Minggu, 26 Juli 2020

SUKA DUKA BELAJAR DI DIKDAR GUMUN


Bersyukur rasanya bisa mengikuti kegiatan Dikdar GUMUN. Kadang terasa megap-megap karena dalam waktu yang bersamaan mengikuti kegiatan lain yang sifatnya daring. Tugas kadang datang secara bersamaan dan semuanya harus selesai pada waktunya. Nah, di sinilah seninya. Ada rasa suka dan suka ketika mengikuti kegiatan bersama. Semuanya tanpa tatap muka. Semuanya berlangsung di dunia maya. Serasa hidup di dunia maya. Walah, lebay.
Pengin tahu sukanya? Sahabat bertambah dari waktu ke waktu. Kami seperti saudara sendiri yang selalu bertegur sapa dalam suka dan duka. Di rumah seorang diri pun tak merasa sepi. Selalu ada sahabat menemani. Ilmu baru pun satu-satu masuk saku. Ada duka? HP lemot adalah salah satu risikonya. Bertambahnya grup WA hingga berpuluh grup tentu memerlukan ruang yang cukup. Itu sebabnya harus meng-upgrade HP.
Tugas kelompok untuk presentasi via FCC (Free Conference Call) menimbulkan keunikan tersendiri. Keluhanku kenapa tak gunakan zoom yang sudah familiar di kalangan guru terjawab sudah. Ternyata FCC bisa menampung partisipan hingga ribuan orang. Tentu, pilihan para pengguna telah mempertimbangkan berbagai hal.
Saat latihan membuka room kecil ada kesulitan yang belum menemukan solusi justru menjadi bagian tersendiri yang menggelikan. Belajar bersama orang-orang yang belum bisa membuat tertawa bersama. Namun, akhirnya bisa menemukan solusinya. Ada Mbak Hana dan bak Heni di grup kecil ini. Kami tertawa bersama dan geli sendiri.
Video-video tutorial kiriman narasumber harus dicermati satu per satu. Semua harus dicoba dan dipraktikkan. Ada pembuatan presensi via Zoho, pembuatan flyer, pembuatan media dengan aplikasi SAC (smart Apps Creator), rekap presensi, rekam layar presentasi, memasukkan tugas ke kantung tugas dan mengunggah video ke youtube membawa kebahagiaan tersendiri di balik terengahnya melaksanakan tugas tersebut sebelum deadline.
Mengapa sampai tere ngah-engah? Bukan salah panitia. Namun salah diriku sendiri selaku peserta. Dalam waktu bersamaan ikut Diklat Daring PPPPTK, Belajar Menulis Bersama Omjay, Belajar Menulis Bersama OmBud, Sekolah Menulis Bersama Mas Akbar, AISEI, PembaTIK, dan kegiatan lain yang hanya sempat mendaftar tanpa bisa mengikuti kegiatannya. Muncul sebuah tanya, “Adakah diriku termasuk serakah?” Dengan menundukkan kepala dan menitik air mata terlafazkan istighfar. Jangan-jangan ini merupakan suatu kesalahan. Namun, kukembalikan kepada-Nya dan berharap Beliau berkenan mengampuninya. Inilah hikmah pandemi dalam diri. Merasa tak bisa memfasilitasi diri kepada para siswa secara maksimal, harus mencari ke sana ke mari agar dapat sepenuh hati memfasilitasi.
Ini juga hikmah dari kesadaran bahwa diri ini masuk Generasi X yang konon berbeda dengan generasi milenial yang melek IT. Generasi X disinyalir rata-rata gaptek (dan ini kuakui) hingga akhirnya mewajibkan diri untuk dapat belajar hingga tak tertinggal terlalu jauh dari generasi milenial. Untuk menyamai mungkin agak sulit. Prinsip diri sederhana. Kalaupun tertinggal, jangan terlalu jauh lah.
Belum lagi tuntas kegiatan Dikdar GUMUN, tanggal 8 dan 9 harus ikut membantu penyelenggaran Diklat Kurikulum yang dibidani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. Tugas yang bertumpuk dan bisa terselesaikan merupakan kebahagiaan yang indah. Meski badan penat, ada ruang agak longgar di dada.
Setelah kegiatan yang kuikuti satu-satu melewati batas waktu, legalah diri ini. Penutupan kegiatan Dikdar GUMUN semalam menambah lega diri. Ada rasa khawatir jika diri ini tidak lulus. Pasrah dan tawakkal saja lulus atau tidak. Alhamdulillah, akhirnya diri ini dan kawan-kawan lulus meski belum amat baik. Terima kasih Pak Waho, terima kasih Pak Tirto Suwondo, Pak Aries Afandri, bapak ibu dan kawan-kawan semua. Semoga ilmu yang kita gali dan Bapak Ibu beri bermanfaat dan barakah. Aamiin3.



3 komentar: