduli. Namun, karena banyak menjadi perbincangan di dunia maya atau dunia
virtual, akhirnya penasaran juga. Ternyataaaa filmya begitu ya. Kontekstual,
Menyentuh, Ringan, dan Menghibur. Pantesannnn VIRAL.
Tokoh
antagonis Bu Tejo waktu perjalanan tilik Bu Lurah antusias untuk
meng-ghibah Dian, gadis cantik pacar Mas Fikri. Mas Fikri ini anak satu-satunya
Bu Lurah yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Ibu-ibu di
kampung itu tilik (menjenguk) mengendarai truk yang disopiri oeh Gotrek.
Perjalanan
ibu-ibu heboh. Mereka menggosip Dian, sang bunga desa yang dekat dengan mas
Fikri putra satu-satunya Bu Lurah. Dian bekerja belum lama bekerja, namun
penampilan beda dengan pemudi desa pada umumnya. Penampilannya memang “wah”. Padahal
Dian ditinggal pergi oleh ayahnya dan hanya meninggalkan harta tak seberapa. Mereka
bertanya-tanya dari mana Dian mendapatkan uang banyak. Mereka berprasangka
bahwa Dian bekerja dengan cara yang tidak benar. Wahhhh, dasar ibu-ibu suka
ngegosip.
Bu
Tejo paling getol ngegosipin Dian. Yu Ning selalu mengingatkan agar tak
terjadi fitnah. Akan tetapi, Bu Tejo tetap ngeyel. Bahkan, Bu Tejo
mengingatkan Yu Ning agar memanfaatkan gadget untuk mencari informasi dari
internet. Agar nyambung jika diajak bicara. Ada yang mengingatkan agar mereka tak
percaya penuh pada internet karena pernah tertipu di internet. Namun,
peringatan tetap tak digubris.
Waktu Bu Tejo kebelet
pipis merupakan adegan yang menarik. Ada
yang memberi karet untuk diikatkan pada jempol. Akan tetapi, tips itu tak
manjur. Akhirnya Gotrek menghentikan truk di mushola. Perbincangan mereka seru
dan kadang-kadang saru. Oalaahhhh dasar ibu-ibu.
Saat Yu Ning dibel Dian
putus-putus. Ternyata batery habis. Gotrek juga penasaran dengan Dian. Saat Yu
Ning dibel Dian, Gotrek pun kepo. Tampaknya Gotrek dan bapak-bapak pada umumnya
tertarik pada Dian.
Bu Tejo melamar Yu Ning
dan Gotrek sebagai tim sukses jika suaminya maju mencalonkan menjadi lurah. Pemberian
uang Bu Tejo kepada Gotrek diterima dengan ragu. Ketika Gotrek ingin mengembalikan
pemberian Bu Tejo, dia memprovokasi bahwa desanya butuh lurah baru.
Gotrek menawarkan yang
menjadi lurah Dian saja. Bapak-bapak pasti setuju. Ibu-ibu tentu tidak seuju. Sebagian
besar ibu tak setuju Dian jadi lurah karena takut suaminya kepincut Dian. Hanya
satu ibu yang tak khawatir suaminya tertarik pada Dian. Itu pun karena suaminya
tak prima lagi.
Dalam perjalanan, truk
ditilang polisi. Tilang dapat diatasi karena Pak Polisi kewalahan meladeni
ibu-ibu yang amat unik. Ditilang, mereka minta “empati” dipakai. Apa mau telepon
saudaranya. Mereka turun untuk men-cokot Pak Polisi. Akhirnya lolos. Ini
hal yang amat menggelikan.
Mereka tetap
memperbincangkan Dian. Yu Ning selalu mengingatkan agar jangan menyebar fitnah
karena fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kata Bu Tejo, dirinya tidak meng-ghibah.
Dirinya hanya jaga-jaga.
Kehebohan bertambah
karena ada yang bercerita ketemu Dian berjalan di mall dengan Om-Om. Ada yang
menilai Dian pakai susuk.
“Nek modal ayu thok yo
ra cukup. Mesthi nganggo susuk (kalau modal cantik saja tidak cukup. Pasti
pakai susuk),” kata Bu Tejo.
Waktu truk mogok, ibu-ibu
harus turun untuk mendorong. Ibu-ibu mau mendorong truk kecuali Bu Tejo.
Setelah didorong truk bisa melaju. Bu Tejo diam saja. Yu Ning menganggap uang
yang diberikan kepada Gotrek tak halal sehingga menyebabkan truknya mogok.
Perjalanan dilanjutkan.
Sesampai di rumah sakit tak bisa masuk karena Bu Lurah masih dirawat di ICU.
Mereka hanya ditemui oleh Dian dan Mas Fikri di pelataran rumah sakit. Atas
nama ibu-ibu Yu Ning menyerahkan sebuah amplop yang tampaknya kumpulan dari
iuran ibu-ibu yang tilik.
Ending cerita, masih
menggantung karena tidak jelas Dian berada di dalam mobil bersama seseorang
yang sudah cukup berumur tanpa kita tahu siapa sebenarnya dia. Sebuah ending
yang bikin penasaran.
omjay nonton film singkat ini sampai habis dan tersenyum sendiri karena begitu mudahnya hokas menyebar. Cuma adegan terakhirnya itu loh yg bikin gemes, hehehe
BalasHapusHe333 iya Om. Sy jg penasaran dg adegsn terakhir. Hiiii
BalasHapusBagus bu Ismi lanjutkan
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusMemang film tilik ini seperti mewakili ibu ibu jaman now....yang haus akan informasi. Informasi yg belum tentu benar, jika di ramu oleh ibu ibu menjadi melebih-lebihkan sehingga menjadi fitnah. Hal ini sangat tergambar jelas di film tilik, maka Bu Tejo serasa mewakili mereka. Walaupun kadang yang dibicarakan seorang Bu Tejo ada benarnya. Mungkin hal.inilah yang membuat film Tilik menjadi viral
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIya Bu Ida. Jadi geli nontonnya
Hapus