Kamis, 30 Juli 2020

AUTOMATIC WRITING 3



Materi             : Automatic Writing 3
Waktu             : Kamis, 23 Juli 2020
Narasumber    : Kang Asep Herna

Assalamualaikum wr wb. Selamat malam teman2 sekalian. Sesi 9 ini adalah sesi 3 dari Kang asep yg merupakan rangkaian materi luar biasa. Namanya Automatic Writing. Sesi ini membutuhkan interaksi langsung antara Kang Asep sbg pemateri dengan para peserta. Jadi mohon kehadirannya dan mengikuti materi keren ini. Ok sekarang kita panggilkan saja langsung Asep Hernaaa....👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
Silakan, Sep.... Terima kasih, Om.
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam, Teman-teman semua.
Teman-teman, Saat ini kita akan memasuki sesi inti, Praktik Automatic Writing, sambil menyelusuri kompetensi diri dalam menulis. Setiap orang, sepanjang sarafnya sehat dan masih berfungsi menyimpan memori, juga jari-jari tangannya bisa bergerak, sudah selayaknya ia mampu menulis. Kapan pun. Di mana pun. Dalam situasi apapun.
Ketika seseorang bilang tidak bisa menulis, maka ia sedang tidak menyadari, bahwa dirinya bisa menulis. Itulah mental block, sebuah citra diri negative yang membatasi sekaligus menutupi ekselensi dirinya. Mental block dalam konteks spesifik di wilayah ekselensi menulis disebut dengan writers block. Keadaan yang membuat proses menulis stuck, buntu, blank.
Penyebabnya memang karena merasa tidak ada ide sama sekali atau malah sebaliknya, justru merasa terlalu banyak ide tapi bingung mengeluarkannya harus mulai dari mana dulu.
Teman-teman sudah tahu teknik mengkases subconscious state, familiar dengan istilah hypnosis state, dan trance. Hypnosis state adalah keadaan diri saat sedang mengakses subconscious mind (pikiran bawah sadar). Sama halnya dengan "trance".
Milton Hyland Erickson lebih suka menyebut hypnosis state dengan kata trance, di mana gelombang otak kita sedang berada di frekuensi alpha (12 - 8 putaran listrik perdetik); atau gelombang theta (8 – 4 putaran listrik perdetik).
Saat hanyut nyetir, saat main games, saat membaca buku, kita memasuki kesadaran fokus, sampai kita tidak sadar tangan kita memindahkan gigi kendaraan ke gigi 1-2-3-4-5 atau sebaliknya. Inilah kecerdasan spontan/unconcious competency. Inilah trance.
Saat baca buku atau nonton film di rumah, kita tidak berasa ada nyamuk menggigit kulit kita (fenomena anestetik); kita tidak ngeuh ada istri, suami, atau anak kita memanggil-manggil kita (fenomena negative audio hallucination); dan fenomena-fenomena lainnya yang luar biasa.
Itulah trance, di mana kita memasuki wilayah subconscious, wilayah sangat-sangat cerdas, yang rasionalitas kita kerap sulit memahaminya.
Nah, tahukan teman-teman, bahwa saat kita sedang menulis, sesungguhnya kita juga sedang berada di dalam TRANCE? Coba sekarang saya minta teman-teman nulis apa saja, LANGSUNG ruang chat ini, dalam 2 kalimat secara instan. Nulis apa saja ya. Perkenalan diri, brand, jualan, atau apapun bebas. Yang penting 2 kalimat saja cukup.
Silakan. Saya perlu 2-3 contoh dari teman-teman saja. Ketika alam berbicara. Matahari dan cinta.
3 kata doang?
Sore ini sepertinya hujan lagi. Bukan. Bukan diluar, tapi dihatinya. Kalau mau saya pasti bisa. Itu kata suara hati saya. Saya seneng banget bisa ikutan kelas ini. Bener-bener hikmah pandemi yang luar biasa.
Saya sering gagal ikut praktek Kang Asep, semoga sekarang bisa sukses!
Matahari bersinar redup. Senja mengganti terik. Seketika cinta itu tumbuh.
Hidup emang indah, karena diri kita yang meng indahkan.
Terima kasih, teman-teman. Sudah cukup yaaaa sebagai contoh. Hatur nuhun.
Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Tidak usah banyak fikir!
Baik, kita lanjut.
Saat menentukan kata pertama, mungkin teman-teman memikirkan terlebih dahulu, kata apa yang tepat untuk memulainya. Mungkin juga tidak. Otomatis dan mengalir begitu saja.
Tapi, saya yakin, kata ketiga, keempat, kedelapan dan seterusnya, saya yakin teman-teman tidak merencakannya. Kata-kata tersebut keluar begitu saja.
Bisa jadi @Dina Natalia memikirkan terlebih dahulu dan kemudian menghadirkan kata "Sore" dan "ini" untuk kata pertama dan kedua.
Tapi saya yakin, kata "lagi" tidak direncanakan untuk hadir di urutan ke-5. Ia muncul begitu saja. Kata di hatinya, pasti keluar begitu aja dan menempati urutan ke-10 dan 11.
Saya yakin @Shanti Santi menghadirkan kata "bisa" di urutan ke-5 dan kata "saya" di urutan ke-3 lalu muncul lagi di urutan ke-10, sebelumnya nggak dapet perintah dulu dari otak rasional untuk menatanya sedemikian rupa.
Begitu juga @Yohana Purwa C, @Sulaiman Effendi, @Arni Narni, @Untoro, dan @Arupadatu Purwana, menghadirkan kata ke-5 dan seterusnya mengalir begitu saja ya toh?
Seperti halnya saya, menulis kata "ya toh" itu tidak direncanakan terlebih dahulu lho hahahaha...
Nah, yang terakhir, saya menulis simbol tawa "hahahaha..." pun, tidak diperintah otak, untuk menghadirkan suku kata "ha" sebanyak 4 kali, lalu diakhiri tanda titik harus sebanyak 3 buah.
Typo lagi tuh pas mau nulis "titik", saking saya sedang berada dalam "trance" yang kerap mengabaikan aturan, hahaha...
Itulah TRANCE, teman-teman. Itulah kompetensi diri yang hadir spontan dan tak sadar (unconscious). Kalo saya rasanya lebih seneng menyebutnya sebagai subconscious competency (kompetensi bawah sadar), daripada unconscious competency (kompetensi tak sadar).
Lalu, bila proses menulis adalah proses TRANCE, kenapa seseorang kerap merasa STUCK, blank, atau bingung mesti menulis apa dan bagaimana?
Kenapa terjadi apa yang namanya Writers Block? Teman-tema di beberapa sesi lalu telah memahami bahwa kesadaran manusia terbagi 2.
Pertama Conscious Mind (pikiran sadar), yang di dalamnya antara lain rasionalitas, logika, prinsip benar-salah, sistematika, hal-hal empirik, pertimbangan-pertimbangan, perhitungan-perhitungan, dan terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan memori jangka pendek.
Lalu yang kedua Subconscious Mind (pikiran bawah sadar), yang di dalamnya ada emosi, perasaan, kreativitas, imajinasi, spiritualitas, spontanitas, insting, tak mengenal prinsip benar-salah, lugu, dan berhubungan dengan memori tak terbatas.
Wah, ini kemarin sempet saya bahas di IG Live @HopeLoveforPeace ya...
Nah, ketika proses menulis berlangsung, maka yang terjadi adalah proses trance, di mana emosi, perasaan, kreativitas, imajinasi, insting, spontanitas, dan seluruh property subconscious terekplorasi tanpa berpikir salah atau benar.
Tapi saat proses STUCK, BLANK, dan rasa bingung mesti mulai nulis dari mana terjadi, maka kesadaran kita sedang diintervensi oleh Conscious Mind.
Proses menulis digondeli oleh keharusan-keharusan untuk logis, rasional, sistematik, serta harus memenuhi kaidah-kaidah perinsip benar dan salah.
Saya tadi ngantuk banget. Kuambil apel, kukupas dan kupotong sebagai bekal belajar.
Waaaah, seger pastinya. Saya juga lagi sambil makan rujak kedondong.😃
Dengan demikian, proses menulis menjadi begitu penuh perhitungan, dan penuh dengan ketakutan melanggar rasionalitas, logika, sistematika serta prinsip benar-salah tadi.
Saat kejadian di atas berlangsung, itulah writers block. Ketika kejadian ini berlangsung terus menerus, lalu menimbulkan rasa frustasi dan menjelma limited belief system, maka itulah mental block.
Metode Automatic Writing adalah metode untuk mengembalikan proses menulis pada KHITAHNYA, bahwa menulis itu adalah TRANCE. Metode Automatic Writing adalah metode menulis dengan mengakses subconscious manusia, sehingga pikiran dan tubuh bersinergi membentuk gerakan otomatis dalam bentuk tulisan.
Teman-teman, alasan kenapa saat menulis dengan mengakses subconscious mind atau trance ini tak tertahankan, selain lepas dari perhitungan-perhitungan, bebas dari ketakutan-ketakutan, merdeka dari prinsip benar dan salah, alasan lainnya adalah, karena menulis dalam trance, berarti kita sedang mengakses sumber memori yang nyaris tak terbatas.
Berikut ini mitos-mitos kehebatan manusia:
1.       Otak manusia terdiri dari 100 milyar lebih sel saraf dan 100 triliun sel saraf pendukung lainnya
2.       Otak manusia mampu menyimpan data 2.300.000 bit dalam seketika
3.       Pikiran sadar mampu mengingat data sekitar 7 hingga 9 data dalam waktu bersamaan
4.       Sementara bawah sadar manusia mampu merecoveri 2.300.000 data yang masuk seketika
5.       Itulah sebabnya, pikiran bawah sadar manusia adalah tempat disimpannya memori manusia dari sejak lahir hingga detik terakhir. Semua data, baik data buruk maupun data baik, ada di dalamnya
6.       Dengan demikian, pikiran bawah sadar adalah gudang memori manusia, gudang ide termasuk di dalamnya gudang ekselensi diri manusia
7.       Saat kita mengakses pikiran bawah sadar manusia, maka kita sedang mengakses gudang memori dan ide
Menjadi masuk akal bila dikatakan, bahwa saat kita menulis dalam trance, menulis dengan mengakses subconscious mind, tak tertahankan, karena kita berarti menulis sambil mengakses gudang memori dan gudang ide kita.
Teman-teman, praktek Automatic Writing ini, tidak dalam rangka kita menapikan proses menulis yang seharusnya. Pada akhirnya nanti, saat tulisan kita dikonsumsi oleh pihak ketiga, tetap saja tulisan kita mesti berterima dengan pembaca.
Artinya, tulisan kita memenuhi konvensi-konvensi menulis, baik dari sisi sintaktik, semantik, maupun ejaan.
Saya dan Om Budiman Hakim sempat merumuskan dan mensosialisasikan dalam setiap pelatihan, bahwa dalam menulis, kita mesti punya 2 ruang terpisah.
1.         Ruang Imajinasi, yaitu tempat di mana kreativitas berlangsung, tanpa digondeli oleh keharusan-keharusan ejaan, sintaktik, bahkan semantik. Biarkan kepala dan tangan bekerjasama tanpa kemustian-kemustian, tanpa ketakutan-ketakutan. Di ruang ini tak ada batasan, tak ada aturan, tak ada etika.
Ruang imajinasi adalah ruang bebas nilai, lepas dari prinsip benar dan salah, menafikan kemustian-kemustian. Dalam bahasa saya, ruang imajinasi ini adalah ruang trance, ruang Subconscious Mind.
2.         Ruang Editing, yaitu tempat ketika hasil Imajinasi disunting, diperhitungkan, disesuaikan baik sintaktik, semantik, retorikanya, etikanya, sehingga tulisan berterima, menjadi sesuatu yang memenuhi aspek logika dan sedap dibaca.
Ruang Editing adalah ruang rasionalitas yang terdiri dari keharusan-keharusan, sehingga tulisan berterima baik dengan audience maupun kaidah-kaidah teknis penulisan
Dalam bahasa saya, ini adalah ruang Conscious Mind. Nah, bila dalam proses kreatif, yang notabene adalah proses yang harusnya ada di Ruang Imajinasi, tapi dilakukan di Ruang Editing, maka jangan salah, bila yang terjadi adalah STUCK, macet, mentok, bingung.
Dalam bahasa lain, writers block muncul karena kita berada dalam kamar yang salah! Saat seharusnya penulis berada di Ruang Imajinasi, ia malah ada di Ruang Edit. Sehingga penulis mentok, karena menulis penuh dengan rasionalitas, penuh dengan kemesetian-kemestian, penuh dengan keharusan-keharusan, penuh dengan tekanan dan ketakutan-ketakutan.
Di dalam proses menulis, HUKUM KREATIVITAS berlangsung: “Saat rasionalitas makin aktif, imajinasi makin pasif. Saat imajinasi makin aktif, rasionalitas makin pasif.” Selalu begitu. Nah, teman-teman, dalam konteks latihan Automatic Writing kita kali ini, saya minta pada teman-teman untuk terlebih dahulu memisahkan antara Ruang Imajinasi dan Ruang Editing. Karena ini adalah konteks Automatic Writing, maka saat ini, kita sedang berada di Ruang Imajinasi terlebih dahulu.
Baiklah teman-teman, sebentar lagi kita akan masuk ke praktek sekaligus mengaktivasi ke-5 indra diri kita. Namun sebelumnya, apakah ada yang ingin ditanyakan? Silakan kalo ada, kalo nggak, kita lanjut.
Oya, saya harap sebaiknya teman-teman sudah menyiapkan kertas tulis dan pulpen atau spidol kecil ya. Agar kita lebih asik latihannya. Yang belum nyiapin, silakan nyiapin. Yang nggak memungkinkan karena nggak ada, ya nggak apa-apa. Yang sudah menyiapkan, terima kasih banyak.😊
sudah ready :)
ready
Hatur nuhun, Mas.
Ready
Sekarang saya akan mengajak teman-teman berlatih mensinergikan pikiran dan tangan, agar secara bertahap bisa dan membiasakan diri mengelola skill untuk menulis sambil mengakses subconscious diri. Menulis dengan dan dalam trance.
Saya ingin mengajak teman-teman, terlebih dahulu memancing pikiran dengan mengaktifkan submodalitas teman-teman, yaitu daya 5 indra teman-teman yang dalam Neuro Linguistic Programming (NLP) disebut dengan VAKOG.
Visual (indra mata), Audio (indra telinga), Kinestetik (indra rasa/sentuh/kulit/gerak). Olfactory (Indra hidung/penciuman), Gustatory (indra lidah/pencerapan). Biasanya kekuatan masing-masing dalam menerima data itu sesuai dengan urutan yang saya tulis. Indra Visual mendapatkan urutan pertama, kemudian Audio, Kinestetik, dan seterusnya.
Tentu dalam kasus-kasus spesial sangat berbeda. Seperti anak saya yang kedua dan keempat itu sangat auditori. (Banyak banget Kang Asep anaknya, hahaha). Saya akan memulai dengan mengaktivasi sensitivitas indra Visual.
1. VISUAL
Menurut Manfred Zimmermann, mata kita mampu menerima 10.000.000 bit data/ informasi perseketika. Taruhlah perdetik. Tapi hanya 40 bit saja yang diterima pikiran sadar kita. NAH SEKARANG, FOKUS BACA INSTRUKSI SAYA INI SAMPAI SELESAI, dan siapkan diri teman-teman berada dalam posisi sangat NYAMAN, sangat RILEKS, sangat TENANG ya.
Mohon OFF CHAT (dalam arti hindari menulis pesan di sini tanpa saya minta yaaa). Nanti, teman-teman lakukan pada saat saya sudah menulis kata "SEKARANG" di ujung kalimat saya ya. Jadi instruksinya tuntas.😃
Mohon baca dengan teliti:
Silakan teman-teman yang sudah memiliki ANCHOR RILEKS, untuk SIAP-SIAP mengaktifkan TOMBOL ON, memasuki momen rileks tapi tetap terkendali. Sementara untuk yang belum memiliki tombol rileks, niatkan saja diri memasuki momen rileks yang pernah dialami. Rileks terdalam. Lalu hitung mundur dari 10 hingga 1 dan pada hitungan 1 masuki state rileks dalam dan makin dalam.
Posisi tangan boleh memegang pulpen atau spidol, siap menulis, dengan ujung pulpen atau spidol ada di atas kertas. Atau, boleh juga posisi tangan dan jari berada di tut demi tut keyboard buat yang belum nyiapin kertas dan alat tulis. Artinya, Anda memiliki kebebasan untuk menulis dengan pulpen/spidol atau menulis langsung di time line grup ini.
Nah. Sekarang, dengan daya tangkap subconscious Anda yang luar biasa, tuliskan apapun yang Anda TANGKAP dengan MATA, baik MATA FISIK maupun IMAJINASI Anda, GAMBARKAN dengan jelas, dengan detail, warna, tekstur, atau apapun yang bisa mata Anda TANGKAP dengan sempurna. Bisa keadaan SAAT INI, atau bisa SUATU MASA dalam imajinasi Anda. Anda boleh tulis di kertas; atau boleh tulis di Grup Ini langsung. Bebas. Sebebas Anda menginginkannya.

Silakan tuliskan dengan bebas. Bebas dari ketakutan-ketakutan. Bebas dari keharusan-keharusan. Bebas dari aturan menulis yang baik atau benar. Dengan bahasa dan cara Anda sendiri. Mata Anda boleh terpejam atau terbuka.

Aktifkan ANCHOR/TOMBOL RILEKS Anda. Perdalam rasa rileks dengan menghitung mundur dari 5 hingga 1, lalu BUKA mata Anda pada hitungan 1. Dan rasakan tubuh Anda selama 10 MENIT, TIDUR DALAM KEADAAN MATA TERBUKA. TUBUH TERTIDUR, tapi MATA TERBUKA. Lalu IZINKAN dan MINTA tangan bergerak... mulai bergerak, lepas... bebas... MENULISKAN apa yang Anda LIHAT di sekeliling Anda; atau dalam imajinasi Anda, entah saat ini, suatu masa, kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu, berpuluh tahun lalu, BERATUS tahun lalu atau mungkin ribuan tahun lalu. Tuliskan SEKARANG! Sampai Anda bangun dengan segar setelah 10 menit dari SEKARANG.
Sudah 10 menit. Kalau ada teman-teman yang ingin memposting tulisannya (tentu kalo nggak rahasia), silakan ya. LENGKAPI dengan deskripsi, keadaannya seperti apa, pengalaman saat menulis seperti apa. Rileksnya LIGHT, MEDIUM atau DEEP.
Silakan. Light kang
Badan ini terasa lengket sekali, cuaca terasa panas serasa di siang harti, mungkin ini pengaruh anggur merah yang baru saja kuminum, pemberian temanku di kedai barusan. Rokok marlboro terselip ditangan, abunya masih menggelantung, menunggu aba-abaku untuk jatuh di lantai, sementara kertas kosong dan pulpen tergeletak di meja kerjaku, seperti memandang dengan penuh harap dan berkata,"ayo sentuh aku!, goyangkan badanku agar apa yang kau rasakan bisa kutuangkan dalam kertas yang perawan ini, aku hanya mampu pandangi semua ioni dengan nanar, aku seperti tak sanggup berfikir, kejadian di kedai barusan sangat menggangguku, kejadian yang buat sebagian orang tentu tidak berarti apa-apa.
Seorang temanku yang usianya lebih tua sepuluh tahun dariku datang bersama selingkuhannya dan langsung duduk dimejaku tanpa basa-basi, perawakannya yang kurus, kulit cioklat, rambut klimis tersisir kebelaknag dan pakaiannya yang dandy dengan menggenggam botol aqua berisi cairan merah kehitaman dan jalannya yang agak gontai mencurri perhatian orang-orang dim kedai, belum lagi perempuan yang berkalan mengikuti dibelakangnya, bau mijnyak wangi murahan yang langsung mengintimaidasi semua pengunjung kedai memaksa kami untuk menoleh ke asal bau tersebut, pakaiannya yang serba ketat dengan warna atasan kuning dan celana legging hitam menunjukan lekuk bokongnya yang bisa membuta lelaki membetulkan duduknya. (light tanpa menyentuh tombol yang kemarin sudah dibuat)
Sepertinya puitis banget ya. Saya nggak bisa baca semuanya. Apakah coretan ketika dalam kesadaran normal, seperti ini? ATau ini lebih berantakan?
….
Ini pengalaman umroh, kang.. tangan saya sampai sakit inih. Maunya nulis...nggak mau berhenti
selain light, ternyata saya cuma bisa judul dan se-alinea doang hehe
Matanya yang sipit baru saja terlelap, hari ini dia banyak membantu, mulai dari beres beres rumah, bantuin motong motong bahan masakan, mencucinya dengan teliti, sampai bantu mengemas masakan yang sudah jadi dan siap dikirim.

Anakku terima kasih yaaa sudah banyak membantu dan mau mengerti sibuknya mama di dapur, tapi dengan begitu kita jadi lebih akrab, meskipun terkadang suka ngambek kalo disuru bolak balik ke warung karena pelupa nya mama jadi bikin kamu agak repot, maap yaaa nak...tapi kamu seneng kan semenjak mama ada @dapurmomkey kamu bisa mencoba masakan2 baru yang mama masak. Mama jadi lebih kreatif bikin menu baru setiap harinya, meskipun badan mama rasanya lebih lelah dari aktivitas sebelumnya, tapi semuanya mama syukuri dengan suka cita dan semoga mama dan kamu dikuatkan juga diberi kesehatan. (light)
Setelah menekan tombol on anchor, saya dapat visual. Gambar dan tokohnya seperti anime. Lalu saya tulis ini.
……………..
WAAAH tulisannya keren sekali. Ini ditulis langsung di sini atau di kertas? Oyam kenapa nggak mengaktifkan tombol kemarin ya? (Ini tentu gak apa-apa).
Sadar normal kang...sambil baca instruksi anda, saya lanjutkan 3 kata saya diatas. Kebetulan pas 2 chat bawah saya koq nyambung. Jadi minta injin sekalian pinjam dan ngalir aja sampe segitu. Tahu2 malah sampe ke banjir bandang MASOMBA. pdhl saya sama sekali ga pernah liat berita...cm dengar aja kalau disana lagi ada musibah 🙏🏼🙏🏼
Gelas plastik warna biru kuletakkan di atas meja. Pakaian yang sudah dilipat bertumpuk di atas kursi di sebelah kanan dan kiriku. Belum kumasukkan ke lemari. Karena terlalu banyak baju. Terlalu sempit. Tak muat lagi. Gadis asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku sedang bersih-bersih. Aroma molto warna biru tercium. Semerbak sekali. Sepertinya ia mengepel pakai molto. Pengharum pakaian. Mungkin soklin lantainya lagi habis. Jadi biar wangi dia pakai itu.

Ibuku masih anteng di ruang tamu. Nanton youtube siaran ulang kick andy. Beliau sudah tua, gak ngerti hp. Kecuali jika anak-anaknya yang menyetelnya. Kabel-kabel menjuntai. Sambil ngecharge, sambil ngepel, sementara aku duduk di sudut kamar. Di depan pintu lemari cokelat itu.

Aku ingat betul kemarin, si Zuhdi enak-enakan ngupil di kelasku. Mengorek hidung dalam-dalam saat aku sedang mengajar. Menjadi trainer untuk anak2 batu itu. Ekspresi mukanya benar2 rileks. Menikmatmati seolah aktivitas itu. Jujur saja aku agak jijik melihatnya tapi tak sampai hati menegurnya karena ngupil itu manusiawi. Aku pun kalau sedang sendiri juga terkadang ngupil. Tapi tak di tempat umum macam Zuhdi. Nak, nak.. belajarlah tata krama lagi.

Sementara siang tadi aku dan Eca kabur. Bos lagi ga ada. Kaki pergi ke tukang servis motor. Setelah lapor kerusakan, kami pun cabut ke pasar tradisional dekat situ..malas menunggu di bengkel soalnya. Kami cari siomay, titipan seorang teman. Setelah dapat, cuaca begitu terik. Aku dan eca perci cari es podeng tapi ga nemu2. Cari es doger juga tak ada. Yang ada tukang cincau. Eca ga terlalu suka cincau akhirnya kami jalan lagi dan pilihan jatuh ke es dawet banjarnegara. Rasanya biasa aja. Santannya kurang kental menurutku. Lebih enak dawet yang di kalimulya. Ah tapi tak apalah. Yang penting dahaga ini terobati.

Aku dan Eca duduk di atas tikar. Di pinggir jalan sambil minum es dawet. Ku sruput air itu. Sambil mengunyah dawetnya.sekitarku ada beberapa orang yang lagi makan mi ayam. Ibu2 dan bapak2. Sedang di sebelah akanan ada pagar, pagar besi tipis. Sisi kirinya triplek. Ada lubang seukuran 50 senti. Sepertinya sengaja dilubangi. Aku lihat bagian kolongnya, ada semak-semak. Sampah plastik dan kaleng bir bintang. Rupanya tempat itu digunakan untuk mabuk2an pikirku. Aku mulai tak nyaman. Tapi berusaha terlihat tenang.  Ku tatap langit, matahari benar2 bersinar terang. Tepat jam 1 siang. Sedang panas-panasnya. Tiba2 temanku tertawa. Senyum2 sendiri. Kenapa ca? Tanyaku

"Itu abah datang"
Sambil menunjuk ke arah jalan

Wah, kami ketahuan. Abah datang dengan transformernya. Ia mengeluarkan hp sembari memotret dan merekam kami.

Untung abah orangnya ga lemes. Jadi dia hanya kirim itu ke teman dekat eca. Sambil tertawa2. Akhirnya aku mengajak abah gabung. Ayo bah, sini. Minum es cendol dulu. Abah mau diplastik atau di gelas?

Gelas plastik aja kami pun nongkrong bertiga di pinggir jalan
Waaaah, coretannya luar biasa banget. Iya betul, kecenderungan sulit berhenti. @Arni Narni saat menulis kondisi rileksnya LIGHT, MEDIUM atau DEEP? Kemudian, bentuk coretan aslinya seperti ini atau lebih rapih?
Ini medium, kang...
Seperti itu kalau lagi nulis cepat. Tidak apa-apa, Mas, ini baru permulaan. Dan mungkin yang diinginkan Subconscious hanya menulis seperti itu. Tadi kenapa "light", apakah ada yang mendistraksi? Sebetulnya Light juga oke, sebagai syarat minimum melakukan Automatic Writing.
Iya kang, jadi ga mau berhenti nulis. Lupakan ruang editing. Bunyi kecipak dari ekor siren itu menghenyakku. Pupil birunya menghipnotis, seakan memanggil untuk segera mengikutinya ke dalam air. Lautan biru yang dalam dan penuh misteri, adalah hunian makhluk ini.

Langkahku berat melawan deburan ombak, tapi tetap kupaksa melangkah maju.

"Mendekatlah ... ayo, kemarilah. Aku akan menunjukkan padamu, rumahku. Kau pasti akan menyukainya." Aku mengangguk, lalu berjalan pasti ke tengah lautan.

"Hei! Apa yang akan kau lakukan? Berhenti!" Suara lain menyeruak.

"Jangan hiraukan. Aku di sini. Kemarilah ... kau akan tahu seberapa indah duniaku."

"Berhenti!" Memekik semakin tinggi.

Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan menyeret pergelanganku.

Sekali lagi, aku terhenyak, dengan keringat membajir di tubuh.

"Kau ... baik-baik saja…
Betul, ada si kecil lagi main jadinya kurang ‘fokus’ hehe
Ini ditulis langsung di keyboard, atau sebelumnya lewat coretan? Infokan saya pengalaman rileksnya ya, ringan, menengah atau dalam.
Ini saya light, awal sering terinterfensi namun setelah saya deep menjadi lancar tulisan berubah menjadi kebih besar
Ditulis langsung di keyboard kang, ringan
Wah, luar biasa banget. Gambarannya detail. Tadi rileksnya ringan atau dalam? Ini juga unik. Kalau bisa, karena ini praktek mengaktivasi indra diri dengan mengakses subconscious, sebaiknya akses subconscious, agar nanti tahu bedanya dengan menulis saat sadar. Siap kang.
Terselip pertanyaan saya juga disana. Tp sedikit banyak juga sudah kejawab. Makasih kang.... Saya bisa fokus ke gambar yg saya dapat. Tapi masih kepikiran satu dua hal siang tadi. Jadi itu ringan atau dalam kang? Atau medium?
Ini tulisannya asyik banget. Melihat tulisannya, kayaknya @+62 878-8587-0089 ini tipikal orang KINESTETIK sekali. Beberapa diksi yang digunakan mengarah ke situ. Biasanya tipe ini gak bisa diam, sukanya bergerak dan lincah. Kalo belajar nari, yoga, olah raga, pasti jagoan, hahaha...
Malam Mas Asep dan Om Bud, juga teman-teman, bahagia rasanya bisa bergabung kembali setelah absen 2 kali, semoga semuanya selalu sehat dan bahagia. Saya mencoba mempraktekkan sendiri material yang terlewatkan dan akhirnya bisa merayakan rileks(setelah beberapa kali mencoba dan membaca ulang lagi). Tadi saya kerasa rileks dan rasanya seperti tidak berapa di dalam rumah.
Tulisan saya agak tidak terbaca di beberapa tempat hehehe. Saat ini saya berdiri di daerah central stasiun, rasanya seperti anak kecil diajak ke tempat mainan, saya senang sekali dan bisa dibilang tidak sabar.
Saya senyum-senyum memandang sekeliling dan menatap penjaga dan pintu museum, menunggu antrian untuk masuk. Pengen rasanya bilang ke semua orang yang memandang saya, bahwa mimpi saya m…
Btw, @+62 878-8587-0089 kondisi nulisnya rileks ringan atau medium atau dalam? Medium kang. Saya tidak bisa menilainya. Ukurannya rasa rileks dalam diri, bukan berjalannya pikiran kita.
Saya lihat ini karakter tulisan Automatic Writing, dari bentuk coretannya. Terutama dari bagian tengah ke bawah. Kalo gitu, kayaknya medium kang. Cukup rileks kok tadi. Wahhh, tulisan yang keren. Boleh saya lihat coretannya @NancyZenith DragonDraven? Apakah lebih berantakan dari coretan normal biasa? Tapi kalo nggak mau diposting juga gak apa-apa yaaa.😃
Ini kondisi rileksnya seperti apa? Wkwkwk Maaf Mas, atas2nya berantakan
Kereeeen. Saya malah seneng kalo ada coretannya berantakan.
Tombol ON menyala dan saya merasa saya tertidur. Tapi saya tidak bisa masuk lebih dalam karena ada suami saya disamping saya... Saya berusaha untuk menulis dan merasa tombol tetap ON. Hasilnya tulisan pribadi tentang tusuk konde pemberian mantan suami 🤔. Saya merasa menulis dengan kecepatan yang terburu-buru dan tidak bisa terkontrol. Tulisan jadi tidak rapi dan sulit untuk dibaca.
😂😂😂Makasih Mas, anak saya bilang  "ma, barusan papa manggil, mama gak njawab." 😅
Menarik sekali ini. Berbeda dari yang lain, ini semacam artikel tentang fotografi. Kondisi menulis, state rileksnya seperti apa? Posisi berbaring di ruang sholat, kang, kalimat pertama muncul² begitu saja, dan segera saya tuliskan, dilanjut dengan citra imaginasi dan segera saya tulis juga.
Sempet tidur membayangkan ruangnya spt apa.. dimensi yg dimasukin...masih ruang absurb..  setelah merem..  dan melek.. dan nulis..  agak pegel seh nulisnya
Ini real automatic writing @Shanti Santi. Dari karakter coretannya, kemudian dari cerita state mental yang dirasakannya, dll. Keren banget. Terima kasih yaaa.
Masih bingung ma light, medium or deep.. gmn bedainnya
Taruhlah seperti saat mau tidur, kita mersakan step rileks dari mulai sadar total, nyaman dan malas bergerak, sampai kemudia muncul tenggelam. 3 fase itu bisa dibilang light, medium dan deep. Walau tidak sklek seperti itu ya.
Oke KITA LANJUT ya teman-teman.
Teman-teman, kenapa di awal saya menginstruksikan "Baca dengan Teliti", karena harapan saya step-stepnya teman-teman ikuti. Ini bukan soal bagaimana teman-teman bisa menghasilkan sebuah tulisan. Tujuannya bukan itu.
Tapi bagaimana PROSES teman-teman dalam menghasilkan tulisan. Nanti mau banyak atau sedikit tidak jadi soal. Targetnya adalah, seperti apa menulis dalam kondisi diri trance, baik itu Light, Medium atau Deep.
Langsung di sini, sebelum masuk sesi ini saya mempersiapkan diri saya, jadi ketika sesi dimulai dan kang asep kasih aba-aba, saya langsung mulai aja...walaupun apa yang saya mau sampaikan belum selesai... (maaf telat, sibuk baca tulisan yg lain...keren-keren ya, saya doang yang berantakan).
Jadi saya sedang membiasakan teman-teman menulis dalam kondisi trance itu. Dengan demikina, saya berharap, teman-teman mengaktifkan Tombol Rileks bagi yang punya. Atau memasuki State Rileks dengan seperti yang sudah saya ajarkan kemarin.
Wahhh, sudah mau pukul 22.00. Baiknya ke-4 indra berikutnya saya pandu besok lagi saja ya. Sekarang, silakan kalau ada pertanyaan. Sebelumnya, saya berikan dulu mike ke Om Budiman Hakim.
Mangga Om @Budiman Hakim​. Silakan, saya pandu langsung saja, bila ada yang bertanya, monggo. Saya mau tanya hal ini kang. Apa tombol on off sebuah keharusan atau dengan merilekskan diri seperti yg saya lakukan juga boleh?
Tombol On/Off itu cuma alat untuk masuk Rileks Diri. Jadi bukan keharusan. Yang harus adalah State Rileksnya. Baik Light, Medium atau Deep. Karena ini proses latihan, lebih Deep lebih bagus. Silakan pertanyaan berikutnya.
Terima kasih Mas, saya pengen nanya, kenapa tadi saya saat menulis rasanya menggebu-gebu (seperti itulah perasaan saya) dan semua kata seperti berhamburan bercampur kenangan, tapi tangan tidak bisa diajak kompromi, dan terus terang yang saya ketik sudah saya edit hahaha karena kayaknya gak nyambung dan norak sekali pas dibaca lagi 🙈 Terima kasih
Nah bagaimana kita tau itu light dan seterusnya...? Eh...maaf. 🙏maaf. Iya silakan yg mau nanya. Salah satu fenomena menulis di Automatic Writing seperti yang @NancyZenith DragonDraven ceritakan tadi. Kita menulis di ruang Subconcious yang notabene ruang seluruh DATA. Data lengkap dengan emosinya ya. Makanya. data yang deras keluar disertai dengan perasaan-perasaan yang bagi beberapa orang tak tertahankan.

TANYA JAWAB
Saya merasa memperaktekkan menulis kondisi trance menggunakan keypad /masih timbul perasaan takut salah ketik di benak yang sepertinya sedikit agak mengganggu proses penulisan. Dari pengalaman kang asep sendiri apakah ada perbedaan yg cukup signifikan menulis dalam kondisi trance menggunakan keypad/keyboad dan menggunakan pena/kertas?
Itu SEBABNYA saya menganjurkan menulis dengan kertas dan pulpen/spidol. Pertama, untuk menghindari menulis di ruang publik hal yang rahasia. Kedua, yang kita praktekkan adalah metode Ideomotor Response, koneksi langsung antara subconscious dengan jari-jari tangan. Tentu via keyboard juga masih tetap bisa, jari tetap bergerak, tapi berbeda dengan coretan tangan yang coretannya tak terputus. Jadi secara intensitas berbeda.

Untuk @NancyZenith DragonDraven, yang harus ditampilkan ke saya justru yang nggak diedit. Karena kan analisisnya harus analisis Automatic Writing betulan, hahaha...
Next, teman-teman. Yaak silakan yang mau tanya.....
Ijin bertanya, saya kebetulan hobinya streetfotografi dan saya kasih cerita, nah untuk membuat cerita saya biasaya melakukan contactnes dengan foto yang ada baru saya tulis, apakah ini juga termasuk automatic writing.
Yup, bisa, proses seperti itu termasuk ke dalam proses "deep trance identification", kita berasosiasi dengan sesuatu, termasuk dengan benda yang ingin kita menyatu di dalam "ruh"nya.
Kita bisa berasosiasi dengan apapun, dengan siapapun, termasuk dengan skill Steve Jobs misalkan. Atau siapapun yang ingin kita "bajak" ekselensi dirinya.
Next. Setelah ikut kelas ini saya baru sadar ternyata ini namanya automatic writing. Dan sepertinya dulu saya sering melakukan itu. Cuma sayangnya saya tulis di sembarang kertas atau kadang2 di buku. Mengalir begitu deras. Nah pertanyaaannya, automatic writing ini kan ditulis dalam keadaan rileks, sedangkan dulu saya sering menulis lepas dalam keadaan sedih dan marah, apakah ini termasuk jenis automatic writing juga kang?
Rileks itu jangan diartikan dengan CUMA kendurnya otot dan saraf-saraf diri kita, tapi, terbukanya ruang Subconscious, di mana emosi dalam rupa apapun ada di dalamnya.
Kata "rileks" itu cuma simplifikasi dari saya aja agar lebih mudah dipahami.
Yang jelas dari awal saya sudah bilang, menulis Automatic Writing adalah menulis dengan kita mengakses Subconscious Diri. Oya, automatic writing ini hal yang alamiah. Bisa terjadi secara alamiah pada setiap diri kita. Seperti yang terjadi sama @+62 878-8587-0089 itu. Saya hanya "menstrukturkan" apa yang alamiah itu biar bisa kita eksplor kapan pun di mana pun. Gak cuma kalo lagi mood aja. Itulah sebabnya, hal yang alamiah saya ilmiahkan, saya bikin sistematikanya. Sehingga, nggak cuma @+62 878-8587-0089 yang bisa, tapi siapapun bisa.
Bagaimana mengatasi perasaan atau emosi yg dalam sampai tak tertahankan tadi ya kang? Apa biarkan mengalir dulu baru nulis ya? Capek juga ya jadinya.. hehe.. tapi setelahnya seneng2 aja sih..
Biarkan saja mengalir deras. Toh menulis itu bagian dari terapi. Melepaskan Emosi diri. Ini yang disebut "katarsis" (yang bilang Socrates atau Aristoteles, saya lupa). Katarsis adalah terjadinya "penyucian diri", pelepasan emosi. Sehingga gak heran setiap setelah menulis kita merasa lega. Nah, di kasus Automatic Writing, katarsis yang terjadi sangat ekstrem. Meminjam kata @Dewi Aryani, tak terkendali.
Tapi tentu, untuk menghindari "abreaksi", bikin FRAME saja, "Saya meniatkan diri untuk melepaskan semuanya dengan TERKENDALI, dengan NYAMAN, dengan AMAN. Saya mengizinkan diri untuk hanyut, tapi tetap TERKENDALI."
Insya Allah, yang terjadi seperti apa yang sudah kita niatkan. Lakuakan ya @Dewi Aryani kalo kuatir "hilang kendali" (saya pakai tanda petik karena maksudnya bukan hilang kendali).

Om Bud and kang asep punten, mohon ijin, apa saya boleh sharing pengalaman kemarin setelah sesi, lewat japri ke kang asep? Kalo bermanfaat jadi pelajaran untuk teman-teman, silakan di sini saja. Kalo sensitif, japri saja. Kalau tidak keberatan, japri dulu gpp ya? Boleh, mangga.

Saya Om Bud, Mas Asep apakah tulisan dalam keadaan emosi berbahaya? Kalau Saya baca lagi tulisan-tulisan saya, Saya tidak sanggup dan biasanya Saya sobek atau bakar.
Nah, ini dia. Pertanyaan sangat BAGUS. Matur suksma @NancyZenith DragonDraven​. Kegiatan Automatic Writing adalah kegiatan yang sangat-sangat SEHAT. Automatic Writing adalah menulis di Ruang Imajinasi, kata Om Bud. Artinya, itu adalah ruang private kita.
Emosi baik itu negatif maupun positif, berlaku untuk diri sendiri.
Saat isi tulisan kita hal negatif, artinya kita sedang menerapi diri, melepaskan segala yang melekat NEGATIF dalam diri, luruh dan lenyap. Kalo yang terjadi adalah emosi negatif, saran saya, ROBEK, BUANG, atau yang lebih bagus lagi BAKAR.
Saat membuang, membakarnya jadi abu atau merobeknya, niatkan di dalam hati, "Seiring hilangnya tulisan ini, maka hilang seluruh perasaan negatif yang membelenggu saya. Karena saya berhak untuk bahagia. Dan mulai detik ini dan seterusnya, saya bahagia, semakin bahagia, dan semakin berpikir positif."
Yang PARAH, adalah orang yang menuliskan emosi negatif di ruang publik. Bayangkan, emosi itu hal private, ia tulis di ruang publik. Efeknya ada dua, yang pertama adalah MEMBUNUH DIRINYA SENDIRI.
Tulisan dibaca pertama kali oleh dirinya. Dan impact negatif pertama untuk dirinya. Lalu dibaca 1 orang, 2 orang, viral. Maka energi itu tersebar, dan energi itu tidak hilang, ia akan bertumpuk-tumpuk, lalu balik lagi ke penulis pertama, sekaligus menarik energi-energi buruk dari seluruh orang yang pernah membacanya.
Bahaya yang kedua tentu bagi para pembacanya itu sendiri. Tulisan bermuatan negatif merangsng aktifnya zat dalam diri dia untuk cemas, kehilangan kebahagiaan, takut, was-was, dan akumulasi negatif lainnya.
Kalo posisi kita sebagai pembaca, saya wanti-wanti, aktifkan "critical factor" dalam diri kita. Pertanyakan apa yang kita baca. Lihat motivasinya, amati muatan emosinya, lalu TOLAK bila kita tahu itu negatif.
Cukup dengan bilang: "Saya hanya bersedia menerima hal baik, dan saya buang semua hal buruk yang masuk ke dalam tubuhd an pikiran saya." Saya jamin teman-teman TERBEBAS dari pengaruh negatifnya.
Kalo kita mau kasih pelajaran ke penulis hal buruk itu, kita bisa bilang dengan menambahkan: "Dan saya kembalikan ini pada yang menjadikannya ini ada." Saran saya: Doakan saja agar semuanya baik-baik saja. Pesan saya, menulislah hanya hal baik.
CLOSING
Saya senang ada banyak hal yang teman-teman share, dan itu menjadi pelajaran juga buat saya. Bagi saya, setiap fenomena di setiap saya memandu automatic writing, adalah pelajaran-pelajaran baru tersendiri buat saya.
Semoga juga teman-teman menangkap hal yang sama. Selamat beristirahat. Wabillahi taufiq walhidayah. Wassalamu alaikum warahmatullahi wbarakatuh.😊🙏
Waalaikumsalam Mari kita beri applause yang meriah buat Kang Asep. Kita ketemu lagi minggu depan. 👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar