Jumat, 17 Juli 2020

STORYTELLING 2


Materi             : Storytelling 2
Waktu             : Kamis, 15 Juli 2020
Narasumber    : Om Budiman H.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Teman-teman, malam ini Om Budiman Hakim akan melanjutkan materi "Storytelling"-nya, dan ini adalah materi pamungkas Om Bud. Mari kita simak dan ramaikan sesi ini, dengan bertanya agar lebih deep lagi knowledge kita tentang Storytelling. Pengalaman saya, pertanyaan-pertanyaan itu kerap menggali sesuatu yang tersembunyi.
Oke, mari kita sambut pemateri kita, Om Buuudiiimaaan Haaakiiiim... Silakan, Om.
Thank u, Moderator. Assalamu'alaykum wr.wb. Selamat malam teman2
Kita masuk ke sesi 6. Ini adalah sesi terakhir dari saya. Sesi 7 dan seterusnya akan diisi oleh Kang Asep. Semoga semuanya pada hadir dan mengikuti real time ya. Semalam kita sudah membahas sedikit tentang storytelling yaitu bagaimana beriklan lewat cerita.
Storytelling adalah pendekatan yang menyenangkan karena kita seperti sedang ngedongengin orang sampai mereka terbuai. Nah, ketika mereka telah terbuai itulah akan terjadi emotional bonding antara konsumen dan brand karena mereka bersimpati gara-gara mendengar ceritanya yang menarik.
Misalnya, coba liat video ini:




Ditonton dulu ya..... Cerita mempunyai power yang sangat luar biasa. Kita lebih seneng mendengar kisah PERJUANGAN orang menuju kesuksesan daripada kesuksesannya sendiri. Kenapa demikian? Karena perjuangannya adalah CERITA.
Kita lebih respek pada orang yang sukses dengan perjuangan daripada orang sukses yang mendapat warisan dari orangtuanya. Ini ada cerita tentang perjuangan seseorang yang sangat menggugah emosi banyak orang.
IF YOU DON’T GIVE UP, YOU NEVER FAIL. Derek Redmon adalah atlet dari Inggris. Dia sudah diramalkan akan merebut medali emas olimpiade di Barcelona tahun 92. Kenapa demikian? Karena dari statistik, dia terlalu perkasa sementara atlet2 pesaingnya masih jauh di bawahnya.
Ketika pertandingan sudah dimulai, langsung terlihat bagaimana dia memimpin di depan. Tapi sayang di tengah jalan dia cidera. Tapi namanya juga orang bermental juara, dia tetep ngotot ingin menyelasaikan lombanya sampai ke garis finish. Dia bangkit berdiri dan berlari dengan satu kaki..... Perjuangannya begitu menggugah emosi penonton. Ketika sampai di garis finish, semua orang berdiri dan memberi tepuk tangan yang meriah.
Di semua media wartawan media cetak dan elektronik memberitakan peristiwa dramatis tersebut. Derek Redmon menjadi headline di mana-mana padahal dia kalah loh. Semua berita menulis bahwa Derek memang kalah tapi bagi kami semua wartawan dan penonton, dia adalah juara yang sesungguhnya. Sekarang kita liat videonya ya....


Ditonton dulu ya.....
Cerita mempunyai power yang sangat luar biasa. Kita tonton dulu ya. Saya kasih waktu 4 menit
Dari video ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa pengaruh sebuah CERITA itu luar biasa. Bahkan gara-gara CERITA, pelari yang kalah mendapat exposure berita jauh lebih besar daripada Sang pemenang. Begitulah dahsyatnya sebuah cerita teman-teman…..💪💪
Itu sebabnya saya mengatakan bahwa menggunakan storytelling untuk berjualan sangat penting. Karena storytelling lebih mudah menggugah emosi orang... Kalo kita punya pengalaman yang menggugah emosi, manfaatkanlah untuk storytelling kita. Lalu gabungkan storytelling tersebut dengan benefit produk kita.
Kalo gak punya cerita, ya kita bisa bikin sendiri. Bagaimana kita bisa menulis cerita yang mampu membuai konsumen? Tentu saja kita harus latihan dan latihan. Cara latihannya gimana? Jadi sebelum kita berjualan di social media, ada baiknya kita memanfaatkan social media untuk latihan bercerita. Kemudian kita pelajari cerita jenis apa yang disukai orang dan yang cerita mana paling banyak mendapatkan SHARE.
BEBERAPA METODE MEMILIH TOPIK:
Saya sudah menulis banyak sekali storytelling. Ketika saya menganalisis hasilnya, ternyata ada 3 jenis kategori penulisan yang paling disukai oleh pembaca. Adapun ketiga kategori tersebut adalah
1. Memanfaatkan Momentum
2. Menggunakan kontradiksi
3. Menggunakan kontroversi
OK, sekarang kita bahas satu persatu ya.
1. MEMANFAATKAN MOMENTUM
Sewaktu Demo 411 yang hendak menurunkan Ahok, situasi masyarakat kita terbelah. Kedua kelompok saling membenci. Bukan cuma di istana tapi di group WA pun terjadi. Teman saling maki. Keluarga saling benci. Ada adik kakak berkelahi. Ada suami isteri bercerai. Padahal dua-duanya gak mengenal Ahok dan Anies secara personal loh. Intinya pilkada di Jakarta kemaren adalah pilkada yang paling mengerikan yang pernah saya lihat dalam hidup saya.
Dan saya mencoba memanfaatkan momentum itu. Saya menulis cerita dengan cara netral. Isinya tanpa tendensi memihak manapun. Tidak Ahok, tidak Anies. Saya cuma cerita aja. Dan coba lihat hasilnya? Saya mendapat 1700 like, 277 komen dan 968 shares. Lumayan banget, kan?
Jadi dapat disimpulkan jika kita menulis cerita yang sedang happening di saat itu, cerita kita berpotensi untuk mendapat engagement yang tinggi. Tapi harus diingat, karena peristiwa happening tersebut, pastinya banyak juga orang yang menulis dengan topik yang sama dengan kita. Jadi seperti yang sudah pernah saya katakan di sesi sebelumnya, kita harus mampu menulis dengan unik meskipun ada 100 atau 1000 orang lain menulis hal yang sama.
2. MENGGUNAKAN KONTRADIKSI
Sekarang saya akan cerita sedikit dan cerita ini sekaligus sebagai contoh bagaimana kita menulis storytelling. Cerita ini tentang office boy saya di kantor. Namanya Alan. OFFICE BOY SAYA MEMBUAT SAYA MENANGIS. Office boy kantor saya, namanya Muhammad Dahlan tapi dia minta dipangilnya Alan.
Saaaah …keren banget yak? Alan ini berasal dari Desa Sukamanah, Kabupaten Bogor, jadi kalo ngomong logat sundanya kentel banget. Dia pernah mengecap pendidikan SMP sampai kelas 1 doang. Dan sekarang usianya 25 tahun. Maaf ya. First media kok mati idup melulu nih....😩😩😩
Sebagai Office Boy, Alan setiap hari menginap di kantor dan hanya pulang ke rumahnya saat week end. Orangnya sih baik, menyenangkan dan lugu. Semua penghuni kantor suka sama dia. Satu-satunya kekurangan yang dia miliki adalah dia orangnya telmi alias telat mikir.
Tiap kali disuruh apa-apa, dia sering melakukan kesalahan. Kesalahannya sih nggak fatal tapi sering bikin dongkol. Misalnya suatu sore saya lagi pengen ngopi, “Lan, kopi dong?”
 “Okay, Om, Bud. Kopi yang biasa kan?”
 “Iya, kopi item jangan pake gula,” sahut saya.
 “Gue juga mau, Lan.” kata Kang Asep, “Kalo gue pake gula yang manis.”
 “Okay,” kata Alan dengan suara yakin.
Pas dateng ternyata Alan cuma bawa 1 cangkir kopi. Keruan aja saya jadi kesel, “Loh? Kok kopinya cuma 1, Lan? Itu buat siapa?”
 “Buat Om Bud. Emang Om Bud mau minum 2 cangkir?” jawabnya kebingungan.
            “Kamu gimana, sih? Kan Asep juga pesen kopi?” sahut saya sementara Asep cuma senyum-senyum aja karena sudah terbiasa melihat kelakuan Alan seperti itu.
“Oh, Kang Asep mau ngopi juga?” tanya OB ini tanpa suara bersalah.
“Tadi kan gue udah bilang mau kopi tapi kalo saya yang manis,” kata Asep.
“Oh, gampang. Buat Kang Asep, saya bikinin sekarang kalo begitu.” Abis ngomong gitu dia ngeloyor ke dapur. Dengan masih sedikit kesel, saya mereguk kopi buatan Alan dan “Hueeeek!!!” Kopi itu manisnya bukan main. Waduh! Gimana sih, nih, anak? Disuruh bikin kopi pait kok malah manisnya minta ampun? Tobat!!!
Ketika Alan datang mengantarkan kopi buat Asep, saya langsung bertanya, “Lan, kok kopi gue manis banget? Kan gue udah bilang kopi tanpa gula.”
“Loh? Kan, Kang Asep emang mintanya kopi yang manis?” sahut Alan.
“Hadoh! Ini kopi buat gue atau buat Asep?” Saya makin gondok aja jadinya.
“Kopi yang Om Bud pegang manis atau pait?”
“Manis banget.”
“Berarti itu buat Kang Asep. Om Bud kan mau yang pait.”
“Lo bawa cuma satu cangkir dan tadi katanya kopi ini buat gue?”
“Kalo gitu ini aja yang buat Om Bud,” katanya menyerahkan kopi yang dibawanya.
“Pake gula, nggak tuh?” tanya saya was-was.
“Pake.”
“Lah? Kan gue mau kopi yang pait. Kenapa dikasih gula?”
“Soalnya kopi yang ini kan Kang Asep yang minta. Kang Asep sukanya kopi yang manis.” debatnya lagi. Saya gak tau harus ngomong apa lagi. Akhirnya kedua kopi diminum sama Asep dan seharian itu saya ngga ngopi jadinya.
Dan kesalahan itu berlangsung terus menerus. Misalnya pas makan siang. Disuruh beli rendang eh belinya ayam goreng. Disuruh beli nasi uduk eh dia belinya nasi goreng. Disuruh beli bubur kacang ijo pake ketan item, dia belinya ketan item doang..
Pernah juga saya suruh beli Bir Bintang Kaleng di Giant yang letaknya ada di seberang kantor. “Lan, tolong beliin Bir Bintang Kaleng, ya.”
“Bir itu banyak, Om. Ada yang Bintang ada yang Anker dan banyak merek-merek yang lain,” katanya.
“Lah? Kan barusan gue bilang Bir BINTANG. Jadi beli yang mereknya Bintang, jangan yang lain.”
 “Kalo dikasihnya yang lain, gimana?”
 “Ya, jangan mau dong. Hadoh! Pokoknya gini aja, lo baca di kalengnya. Kalo ga ada tulisan ‘Bintang’, jangan dibeli. Ngerti, gak?”
 “Iya ngerti, Om.” jawabnya dengan suara kurang meyakinkan.
 “Main ngerti-ngerti aja lo? Emang ngerti beneran?”
 “Pokoknya kalo gak ada tulisan ‘Bintang’nya, jangan dibeli. Beli hanya yang ada tulisan ‘Bintang’di kalengnya. Iya, kan?”
 “Nah…pinter, lo. Ya udah beli gih sana.”
Gak lama kemudian dia dateng membawa kaleng Bintang tapi semuanya merek Bintang Zero.Hadoh!!! Ngapain juga gue beli Bintang Zero? Karuan aja saya naik pitam.
 “Laaaan…!!!!! Gimana sih? Kok bisa salah lagi?”
 “Apanya yang salah, Om?”
 “Kok lo belinya Bintang Zero?”
 “Kata Om Bud yang ada tulisan "bintang"nya?” sahutnya bingung.
Rupanya kali ini dia juga kesel sama saya. Dengan paras emosi dia memandang saya dan airmatanya mulai berlinang. Dia mengambil salah satu kaleng dan menunjuk ke badan kaleng sambil berkata dengan suara setengah membentak,
 “Nih, coba Om Bud baca sendiri. Ini tulisannya ‘Bintang’ kan? Kenapa saya disalahin terus?”
TOBAT! Nyerah, deh, gue! Pokoknya buat yang punya bakat hipertensi, saya sarankan jangan pernah membajak Alan untuk bekerja di kantor kalian. Saya kuatir kalian bakalan kena stroke kalo ga sabar-sabar banget. Hehehehe….
Hari-hari berlalu. Alan pun semakin pintar. Kesalahan beli makanan perlahan-lahan bisa diminimalisasi. Caranya sih sederhana, kalo kebetulan pesanan kita betul maka kita sengaja pesen yang itu terus supaya gak salah lagi. Misalnya, kita pesen soto betawi dan gak salah, maka kita akan memuji dia setinggi langit bahwa pesenannya betul. Selanjutnya kita akan pesen menu itu terus supaya gak salah.
Jadi di kantor ada yang makan nasi rendang melulu. Ada yang makannya nasi uduk melulu. Ada pula yang makannya soto betawi melulu. Bosen sih sebenernya tapi mau gimana lagi? Daripada salah, kan?
Suatu hari, Alan menghampiri saya sambil berkata, “Om, kalo malem-malem saya suka kesepian sendirian di kantor.”
“Oh gitu. Apa yang bisa dibantu, Lan?”
“Nggak kok. Saya cuma mau tanya, boleh gak saya pinjem gitar yang ada di kantor Om Bud?”
Saya punya 4 gitar dan dua di antaranya saya memang tarok di kantor buat anak-anak kreatif untuk menghibur diri di kala stress sama kerjaan dan klien.
“Iya boleh. emang lo bisa main gitar?” tanya saya. Kesian juga ngebayangin dia sendirian setiap hari menghabiskan malam di kantor tanpa hiburan.
 “Kalo cuma genjrang-genjreng doang, mah, bisa, Om,” jawabnya. Seiring berjalannya waktu, kesalahan-kesalahan yang diperbuat Alan tidak lagi membuat kesal. Bahkan justru membuat kami kebal dan terhibur.
Setiap kali ada yang memesan makanan menu baru, kami semua bikin taruhan, “Ayok taruhan, Alan keliru beli gak? Yang kalah harus bayar makanan yang menang.” Hahahahaha….
“Om Bud,” Tiba-tiba suara Alan menyapa.
“Yak, kenapa, Lan?”
“Saya baru bikin lagu.”
“Weiiits, kereeeeen!”
”Saya nyiptain lagunya pake gitar Om Bud.”
“Oh, ya? Lagu apa, Lan?”
“Sedih kalo diceritain, mah… “
“Kok sedih? Ceritain aja gak papa…”
“Itu judulnya, Om.”
“Maksudnya gimana, Lan?”
“Judulnya sedih kalo diceritain mah….”
“Buset! Baru judulnya aja sedih. Apalagi liriknya ya?”
“Ah, Om Bud TELMI nih. Maksud saya itu judulnya…”
Kampret! Dia yang telmi kok malahan saya yang dibilang telmi. Tapi saya terus bertanya, “Apa judulnya?”
“Sedih kalo diceritain, mah…”
“Oh? “Sedih kalo diceritain mah” itu judulnya?”
“Iya Om. Itu judulnya.”
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA…..” Saya ngakak abis ngedenger judul lagunya Alan.
“Iya, mau. Ada video clipnya di Youtube?” tanya saya becanda.
Di luar dugaan, Alan ngejawab, “Iya udah ada di Youtube."
“Om Bud mau denger, gak?”
“Hah? Yang boneng lo, Lan? Ada di Youtube?” Saya surprise bukan main. Pembicaraan terpotong karena saya harus menghadiri meeting internal yang diadakan oleh Mindstream Institute yang dikepalai oleh Asep Herna.
Tapi omongan Alan bahwa video clip Alan udah ada di Youtube ga pernah meninggalkan pikiran. Seorang staff kantor bernama Heru membenarkan bahwa lagu Alan sudah ada di Youtube dan malam harinya dia mengirimkan linknya pada kami semua.
Saya yang sedang bosan di rumah sendirian di depan TV, dengan ogah-ogahan, mengklik link itu untuk mendengarkan lagunya Alan dan…
Masya Allah! Ternyata lagunya keren banget. Genre lagunya mirip-mirip dengan lagunya Charlie Van Houten. Model lagunya gaya-gaya melayu begitu, loh. Kualitas suaranya bagus, musiknya keren. Lagunya dinyanyikan sendiri oleh Alan. Video clipnya juga diperankan sendiri olehnya.
Malam itu tanpa terasa saya menghabiskan malam dengan memutar lagu itu terus menerus. Semakin sering saya mendengar lagu itu, kekaguman saya terus meningkat. Kata-kata "Sedih kalo diceritain mah..." langsung membrainwash otak dan kayaknya akan nempel seumur hidup di benak saya.
Tuhan itu memang maha luar biasa, ya? Saya yang selama ini under estimate pada Alan ternyata telah membuat Tuhan murka. Tuhan menegur dengan cara membuka mata saya bahwa ternyata seorang Alan begitu berbakat. Saya yang sering merasa kreatif harus berkaca pada diri sendiri bahwa saya belum pernah menghasilkan apa-apa yang berarti.
Seorang Alan ternyata telah membuahkan karya yang tak terduga. Saya bersyukur sekali Tuhan telah menegur saya. Manusia itu memang mempunyai nasibnya sendiri-sendiri. Setiap orang mempunyai bakatnya sendiri-sendiri. Saya berdoa sama Allah semoga tulisan saya ini dibaca oleh produser musik lalu mengajak Alan untuk rekaman dan selanjutnya Alan bisa mempunyai nasib yang lebih baik. Amin.
Malam itu office boy saya membuat saya menangis.

Saya melihat video Alan di Youtube baru 66 viewsnya. Saya kepengen bantu dia tapi saya gak punya network di indutri musik. Tapi saya ingat ucapan ayah saya, “gak ada alasan untuk tidak membantu orang lain. Kita bisa membantu dengan apa yang kita punya, kita bisa membantu dengan apa yang kita bisa. Kita bisa membantu dengan doa.”
Hmmm, bantu apa ya? Wah, saya kan bisa storytelling. Jadi saya memasukkan link Youtube Alan supaya orang mau berkunjung ke sana. Dan Alhamdulillah setelah storytelling tersebut, Alan telah mendapat views sebanyak di bawah ini.

Itu Alan saya captured dari videonya. Yg views sudah 26 ribu lebih. Ii tulisan saya di FB yang saya masukin link yotubenya. Coba lihat engagement yang saya peroleh. 1500 like, 640 komen dan 830 shares. Tapi masalahnya bukan itu tujuan saya.
Saya membuat storyteing di atas untuk megajak semua orang berkunjung ke Youtubenya. Dan sepertinya saya berhasil. OK sekarang kita dengerin dulu lagunya Alan ya...
SEDIH KALAU DICERITAIN MAH…

Siang malam kukerja banting tulang
Hanya untuk mencari kebutuhan
Tak terasa keringat basahi badan
Walau letih ku tetap perjuangkan

Sedih3x kalau diceritain mah
Bingung3x ku harus bagaimana
Mungkin sudah takdir yang harus kujalani
Pasrah pada illahi

Ku mengerti arti jalan hidup ini
Sungguh pahit rasanya pahit sekali
Andai saja ku jadi pejabat tinggi
Mungkin hidup tak kan seperti ini

Kalo mau dengerin sembari nyanyi, silakan loh Gimana? Enak kan lagunya? 😂

3. MENGHADIRKAN KONTROVERSI
Ide ini datang dari seorang teman di kantor yang kesel karena dia tidak tahan asap rokok. Ada sebuah ruangan di kantor yang disebut common area. Tempat itu adalah satu-satunya tempat di mana orang boleh merokok. Karena tempatnya gede dan nyaman, orang-orang yang gak ngerokok ikut-ikutan nongkrong di sana.
Dan yang nyebelin, dia gelarang orang lain ngerokok. Coba bayangin, di ruang merokok, ada orang ngelarang kita ngerokok. Ngotot pula! Akibatnya sering terjadi pertengkaran orang yang merokok dan yang anti rokok.
Nah, ada peristiwa lucu. Karena udah gak tahan sama asap rokok, seorang perempuan berantem keras dengan seorang perokok berat. Berkali-kali dia ngelarang tapi orang itu tetep aja dia merokok. Si perokok merasa gak melakukan kesalahan karena memang itu smoking room.
Melihat si perokok mengambil rokok lagi dari kantongnya, Si Perempuan itu membentak, "Lo berani ngrokok lagi, gue bacain surat Yasin, lo!!!!!" Si perokok gak peduli. Dengan tenang dia menyalakan rokoknya dan menghisap dalam-dalam dengan nikmat. Lalu apa yang terjadi?
Si perempuan menghampiri Si perokok, berdiri di sampingnya lalu membaca surat Yasin dengan keras. Hahahahahahahaha..... Semua orang ngakak ngeliatnya. Kenapa mereka ngakak?
Karena mereka semua TERGUGAH EMOSInya. Lalu kenapa ketika tergugah emosinya? Maka itulah pertanda bahwa kita telah mendapatkan ide untuk berkarya.... Dan lahirlah sebuah karya....
Silakan ditonton. Itu pemain utamanya Kang Asep loh. Coba liat berapa engagementnya? Luar biasa kan? Viewsnya 4,8 juta orang loh. Ternyata karya ini terlalu kontroversial. Ada banyak orang yang protes karena merasa ayat-ayat qur'an tidak pantas dipakai dalam iklan ini.
Akhirnya kami menarik semua iklan ini. Sayangnya meskipun sudah ditarik, iklan ini sudah terlalu viral sehingga tidak bisa dibendung lagi. Jadi buat temen-temen yang mau menggunakan metode kontroversi, saya sarankan untuk diriset dulu supaya tidak terjadi masalah di kemudian hari,
VIDEO MEROKOK

Coba liat berapa engagementnya? Luar biasa kan? Viewsnya 4,8 juta orang loh. Ternyata karya ini terlalu kontroversial. Ada banyak orang yang protes karena merasa ayat-ayat qur'an tidak pantas dipakai dalam iklan ini.
Akhirnya kami menarik semua iklan ini. Sayangnya meskipun sudah ditarik, iklan ini sudah terlalu viral sehingga tidak bisa dibendung lagi Jadi buat temen-temen yang mau menggunakan metode kontroversi, saya sarankan untuk diriset dulu supaya tidak terjadi masalah di kemudian hari.

TANYA JAWAB
@Cahyo Ken: Om Bud, koq bisa sampai sedetail itu percakapannya. Apa memang bener-bener ingat atau sudah ditambahi 'bumbu' seperti yang Om Bud katakan?  Dan bumbu itulah kekuatan dari storytelling itu sendiri? Sedang kelemahan saya susah mengingat sedetail itu. Meskipun sudah saya catat momennya. Gimana cara mengatasinya?
Saya masih inget banget, soalnya setiap peristiwa lucu pasti diulang-ulang oleh temen-temen kita. Apalagi temen sekantor. Setiap hari pas jam makan siang, selalu percakapannya tentang Alan, "Hadoh, gue lagi pengen nasi rames pake lele tapi takut salah, nih Si Alan. Soalnya minggu lalu aja gue ....." Terus dia cerita. Besoknya orang lain cerita lagi.
Itu sebabnya saya inget. Tapi kamu juga betul. Selain diulang-ulang, saya juga nyatet. Dan kalo ada yang lupa, saya tanya sama Asep. Misalnya soal kopi yang salah itu. Jadi saya banyak narasumber. Dan sekali lagi kamu betul juga, bumbunya juga ada dong. Menulis itu sama seperti memasak. Kalo mau enak kasihlah bumbu-bumbu. Hehehehehehehehe

Wah, Om Bud berarti cerita tentang Alan itu, bisa dubuat semacam iklan KITKAT gitu ya?
Gimana misalnya?
Ya, karna yang dimaksud penanya salah terus,, jadi break dulu deh..he.he
Ohhhh kayak yang Eci maksudnya? Hehehehe bisa. Malah bisa bikin serinya yang banyak. Karena kan momennya juga banyak.

Jadi sebenarnya inti dari cerita Om Bud di atas tentang LAGU-nya ALAN yang di unggang di yutup itu ya Om? Pas ditaruh di akhir cerita?
Iya betul. Jadi storytelling itu bisa buat jualan. Bisa juga buat yang lain. Dalam konteks ini, storytelling saya menjual link Yotubenya Alan. Tujuannya supaya orang banyak berkunjung ke sana.
Aquila kok gak pernah nongol ya? Batch 9 tanpa Aquila itu seperti Band Cold Play tanpa Chris Martin rasanya.....

Permisi, Om Bud. Saya pernah baca buku tentang Covert Selling. Di sana dibahas juga tentang storytelling, yang syaratnya harus jujur, beneran kita alamin atau lihat. Nah, tadi Om Bud bilang kalau nggak punya cerita, kita bikin cerita sendiri. Itu maksudnya kita ngarang cerita atau sengaja mengalami dulu untuk bikin cerita? Terima kasih.
Wah itu gak betul. Kita boleh cerita apa aja. Karena storytelling itu kan artinya mendongeng. Atau bercerita. Jadi ceritanya boleh cerita nyata dan boleh cerita fiksi. Ketika kita bercerita tentang fiksi, itu gak berarti kita bohong. Sama sekali beda. Jadi misalnya kta baca Harry Potter. Apakah kita bilang "Ah JK Rawling bohong tuh! Mana ada orang bisa terbang. Mana ada tukang sihir?" Nggak kan? Persis kayak gitu kasusnya.

Berarti kalau misal contoh cerita Pak Bi kemarin tentang bakmi GM itu nggak beneran terjadi, itu sah-sah saja ya?
Ya sah2 aja. Anggaplah beneran dia lagi beriklan. Okay? Kalo memang dia lagi beriklan berarti storytelling dia itu sama statusnya dengan iklan-iklan yang beredar di TV. Sama-sama iklan kan? Apakah iklan di TV juga beneran terjadi? Ya gak juga kan....

Malam Om Bud, ada saran gak dari Om Bud sendiri untuk menyusun klimaks yang mantep? Soalnya beberapa case saya bikin cerita itu klimaksnya kurang meledak. Dan ga jarang juga klimaks pada tulisan responnya biasa aja sementara kalo kita cerita lgsg pake mulut bisa meledak. Boleh saran dari Om Bud untuk nyusun Klimaks yang bikin emosi tumpah2 lewat tulisan. Makasih banyak Om Bud.
Ini pertanyaan susah dijawab karena pertanyaannya terlalu general. Padahal pertanyaan kamu ini kasuistis. Artinya saya baru bisa kasih komentar kalo saya baca tulisan kamu. Dari situ baru saya bilag Kenapa gak brenti di sini aja biar pembaca penasaran?" Atau Kenapa gak ditambahin ini biar ledakan klimaksnya puoooool!!!"

Oh iya bener juga. Segera saya konsultasikan Om Bud. Terima kasih banyak Om Bud.
Tapi secara umum, kamu bisa menyusun ada berapa emotional moment yang terdapat di dalam cerita kamu. Pilih yang paling dramatis. Yang paling dramatis tarok di paing belakang. Kalo kronologinya terganggu, siasati dengan teknik fashback.
Selamat malam Om Bud, Mas Asep, Mbak Devina dan Teman teman, semangat semuanya 💪💪💪 Om Bud minta tips membuat story telling yang pas, karena saya sering bikin jadi panjangggg banget, padahal niatnya satu paragraf saja, setelah diedit rasanya masih ada yang kurang, padahal sekarang udah pake tips 6 kata hehehe pas giliran mau buat cerita agak panjang malah buntu idenya, sama satu lagi Om, saya susah banget bikin cerita yang serius, mesti melenceng ke  cerita lucu, Kalo bikin puisi pasti sedih atau sadis (komentar yang baca😅), help🙏 Terima kasih Om Bud
Gak usah diperduliin apakah cerita kita panjang atau pendek. Cerita itu bukan tentang panjang atau pendek tapi yang penting ideal. Jadi kalo idealnya panjang, biarin aja panjang. Kalo dipendekin nanti temponya keburu-buru. Kalo idealnya pendek, ya biarin pendek. Kalo dipanjangan jadinya temponya lambat.
Soal tulisan selalu menjadi cerita lucu....nah itu harus disyukuri. Jangan anggap itu kelemahan. Tapi jadikan itu kekuatan. Tuhan telah memilihkan kita topik khusus yang akan menjadi ciri khas kita. Spesialisasi itu penting loh. Brand kita sebagai penulis tiba-tiba mempunyai identitas. Dan itu yang dicari oeh semua penulis. Mereka selalu mencari ciri untuk tulisannya.
Closing Speech.
Teman-teman sekalian. Kita sudah belajar storytelling. Saya menganggap materi ini penting banget makanya saya bikin dua sesi supaya lebih ngelotok maksudnya. Sebagai penutup, saya ingin memberi catatan keci tentang materi kita ini. Jadi kalo kalian berniat jualan di social media, beri konsumen pengalaman unik sehingga dia menuliskan pengalaman itu di social medianya. Kita tinggal share.
Kalo belum ada konsumen yang menuliskannya, kita tulis sendiri yang bagus sehingga konsumen yang share. ‘Share’ adalah sebuah pengakuan bahwa postingan kita bagus. “Comment’ adalah bukti bahwa postingan kita menarik perhatian. ‘Like’ bisa kita abaikan karena fitur ini dibuat untuk mengakomodir orang yang malas menulis comment.
Sampai ketemu lagi minggu depan. Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarokatuh...
Baiklah teman-teman, sementara sesi ini kita tutup dulu. Mari kita beri applause meriah untuk Om Budiman Hakim, dan sampai ketemu Selasa depan di sesi-sesi yang akan saya bawakan tentang Automatic Writing.

Selamat malam, selamat istirahat dan selalu bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar