Materi :
Storytelling 2
Waktu :
Kamis, 15 Juli 2020
Narasumber :
Om Budiman H.
Assalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Teman-teman, malam ini Om Budiman Hakim akan
melanjutkan materi "Storytelling"-nya, dan ini adalah materi
pamungkas Om Bud. Mari kita simak dan ramaikan sesi ini, dengan bertanya agar
lebih deep lagi knowledge kita tentang Storytelling. Pengalaman saya,
pertanyaan-pertanyaan itu kerap menggali sesuatu yang tersembunyi.
Oke, mari kita sambut
pemateri kita, Om Buuudiiimaaan Haaakiiiim... Silakan, Om.
Thank u, Moderator. Assalamu'alaykum
wr.wb. Selamat malam teman2
Kita masuk ke sesi 6. Ini
adalah sesi terakhir dari saya. Sesi 7 dan seterusnya akan diisi oleh Kang
Asep. Semoga semuanya pada hadir dan mengikuti real time ya. Semalam kita sudah
membahas sedikit tentang storytelling yaitu bagaimana beriklan lewat cerita.
Storytelling adalah
pendekatan yang menyenangkan karena kita seperti sedang ngedongengin orang
sampai mereka terbuai. Nah, ketika mereka telah terbuai itulah akan terjadi
emotional bonding antara konsumen dan brand karena mereka bersimpati gara-gara
mendengar ceritanya yang menarik.
Misalnya, coba liat video ini:
Ditonton dulu ya..... Cerita mempunyai
power yang sangat luar biasa. Kita lebih seneng mendengar kisah PERJUANGAN
orang menuju kesuksesan daripada kesuksesannya sendiri. Kenapa demikian? Karena
perjuangannya adalah CERITA.
Kita lebih respek pada
orang yang sukses dengan perjuangan daripada orang sukses yang mendapat warisan
dari orangtuanya. Ini ada cerita tentang perjuangan seseorang yang sangat
menggugah emosi banyak orang.
IF YOU DON’T GIVE UP, YOU
NEVER FAIL. Derek Redmon adalah atlet dari Inggris. Dia sudah diramalkan akan
merebut medali emas olimpiade di Barcelona tahun 92. Kenapa demikian? Karena
dari statistik, dia terlalu perkasa sementara atlet2 pesaingnya masih jauh di
bawahnya.
Ketika pertandingan sudah
dimulai, langsung terlihat bagaimana dia memimpin di depan. Tapi sayang di
tengah jalan dia cidera. Tapi namanya juga orang bermental juara, dia tetep
ngotot ingin menyelasaikan lombanya sampai ke garis finish. Dia bangkit berdiri
dan berlari dengan satu kaki..... Perjuangannya begitu menggugah emosi
penonton. Ketika sampai di garis finish, semua orang berdiri dan memberi tepuk
tangan yang meriah.
Di semua media wartawan
media cetak dan elektronik memberitakan peristiwa dramatis tersebut. Derek
Redmon menjadi headline di mana-mana padahal dia kalah loh. Semua berita
menulis bahwa Derek memang kalah tapi bagi kami semua wartawan dan penonton,
dia adalah juara yang sesungguhnya. Sekarang kita liat videonya ya....
Ditonton dulu ya.....
Cerita mempunyai power yang sangat luar
biasa. Kita tonton dulu ya. Saya kasih waktu 4 menit
Dari video ini kita bisa menarik
kesimpulan bahwa pengaruh sebuah CERITA itu luar biasa. Bahkan gara-gara
CERITA, pelari yang kalah mendapat exposure berita jauh lebih besar daripada
Sang pemenang. Begitulah dahsyatnya sebuah cerita teman-teman…..💪💪
Itu sebabnya saya
mengatakan bahwa menggunakan storytelling untuk berjualan sangat penting.
Karena storytelling lebih mudah menggugah emosi orang... Kalo kita punya
pengalaman yang menggugah emosi, manfaatkanlah untuk storytelling kita. Lalu
gabungkan storytelling tersebut dengan benefit produk kita.
Kalo gak punya cerita, ya
kita bisa bikin sendiri. Bagaimana kita bisa menulis cerita yang mampu membuai
konsumen? Tentu saja kita harus latihan dan latihan. Cara latihannya gimana? Jadi
sebelum kita berjualan di social media, ada baiknya kita memanfaatkan social
media untuk latihan bercerita. Kemudian kita pelajari cerita jenis apa yang
disukai orang dan yang cerita mana paling banyak mendapatkan SHARE.
BEBERAPA METODE MEMILIH TOPIK:
Saya sudah menulis banyak
sekali storytelling. Ketika saya menganalisis hasilnya, ternyata ada 3 jenis
kategori penulisan yang paling disukai oleh pembaca. Adapun ketiga kategori
tersebut adalah
1. Memanfaatkan Momentum
2. Menggunakan kontradiksi
3. Menggunakan kontroversi
OK, sekarang kita bahas
satu persatu ya.
1. MEMANFAATKAN MOMENTUM
Sewaktu Demo 411 yang hendak menurunkan
Ahok, situasi masyarakat kita terbelah. Kedua kelompok saling membenci. Bukan
cuma di istana tapi di group WA pun terjadi. Teman saling maki. Keluarga saling
benci. Ada adik kakak berkelahi. Ada suami isteri bercerai. Padahal dua-duanya
gak mengenal Ahok dan Anies secara personal loh. Intinya pilkada di Jakarta
kemaren adalah pilkada yang paling mengerikan yang pernah saya lihat dalam
hidup saya.
Dan saya mencoba
memanfaatkan momentum itu. Saya menulis cerita dengan cara netral. Isinya tanpa
tendensi memihak manapun. Tidak Ahok, tidak Anies. Saya cuma cerita aja. Dan
coba lihat hasilnya? Saya mendapat 1700 like, 277 komen dan 968 shares. Lumayan
banget, kan?
Jadi dapat disimpulkan
jika kita menulis cerita yang sedang happening di saat itu, cerita kita
berpotensi untuk mendapat engagement yang tinggi. Tapi harus diingat, karena
peristiwa happening tersebut, pastinya banyak juga orang yang menulis dengan
topik yang sama dengan kita. Jadi seperti yang sudah pernah saya katakan di
sesi sebelumnya, kita harus mampu menulis dengan unik meskipun ada 100 atau
1000 orang lain menulis hal yang sama.
2. MENGGUNAKAN KONTRADIKSI
Sekarang saya akan cerita sedikit dan
cerita ini sekaligus sebagai contoh bagaimana kita menulis storytelling. Cerita
ini tentang office boy saya di kantor. Namanya Alan. OFFICE BOY SAYA MEMBUAT
SAYA MENANGIS. Office boy kantor saya, namanya Muhammad Dahlan tapi dia minta
dipangilnya Alan.
Saaaah …keren banget yak?
Alan ini berasal dari Desa Sukamanah, Kabupaten Bogor, jadi kalo ngomong logat
sundanya kentel banget. Dia pernah mengecap pendidikan SMP sampai kelas 1
doang. Dan sekarang usianya 25 tahun. Maaf ya. First media kok mati idup melulu
nih....😩😩😩
Sebagai Office Boy, Alan
setiap hari menginap di kantor dan hanya pulang ke rumahnya saat week end. Orangnya
sih baik, menyenangkan dan lugu. Semua penghuni kantor suka sama dia. Satu-satunya
kekurangan yang dia miliki adalah dia orangnya telmi alias telat mikir.
Tiap kali disuruh
apa-apa, dia sering melakukan kesalahan. Kesalahannya sih nggak fatal tapi sering
bikin dongkol. Misalnya suatu sore saya lagi pengen ngopi, “Lan, kopi dong?”
“Okay, Om, Bud. Kopi yang biasa kan?”
“Iya, kopi item jangan pake gula,” sahut saya.
“Gue juga mau, Lan.” kata Kang Asep, “Kalo gue
pake gula yang manis.”
“Okay,” kata Alan dengan suara yakin.
Pas dateng ternyata Alan
cuma bawa 1 cangkir kopi. Keruan aja saya jadi kesel, “Loh? Kok kopinya cuma 1,
Lan? Itu buat siapa?”
“Buat Om Bud. Emang Om Bud mau minum 2
cangkir?” jawabnya kebingungan.
“Kamu gimana, sih? Kan Asep juga pesen
kopi?” sahut saya sementara Asep cuma senyum-senyum aja karena sudah terbiasa
melihat kelakuan Alan seperti itu.
“Oh, Kang Asep mau ngopi
juga?” tanya OB ini tanpa suara bersalah.
“Tadi kan gue udah bilang
mau kopi tapi kalo saya yang manis,” kata Asep.
“Oh, gampang. Buat Kang
Asep, saya bikinin sekarang kalo begitu.” Abis ngomong gitu dia ngeloyor ke
dapur. Dengan masih sedikit kesel, saya mereguk kopi buatan Alan dan
“Hueeeek!!!” Kopi itu manisnya bukan main. Waduh! Gimana sih, nih, anak? Disuruh
bikin kopi pait kok malah manisnya minta ampun? Tobat!!!
Ketika Alan datang
mengantarkan kopi buat Asep, saya langsung bertanya, “Lan, kok kopi gue manis
banget? Kan gue udah bilang kopi tanpa gula.”
“Loh? Kan, Kang Asep
emang mintanya kopi yang manis?” sahut Alan.
“Hadoh! Ini kopi buat gue
atau buat Asep?” Saya makin gondok aja jadinya.
“Kopi yang Om Bud pegang
manis atau pait?”
“Manis banget.”
“Berarti itu buat Kang
Asep. Om Bud kan mau yang pait.”
“Lo bawa cuma satu
cangkir dan tadi katanya kopi ini buat gue?”
“Kalo gitu ini aja yang
buat Om Bud,” katanya menyerahkan kopi yang dibawanya.
“Pake gula, nggak tuh?”
tanya saya was-was.
“Pake.”
“Lah? Kan gue mau kopi
yang pait. Kenapa dikasih gula?”
“Soalnya kopi yang ini
kan Kang Asep yang minta. Kang Asep sukanya kopi yang manis.” debatnya lagi. Saya
gak tau harus ngomong apa lagi. Akhirnya kedua kopi diminum sama Asep dan
seharian itu saya ngga ngopi jadinya.
Dan kesalahan itu
berlangsung terus menerus. Misalnya pas makan siang. Disuruh beli rendang eh
belinya ayam goreng. Disuruh beli nasi uduk eh dia belinya nasi goreng. Disuruh
beli bubur kacang ijo pake ketan item, dia belinya ketan item doang..
Pernah juga saya suruh
beli Bir Bintang Kaleng di Giant yang letaknya ada di seberang kantor. “Lan, tolong
beliin Bir Bintang Kaleng, ya.”
“Bir itu banyak, Om. Ada
yang Bintang ada yang Anker dan banyak merek-merek yang lain,” katanya.
“Lah? Kan barusan gue
bilang Bir BINTANG. Jadi beli yang mereknya Bintang, jangan yang lain.”
“Kalo dikasihnya yang lain, gimana?”
“Ya, jangan mau dong. Hadoh! Pokoknya gini
aja, lo baca di kalengnya. Kalo ga ada tulisan ‘Bintang’, jangan dibeli.
Ngerti, gak?”
“Iya ngerti, Om.” jawabnya dengan suara kurang
meyakinkan.
“Main ngerti-ngerti aja lo? Emang ngerti
beneran?”
“Pokoknya kalo gak ada tulisan ‘Bintang’nya,
jangan dibeli. Beli hanya yang ada tulisan ‘Bintang’di kalengnya. Iya, kan?”
“Nah…pinter, lo. Ya udah beli gih sana.”
Gak lama kemudian dia
dateng membawa kaleng Bintang tapi semuanya merek Bintang Zero.Hadoh!!! Ngapain
juga gue beli Bintang Zero? Karuan aja saya naik pitam.
“Laaaan…!!!!! Gimana sih? Kok bisa salah
lagi?”
“Apanya yang salah, Om?”
“Kok lo belinya Bintang Zero?”
“Kata Om Bud yang ada tulisan
"bintang"nya?” sahutnya bingung.
Rupanya kali ini dia juga
kesel sama saya. Dengan paras emosi dia memandang saya dan airmatanya mulai
berlinang. Dia mengambil salah satu kaleng dan menunjuk ke badan kaleng sambil
berkata dengan suara setengah membentak,
“Nih, coba Om Bud baca sendiri. Ini tulisannya
‘Bintang’ kan? Kenapa saya disalahin terus?”
TOBAT! Nyerah, deh, gue!
Pokoknya buat yang punya bakat hipertensi, saya sarankan jangan pernah membajak
Alan untuk bekerja di kantor kalian. Saya kuatir kalian bakalan kena stroke
kalo ga sabar-sabar banget. Hehehehe….
Hari-hari berlalu. Alan
pun semakin pintar. Kesalahan beli makanan perlahan-lahan bisa diminimalisasi. Caranya
sih sederhana, kalo kebetulan pesanan kita betul maka kita sengaja pesen yang
itu terus supaya gak salah lagi. Misalnya, kita pesen soto betawi dan gak
salah, maka kita akan memuji dia setinggi langit bahwa pesenannya betul. Selanjutnya
kita akan pesen menu itu terus supaya gak salah.
Jadi di kantor ada yang
makan nasi rendang melulu. Ada yang makannya nasi uduk melulu. Ada pula yang
makannya soto betawi melulu. Bosen sih sebenernya tapi mau gimana lagi?
Daripada salah, kan?
Suatu hari, Alan
menghampiri saya sambil berkata, “Om, kalo malem-malem saya suka kesepian
sendirian di kantor.”
“Oh gitu. Apa yang bisa
dibantu, Lan?”
“Nggak kok. Saya cuma mau
tanya, boleh gak saya pinjem gitar yang ada di kantor Om Bud?”
Saya punya 4 gitar dan
dua di antaranya saya memang tarok di kantor buat anak-anak kreatif untuk
menghibur diri di kala stress sama kerjaan dan klien.
“Iya boleh. emang lo bisa
main gitar?” tanya saya. Kesian juga ngebayangin dia sendirian setiap hari
menghabiskan malam di kantor tanpa hiburan.
“Kalo cuma genjrang-genjreng doang, mah, bisa,
Om,” jawabnya. Seiring berjalannya waktu, kesalahan-kesalahan yang diperbuat
Alan tidak lagi membuat kesal. Bahkan justru membuat kami kebal dan terhibur.
Setiap kali ada yang
memesan makanan menu baru, kami semua bikin taruhan, “Ayok taruhan, Alan keliru
beli gak? Yang kalah harus bayar makanan yang menang.” Hahahahaha….
“Om Bud,” Tiba-tiba suara
Alan menyapa.
“Yak, kenapa, Lan?”
“Saya baru bikin lagu.”
“Weiiits, kereeeeen!”
”Saya nyiptain lagunya
pake gitar Om Bud.”
“Oh, ya? Lagu apa, Lan?”
“Sedih kalo diceritain,
mah… “
“Kok sedih? Ceritain aja
gak papa…”
“Itu judulnya, Om.”
“Maksudnya gimana, Lan?”
“Judulnya sedih kalo
diceritain mah….”
“Buset! Baru judulnya aja
sedih. Apalagi liriknya ya?”
“Ah, Om Bud TELMI nih.
Maksud saya itu judulnya…”
Kampret! Dia yang telmi
kok malahan saya yang dibilang telmi. Tapi saya terus bertanya, “Apa judulnya?”
“Sedih kalo diceritain,
mah…”
“Oh? “Sedih kalo
diceritain mah” itu judulnya?”
“Iya Om. Itu judulnya.”
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA…..”
Saya ngakak abis ngedenger judul lagunya Alan.
“Iya, mau. Ada video
clipnya di Youtube?” tanya saya becanda.
Di luar dugaan, Alan
ngejawab, “Iya udah ada di Youtube."
“Om Bud mau denger, gak?”
“Hah? Yang boneng lo,
Lan? Ada di Youtube?” Saya surprise bukan main. Pembicaraan terpotong karena
saya harus menghadiri meeting internal yang diadakan oleh Mindstream Institute
yang dikepalai oleh Asep Herna.
Tapi omongan Alan bahwa
video clip Alan udah ada di Youtube ga pernah meninggalkan pikiran. Seorang
staff kantor bernama Heru membenarkan bahwa lagu Alan sudah ada di Youtube dan
malam harinya dia mengirimkan linknya pada kami semua.
Saya yang sedang bosan di
rumah sendirian di depan TV, dengan ogah-ogahan, mengklik link itu untuk
mendengarkan lagunya Alan dan…
Masya Allah! Ternyata
lagunya keren banget. Genre lagunya mirip-mirip dengan lagunya Charlie Van
Houten. Model lagunya gaya-gaya melayu begitu, loh. Kualitas suaranya bagus,
musiknya keren. Lagunya dinyanyikan sendiri oleh Alan. Video clipnya juga
diperankan sendiri olehnya.
Malam itu tanpa terasa
saya menghabiskan malam dengan memutar lagu itu terus menerus. Semakin sering
saya mendengar lagu itu, kekaguman saya terus meningkat. Kata-kata "Sedih
kalo diceritain mah..." langsung membrainwash otak dan kayaknya akan
nempel seumur hidup di benak saya.
Tuhan itu memang maha
luar biasa, ya? Saya yang selama ini under estimate pada Alan ternyata telah
membuat Tuhan murka. Tuhan menegur dengan cara membuka mata saya bahwa ternyata
seorang Alan begitu berbakat. Saya yang sering merasa kreatif harus berkaca
pada diri sendiri bahwa saya belum pernah menghasilkan apa-apa yang berarti.
Seorang Alan ternyata
telah membuahkan karya yang tak terduga. Saya bersyukur sekali Tuhan telah
menegur saya. Manusia itu memang mempunyai nasibnya sendiri-sendiri. Setiap
orang mempunyai bakatnya sendiri-sendiri. Saya berdoa sama Allah semoga tulisan
saya ini dibaca oleh produser musik lalu mengajak Alan untuk rekaman dan
selanjutnya Alan bisa mempunyai nasib yang lebih baik. Amin.
Malam itu office boy saya
membuat saya menangis.
Saya melihat video Alan
di Youtube baru 66 viewsnya. Saya kepengen bantu dia tapi saya gak punya
network di indutri musik. Tapi saya ingat ucapan ayah saya, “gak ada alasan
untuk tidak membantu orang lain. Kita bisa membantu dengan apa yang kita punya,
kita bisa membantu dengan apa yang kita bisa. Kita bisa membantu dengan doa.”
Hmmm, bantu apa ya? Wah,
saya kan bisa storytelling. Jadi saya memasukkan link Youtube Alan supaya orang
mau berkunjung ke sana. Dan Alhamdulillah setelah storytelling tersebut, Alan
telah mendapat views sebanyak di bawah ini.
Itu Alan saya captured dari videonya. Yg
views sudah 26 ribu lebih. Ii tulisan saya di FB yang saya masukin link
yotubenya. Coba lihat engagement yang saya peroleh. 1500 like, 640 komen dan
830 shares. Tapi masalahnya bukan itu tujuan saya.
Saya membuat storyteing
di atas untuk megajak semua orang berkunjung ke Youtubenya. Dan sepertinya saya
berhasil. OK sekarang kita dengerin dulu lagunya Alan ya...
SEDIH KALAU DICERITAIN MAH…
Siang malam kukerja banting tulang
Hanya untuk mencari kebutuhan
Tak terasa keringat basahi badan
Walau letih ku tetap perjuangkan
Sedih3x kalau diceritain mah
Bingung3x ku harus bagaimana
Mungkin sudah takdir yang harus kujalani
Pasrah pada illahi
Ku mengerti arti jalan hidup ini
Sungguh pahit rasanya pahit sekali
Andai saja ku jadi pejabat tinggi
Mungkin hidup tak kan seperti ini
Kalo mau dengerin sembari nyanyi, silakan
loh Gimana? Enak kan lagunya? 😂
3. MENGHADIRKAN KONTROVERSI
Ide ini datang dari
seorang teman di kantor yang kesel karena dia tidak tahan asap rokok. Ada
sebuah ruangan di kantor yang disebut common area. Tempat itu adalah
satu-satunya tempat di mana orang boleh merokok. Karena tempatnya gede dan
nyaman, orang-orang yang gak ngerokok ikut-ikutan nongkrong di sana.
Dan yang nyebelin, dia
gelarang orang lain ngerokok. Coba bayangin, di ruang merokok, ada orang
ngelarang kita ngerokok. Ngotot pula! Akibatnya sering terjadi pertengkaran
orang yang merokok dan yang anti rokok.
Nah, ada peristiwa lucu.
Karena udah gak tahan sama asap rokok, seorang perempuan berantem keras dengan
seorang perokok berat. Berkali-kali dia ngelarang tapi orang itu tetep aja dia
merokok. Si perokok merasa gak melakukan kesalahan karena memang itu smoking
room.
Melihat si perokok
mengambil rokok lagi dari kantongnya, Si Perempuan itu membentak, "Lo
berani ngrokok lagi, gue bacain surat Yasin, lo!!!!!" Si perokok gak
peduli. Dengan tenang dia menyalakan rokoknya dan menghisap dalam-dalam dengan
nikmat. Lalu apa yang terjadi?
Si perempuan menghampiri
Si perokok, berdiri di sampingnya lalu membaca surat Yasin dengan keras.
Hahahahahahahaha..... Semua orang ngakak ngeliatnya. Kenapa mereka ngakak?
Karena mereka semua
TERGUGAH EMOSInya. Lalu kenapa ketika tergugah emosinya? Maka itulah pertanda
bahwa kita telah mendapatkan ide untuk berkarya.... Dan lahirlah sebuah
karya....
Silakan ditonton. Itu
pemain utamanya Kang Asep loh. Coba liat berapa engagementnya? Luar biasa kan?
Viewsnya 4,8 juta orang loh. Ternyata karya ini terlalu kontroversial. Ada
banyak orang yang protes karena merasa ayat-ayat qur'an tidak pantas dipakai
dalam iklan ini.
Akhirnya kami menarik
semua iklan ini. Sayangnya meskipun sudah ditarik, iklan ini sudah terlalu
viral sehingga tidak bisa dibendung lagi. Jadi buat temen-temen yang mau
menggunakan metode kontroversi, saya sarankan untuk diriset dulu supaya tidak
terjadi masalah di kemudian hari,
VIDEO MEROKOK
Coba liat berapa
engagementnya? Luar biasa kan? Viewsnya 4,8 juta orang loh. Ternyata karya ini
terlalu kontroversial. Ada banyak orang yang protes karena merasa ayat-ayat
qur'an tidak pantas dipakai dalam iklan ini.
Akhirnya kami menarik
semua iklan ini. Sayangnya meskipun sudah ditarik, iklan ini sudah terlalu
viral sehingga tidak bisa dibendung lagi Jadi buat temen-temen yang mau
menggunakan metode kontroversi, saya sarankan untuk diriset dulu supaya tidak
terjadi masalah di kemudian hari.
TANYA JAWAB
@Cahyo Ken: Om Bud, koq
bisa sampai sedetail itu percakapannya. Apa memang bener-bener ingat atau sudah
ditambahi 'bumbu' seperti yang Om Bud katakan? Dan bumbu itulah kekuatan dari storytelling
itu sendiri? Sedang kelemahan saya susah mengingat sedetail itu. Meskipun sudah
saya catat momennya. Gimana cara mengatasinya?
Saya masih inget banget, soalnya setiap
peristiwa lucu pasti diulang-ulang oleh temen-temen kita. Apalagi temen
sekantor. Setiap hari pas jam makan siang, selalu percakapannya tentang Alan,
"Hadoh, gue lagi pengen nasi rames pake lele tapi takut salah, nih Si
Alan. Soalnya minggu lalu aja gue ....." Terus dia cerita. Besoknya orang
lain cerita lagi.
Itu sebabnya saya inget.
Tapi kamu juga betul. Selain diulang-ulang, saya juga nyatet. Dan kalo ada yang
lupa, saya tanya sama Asep. Misalnya soal kopi yang salah itu. Jadi saya banyak
narasumber. Dan sekali lagi kamu betul juga, bumbunya juga ada dong. Menulis
itu sama seperti memasak. Kalo mau enak kasihlah bumbu-bumbu. Hehehehehehehehe
Wah, Om Bud berarti
cerita tentang Alan itu, bisa dubuat semacam iklan KITKAT gitu ya?
Gimana misalnya?
Ya, karna yang dimaksud
penanya salah terus,, jadi break dulu deh..he.he
Ohhhh kayak yang Eci maksudnya? Hehehehe
bisa. Malah bisa bikin serinya yang banyak. Karena kan momennya juga banyak.
Jadi sebenarnya inti dari
cerita Om Bud di atas tentang LAGU-nya ALAN yang di unggang di yutup itu ya Om?
Pas ditaruh di akhir cerita?
Iya betul. Jadi storytelling itu bisa buat
jualan. Bisa juga buat yang lain. Dalam konteks ini, storytelling saya menjual
link Yotubenya Alan. Tujuannya supaya orang banyak berkunjung ke sana.
Aquila kok gak pernah nongol ya? Batch 9
tanpa Aquila itu seperti Band Cold Play tanpa Chris Martin rasanya.....
Permisi, Om Bud. Saya
pernah baca buku tentang Covert Selling. Di sana dibahas juga tentang
storytelling, yang syaratnya harus jujur, beneran kita alamin atau lihat. Nah,
tadi Om Bud bilang kalau nggak punya cerita, kita bikin cerita sendiri. Itu
maksudnya kita ngarang cerita atau sengaja mengalami dulu untuk bikin cerita?
Terima kasih.
Wah itu gak betul. Kita boleh cerita apa
aja. Karena storytelling itu kan artinya mendongeng. Atau bercerita. Jadi
ceritanya boleh cerita nyata dan boleh cerita fiksi. Ketika kita bercerita
tentang fiksi, itu gak berarti kita bohong. Sama sekali beda. Jadi misalnya kta
baca Harry Potter. Apakah kita bilang "Ah JK Rawling bohong tuh! Mana ada
orang bisa terbang. Mana ada tukang sihir?" Nggak kan? Persis kayak gitu
kasusnya.
Berarti kalau misal contoh
cerita Pak Bi kemarin tentang bakmi GM itu nggak beneran terjadi, itu sah-sah
saja ya?
Ya sah2 aja. Anggaplah beneran dia lagi
beriklan. Okay? Kalo memang dia lagi beriklan berarti storytelling dia itu sama
statusnya dengan iklan-iklan yang beredar di TV. Sama-sama iklan kan? Apakah
iklan di TV juga beneran terjadi? Ya gak juga kan....
Malam Om Bud, ada saran
gak dari Om Bud sendiri untuk menyusun klimaks yang mantep? Soalnya beberapa
case saya bikin cerita itu klimaksnya kurang meledak. Dan ga jarang juga
klimaks pada tulisan responnya biasa aja sementara kalo kita cerita lgsg pake
mulut bisa meledak. Boleh saran dari Om Bud untuk nyusun Klimaks yang bikin
emosi tumpah2 lewat tulisan. Makasih banyak Om Bud.
Ini pertanyaan susah dijawab karena
pertanyaannya terlalu general. Padahal pertanyaan kamu ini kasuistis. Artinya
saya baru bisa kasih komentar kalo saya baca tulisan kamu. Dari situ baru saya
bilag Kenapa gak brenti di sini aja biar pembaca penasaran?" Atau Kenapa
gak ditambahin ini biar ledakan klimaksnya puoooool!!!"
Oh iya bener juga. Segera
saya konsultasikan Om Bud. Terima kasih banyak Om Bud.
Tapi secara umum, kamu bisa menyusun ada
berapa emotional moment yang terdapat di dalam cerita kamu. Pilih yang paling
dramatis. Yang paling dramatis tarok di paing belakang. Kalo kronologinya
terganggu, siasati dengan teknik fashback.
Selamat malam Om Bud, Mas
Asep, Mbak Devina dan Teman teman, semangat semuanya 💪💪💪
Om Bud minta tips membuat story telling yang pas, karena saya sering bikin jadi
panjangggg banget, padahal niatnya satu paragraf saja, setelah diedit rasanya
masih ada yang kurang, padahal sekarang udah pake tips 6 kata hehehe pas
giliran mau buat cerita agak panjang malah buntu idenya, sama satu lagi Om,
saya susah banget bikin cerita yang serius, mesti melenceng ke cerita lucu, Kalo bikin puisi pasti sedih
atau sadis (komentar yang baca😅),
help🙏 Terima kasih Om
Bud
Gak usah diperduliin apakah cerita kita
panjang atau pendek. Cerita itu bukan tentang panjang atau pendek tapi yang
penting ideal. Jadi kalo idealnya panjang, biarin aja panjang. Kalo dipendekin
nanti temponya keburu-buru. Kalo idealnya pendek, ya biarin pendek. Kalo
dipanjangan jadinya temponya lambat.
Soal tulisan selalu
menjadi cerita lucu....nah itu harus disyukuri. Jangan anggap itu kelemahan.
Tapi jadikan itu kekuatan. Tuhan telah memilihkan kita topik khusus yang akan
menjadi ciri khas kita. Spesialisasi itu penting loh. Brand kita sebagai
penulis tiba-tiba mempunyai identitas. Dan itu yang dicari oeh semua penulis.
Mereka selalu mencari ciri untuk tulisannya.
Closing Speech.
Teman-teman sekalian.
Kita sudah belajar storytelling. Saya menganggap materi ini penting banget
makanya saya bikin dua sesi supaya lebih ngelotok maksudnya. Sebagai penutup,
saya ingin memberi catatan keci tentang materi kita ini. Jadi kalo kalian
berniat jualan di social media, beri konsumen pengalaman unik sehingga dia
menuliskan pengalaman itu di social medianya. Kita tinggal share.
Kalo belum ada konsumen
yang menuliskannya, kita tulis sendiri yang bagus sehingga konsumen yang share.
‘Share’ adalah sebuah pengakuan bahwa postingan kita bagus. “Comment’ adalah
bukti bahwa postingan kita menarik perhatian. ‘Like’ bisa kita abaikan karena
fitur ini dibuat untuk mengakomodir orang yang malas menulis comment.
Sampai ketemu lagi minggu
depan. Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalammualaikum warahmatullahi
wabarokatuh...
Baiklah teman-teman, sementara sesi ini
kita tutup dulu. Mari kita beri applause meriah untuk Om Budiman Hakim, dan
sampai ketemu Selasa depan di sesi-sesi yang akan saya bawakan tentang
Automatic Writing.
Selamat malam, selamat istirahat dan
selalu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar