Materi :
Automatic Writing 3
Waktu :
Kamis, 23 Juli 2020
Narasumber :
Kang Asep Herna
Assalamualaikum wr wb. Selamat
malam teman2 sekalian. Sesi 9 ini adalah sesi 3 dari Kang asep yg merupakan
rangkaian materi luar biasa. Namanya Automatic Writing. Sesi ini membutuhkan
interaksi langsung antara Kang Asep sbg pemateri dengan para peserta. Jadi
mohon kehadirannya dan mengikuti materi keren ini. Ok sekarang kita panggilkan
saja langsung Asep Hernaaa....👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
Silakan, Sep.... Terima
kasih, Om.
Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam, Teman-teman semua.
Teman-teman, Saat ini kita akan memasuki
sesi inti, Praktik Automatic Writing, sambil menyelusuri kompetensi diri dalam
menulis. Setiap orang, sepanjang sarafnya sehat dan masih berfungsi menyimpan
memori, juga jari-jari tangannya bisa bergerak, sudah selayaknya ia mampu
menulis. Kapan pun. Di mana pun. Dalam situasi apapun.
Ketika seseorang bilang
tidak bisa menulis, maka ia sedang tidak menyadari, bahwa dirinya bisa menulis.
Itulah mental block, sebuah citra diri negative yang membatasi sekaligus
menutupi ekselensi dirinya. Mental block dalam konteks spesifik di wilayah
ekselensi menulis disebut dengan writers block. Keadaan yang membuat proses
menulis stuck, buntu, blank.
Penyebabnya memang karena
merasa tidak ada ide sama sekali atau malah sebaliknya, justru merasa terlalu
banyak ide tapi bingung mengeluarkannya harus mulai dari mana dulu.
Teman-teman sudah tahu
teknik mengkases subconscious state, familiar dengan istilah hypnosis state,
dan trance. Hypnosis state adalah keadaan diri saat sedang mengakses
subconscious mind (pikiran bawah sadar). Sama halnya dengan "trance".
Milton Hyland Erickson
lebih suka menyebut hypnosis state dengan kata trance, di mana gelombang otak
kita sedang berada di frekuensi alpha (12 - 8 putaran listrik perdetik); atau
gelombang theta (8 – 4 putaran listrik perdetik).
Saat hanyut nyetir, saat
main games, saat membaca buku, kita memasuki kesadaran fokus, sampai kita tidak
sadar tangan kita memindahkan gigi kendaraan ke gigi 1-2-3-4-5 atau sebaliknya.
Inilah kecerdasan spontan/unconcious competency. Inilah trance.
Saat baca buku atau
nonton film di rumah, kita tidak berasa ada nyamuk menggigit kulit kita (fenomena
anestetik); kita tidak ngeuh ada istri, suami, atau anak kita memanggil-manggil
kita (fenomena negative audio hallucination); dan fenomena-fenomena lainnya
yang luar biasa.
Itulah trance, di mana kita memasuki
wilayah subconscious, wilayah sangat-sangat cerdas, yang rasionalitas kita
kerap sulit memahaminya.
Nah, tahukan teman-teman,
bahwa saat kita sedang menulis, sesungguhnya kita juga sedang berada di dalam
TRANCE? Coba sekarang saya minta teman-teman nulis apa saja, LANGSUNG ruang
chat ini, dalam 2 kalimat secara instan. Nulis apa saja ya. Perkenalan diri,
brand, jualan, atau apapun bebas. Yang penting 2 kalimat saja cukup.
Silakan. Saya perlu 2-3
contoh dari teman-teman saja. Ketika alam berbicara. Matahari dan cinta.
3 kata doang?
Sore ini sepertinya hujan
lagi. Bukan. Bukan diluar, tapi dihatinya. Kalau mau saya pasti bisa. Itu kata
suara hati saya. Saya seneng banget bisa ikutan kelas ini. Bener-bener hikmah
pandemi yang luar biasa.
Saya sering gagal ikut
praktek Kang Asep, semoga sekarang bisa sukses!
Matahari bersinar redup.
Senja mengganti terik. Seketika cinta itu tumbuh.
Hidup emang indah, karena
diri kita yang meng indahkan.
Terima kasih,
teman-teman. Sudah cukup yaaaa sebagai contoh. Hatur nuhun.
Kalau bukan sekarang,
kapan lagi? Tidak usah banyak fikir!
Baik, kita lanjut.
Saat menentukan kata
pertama, mungkin teman-teman memikirkan terlebih dahulu, kata apa yang tepat
untuk memulainya. Mungkin juga tidak. Otomatis dan mengalir begitu saja.
Tapi, saya yakin, kata
ketiga, keempat, kedelapan dan seterusnya, saya yakin teman-teman tidak
merencakannya. Kata-kata tersebut keluar begitu saja.
Bisa jadi @Dina Natalia
memikirkan terlebih dahulu dan kemudian menghadirkan kata "Sore" dan
"ini" untuk kata pertama dan kedua.
Tapi saya yakin, kata "lagi"
tidak direncanakan untuk hadir di urutan ke-5. Ia muncul begitu saja. Kata di
hatinya, pasti keluar begitu aja dan menempati urutan ke-10 dan 11.
Saya yakin @Shanti Santi
menghadirkan kata "bisa" di urutan ke-5 dan kata "saya" di
urutan ke-3 lalu muncul lagi di urutan ke-10, sebelumnya nggak dapet perintah
dulu dari otak rasional untuk menatanya sedemikian rupa.
Begitu juga @Yohana Purwa
C, @Sulaiman Effendi, @Arni Narni, @Untoro, dan @Arupadatu Purwana,
menghadirkan kata ke-5 dan seterusnya mengalir begitu saja ya toh?
Seperti halnya saya,
menulis kata "ya toh" itu tidak direncanakan terlebih dahulu lho
hahahaha...
Nah, yang terakhir, saya
menulis simbol tawa "hahahaha..." pun, tidak diperintah otak, untuk
menghadirkan suku kata "ha" sebanyak 4 kali, lalu diakhiri tanda titik
harus sebanyak 3 buah.
Typo lagi tuh pas mau
nulis "titik", saking saya sedang berada dalam "trance"
yang kerap mengabaikan aturan, hahaha...
Itulah TRANCE,
teman-teman. Itulah kompetensi diri yang hadir spontan dan tak sadar (unconscious).
Kalo saya rasanya lebih seneng menyebutnya sebagai subconscious competency
(kompetensi bawah sadar), daripada unconscious competency (kompetensi tak
sadar).
Lalu, bila proses menulis
adalah proses TRANCE, kenapa seseorang kerap merasa STUCK, blank, atau bingung
mesti menulis apa dan bagaimana?
Kenapa terjadi apa yang
namanya Writers Block? Teman-tema di beberapa sesi lalu telah memahami bahwa
kesadaran manusia terbagi 2.
Pertama Conscious Mind
(pikiran sadar), yang di dalamnya antara lain rasionalitas, logika, prinsip
benar-salah, sistematika, hal-hal empirik, pertimbangan-pertimbangan,
perhitungan-perhitungan, dan terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan
memori jangka pendek.
Lalu yang kedua
Subconscious Mind (pikiran bawah sadar), yang di dalamnya ada emosi, perasaan,
kreativitas, imajinasi, spiritualitas, spontanitas, insting, tak mengenal
prinsip benar-salah, lugu, dan berhubungan dengan memori tak terbatas.
Wah, ini kemarin sempet
saya bahas di IG Live @HopeLoveforPeace ya...
Nah, ketika proses
menulis berlangsung, maka yang terjadi adalah proses trance, di mana emosi,
perasaan, kreativitas, imajinasi, insting, spontanitas, dan seluruh property
subconscious terekplorasi tanpa berpikir salah atau benar.
Tapi saat proses STUCK,
BLANK, dan rasa bingung mesti mulai nulis dari mana terjadi, maka kesadaran
kita sedang diintervensi oleh Conscious Mind.
Proses menulis digondeli
oleh keharusan-keharusan untuk logis, rasional, sistematik, serta harus
memenuhi kaidah-kaidah perinsip benar dan salah.
Saya tadi ngantuk banget.
Kuambil apel, kukupas dan kupotong sebagai bekal belajar.
Waaaah, seger pastinya.
Saya juga lagi sambil makan rujak kedondong.😃
Dengan demikian, proses
menulis menjadi begitu penuh perhitungan, dan penuh dengan ketakutan melanggar
rasionalitas, logika, sistematika serta prinsip benar-salah tadi.
Saat kejadian di atas
berlangsung, itulah writers block. Ketika kejadian ini berlangsung terus
menerus, lalu menimbulkan rasa frustasi dan menjelma limited belief system,
maka itulah mental block.
Metode Automatic Writing
adalah metode untuk mengembalikan proses menulis pada KHITAHNYA, bahwa menulis
itu adalah TRANCE. Metode Automatic Writing adalah metode menulis dengan
mengakses subconscious manusia, sehingga pikiran dan tubuh bersinergi membentuk
gerakan otomatis dalam bentuk tulisan.
Teman-teman, alasan
kenapa saat menulis dengan mengakses subconscious mind atau trance ini tak
tertahankan, selain lepas dari perhitungan-perhitungan, bebas dari
ketakutan-ketakutan, merdeka dari prinsip benar dan salah, alasan lainnya
adalah, karena menulis dalam trance, berarti kita sedang mengakses sumber
memori yang nyaris tak terbatas.
Berikut ini mitos-mitos
kehebatan manusia:
1. Otak
manusia terdiri dari 100 milyar lebih sel saraf dan 100 triliun sel saraf
pendukung lainnya
2. Otak
manusia mampu menyimpan data 2.300.000 bit dalam seketika
3. Pikiran
sadar mampu mengingat data sekitar 7 hingga 9 data dalam waktu bersamaan
4. Sementara
bawah sadar manusia mampu merecoveri 2.300.000 data yang masuk seketika
5. Itulah
sebabnya, pikiran bawah sadar manusia adalah tempat disimpannya memori manusia
dari sejak lahir hingga detik terakhir. Semua data, baik data buruk maupun data
baik, ada di dalamnya
6. Dengan
demikian, pikiran bawah sadar adalah gudang memori manusia, gudang ide termasuk
di dalamnya gudang ekselensi diri manusia
7. Saat
kita mengakses pikiran bawah sadar manusia, maka kita sedang mengakses gudang
memori dan ide
Menjadi masuk akal bila
dikatakan, bahwa saat kita menulis dalam trance, menulis dengan mengakses
subconscious mind, tak tertahankan, karena kita berarti menulis sambil
mengakses gudang memori dan gudang ide kita.
Teman-teman, praktek
Automatic Writing ini, tidak dalam rangka kita menapikan proses menulis yang
seharusnya. Pada akhirnya nanti, saat tulisan kita dikonsumsi oleh pihak
ketiga, tetap saja tulisan kita mesti berterima dengan pembaca.
Artinya, tulisan kita
memenuhi konvensi-konvensi menulis, baik dari sisi sintaktik, semantik, maupun
ejaan.
Saya dan Om Budiman Hakim
sempat merumuskan dan mensosialisasikan dalam setiap pelatihan, bahwa dalam
menulis, kita mesti punya 2 ruang terpisah.
1.
Ruang Imajinasi, yaitu tempat di mana
kreativitas berlangsung, tanpa digondeli oleh keharusan-keharusan ejaan,
sintaktik, bahkan semantik. Biarkan kepala dan tangan bekerjasama tanpa
kemustian-kemustian, tanpa ketakutan-ketakutan. Di ruang ini tak ada batasan,
tak ada aturan, tak ada etika.
Ruang imajinasi adalah ruang bebas
nilai, lepas dari prinsip benar dan salah, menafikan kemustian-kemustian. Dalam
bahasa saya, ruang imajinasi ini adalah ruang trance, ruang Subconscious Mind.
2.
Ruang Editing, yaitu tempat ketika hasil
Imajinasi disunting, diperhitungkan, disesuaikan baik sintaktik, semantik,
retorikanya, etikanya, sehingga tulisan berterima, menjadi sesuatu yang
memenuhi aspek logika dan sedap dibaca.
Ruang Editing adalah
ruang rasionalitas yang terdiri dari keharusan-keharusan, sehingga tulisan
berterima baik dengan audience maupun kaidah-kaidah teknis penulisan
Dalam bahasa saya, ini
adalah ruang Conscious Mind. Nah, bila dalam proses kreatif, yang notabene
adalah proses yang harusnya ada di Ruang Imajinasi, tapi dilakukan di Ruang
Editing, maka jangan salah, bila yang terjadi adalah STUCK, macet, mentok,
bingung.
Dalam bahasa lain,
writers block muncul karena kita berada dalam kamar yang salah! Saat seharusnya
penulis berada di Ruang Imajinasi, ia malah ada di Ruang Edit. Sehingga penulis
mentok, karena menulis penuh dengan rasionalitas, penuh dengan
kemesetian-kemestian, penuh dengan keharusan-keharusan, penuh dengan tekanan
dan ketakutan-ketakutan.
Di dalam proses menulis,
HUKUM KREATIVITAS berlangsung: “Saat rasionalitas makin aktif, imajinasi makin
pasif. Saat imajinasi makin aktif, rasionalitas makin pasif.” Selalu begitu. Nah,
teman-teman, dalam konteks latihan Automatic Writing kita kali ini, saya minta
pada teman-teman untuk terlebih dahulu memisahkan antara Ruang Imajinasi dan
Ruang Editing. Karena ini adalah konteks Automatic Writing, maka saat ini, kita
sedang berada di Ruang Imajinasi terlebih dahulu.
Baiklah teman-teman,
sebentar lagi kita akan masuk ke praktek sekaligus mengaktivasi ke-5 indra diri
kita. Namun sebelumnya, apakah ada yang ingin ditanyakan? Silakan kalo ada,
kalo nggak, kita lanjut.
Oya, saya harap sebaiknya
teman-teman sudah menyiapkan kertas tulis dan pulpen atau spidol kecil ya. Agar
kita lebih asik latihannya. Yang belum nyiapin, silakan nyiapin. Yang nggak
memungkinkan karena nggak ada, ya nggak apa-apa. Yang sudah menyiapkan, terima
kasih banyak.😊
sudah ready :)
ready
Hatur nuhun, Mas.
Ready
Sekarang saya akan
mengajak teman-teman berlatih mensinergikan pikiran dan tangan, agar secara
bertahap bisa dan membiasakan diri mengelola skill untuk menulis sambil
mengakses subconscious diri. Menulis dengan dan dalam trance.
Saya ingin mengajak
teman-teman, terlebih dahulu memancing pikiran dengan mengaktifkan submodalitas
teman-teman, yaitu daya 5 indra teman-teman yang dalam Neuro Linguistic
Programming (NLP) disebut dengan VAKOG.
Visual (indra mata),
Audio (indra telinga), Kinestetik (indra rasa/sentuh/kulit/gerak). Olfactory
(Indra hidung/penciuman), Gustatory (indra lidah/pencerapan). Biasanya kekuatan
masing-masing dalam menerima data itu sesuai dengan urutan yang saya tulis. Indra
Visual mendapatkan urutan pertama, kemudian Audio, Kinestetik, dan seterusnya.
Tentu dalam kasus-kasus
spesial sangat berbeda. Seperti anak saya yang kedua dan keempat itu sangat
auditori. (Banyak banget Kang Asep anaknya, hahaha). Saya akan memulai dengan
mengaktivasi sensitivitas indra Visual.
1. VISUAL
Menurut Manfred Zimmermann, mata kita
mampu menerima 10.000.000 bit data/ informasi perseketika. Taruhlah perdetik. Tapi
hanya 40 bit saja yang diterima pikiran sadar kita. NAH SEKARANG, FOKUS BACA
INSTRUKSI SAYA INI SAMPAI SELESAI, dan siapkan diri teman-teman berada dalam
posisi sangat NYAMAN, sangat RILEKS, sangat TENANG ya.
Mohon OFF CHAT (dalam arti hindari menulis
pesan di sini tanpa saya minta yaaa). Nanti, teman-teman lakukan pada saat saya
sudah menulis kata "SEKARANG" di ujung kalimat saya ya. Jadi
instruksinya tuntas.😃
Mohon baca dengan teliti:
Silakan teman-teman yang sudah memiliki
ANCHOR RILEKS, untuk SIAP-SIAP mengaktifkan TOMBOL ON, memasuki momen rileks
tapi tetap terkendali. Sementara untuk yang belum memiliki tombol rileks,
niatkan saja diri memasuki momen rileks yang pernah dialami. Rileks terdalam.
Lalu hitung mundur dari 10 hingga 1 dan pada hitungan 1 masuki state rileks
dalam dan makin dalam.
Posisi tangan boleh memegang pulpen atau
spidol, siap menulis, dengan ujung pulpen atau spidol ada di atas kertas. Atau,
boleh juga posisi tangan dan jari berada di tut demi tut keyboard buat yang
belum nyiapin kertas dan alat tulis. Artinya, Anda memiliki kebebasan untuk
menulis dengan pulpen/spidol atau menulis langsung di time line grup ini.
Nah. Sekarang, dengan daya tangkap
subconscious Anda yang luar biasa, tuliskan apapun yang Anda TANGKAP dengan
MATA, baik MATA FISIK maupun IMAJINASI Anda, GAMBARKAN dengan jelas, dengan
detail, warna, tekstur, atau apapun yang bisa mata Anda TANGKAP dengan
sempurna. Bisa keadaan SAAT INI, atau bisa SUATU MASA dalam imajinasi Anda.
Anda boleh tulis di kertas; atau boleh tulis di Grup Ini langsung. Bebas.
Sebebas Anda menginginkannya.
Silakan tuliskan dengan bebas. Bebas dari
ketakutan-ketakutan. Bebas dari keharusan-keharusan. Bebas dari aturan menulis
yang baik atau benar. Dengan bahasa dan cara Anda sendiri. Mata Anda boleh
terpejam atau terbuka.
Aktifkan ANCHOR/TOMBOL RILEKS Anda.
Perdalam rasa rileks dengan menghitung mundur dari 5 hingga 1, lalu BUKA mata
Anda pada hitungan 1. Dan rasakan tubuh Anda selama 10 MENIT, TIDUR DALAM
KEADAAN MATA TERBUKA. TUBUH TERTIDUR, tapi MATA TERBUKA. Lalu IZINKAN dan MINTA
tangan bergerak... mulai bergerak, lepas... bebas... MENULISKAN apa yang Anda
LIHAT di sekeliling Anda; atau dalam imajinasi Anda, entah saat ini, suatu
masa, kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu, berpuluh tahun lalu,
BERATUS tahun lalu atau mungkin ribuan tahun lalu. Tuliskan SEKARANG! Sampai
Anda bangun dengan segar setelah 10 menit dari SEKARANG.
Sudah 10 menit. Kalau ada
teman-teman yang ingin memposting tulisannya (tentu kalo nggak rahasia),
silakan ya. LENGKAPI dengan deskripsi, keadaannya seperti apa, pengalaman saat
menulis seperti apa. Rileksnya LIGHT, MEDIUM atau DEEP.
Silakan. Light kang
Badan ini terasa lengket
sekali, cuaca terasa panas serasa di siang harti, mungkin ini pengaruh anggur
merah yang baru saja kuminum, pemberian temanku di kedai barusan. Rokok
marlboro terselip ditangan, abunya masih menggelantung, menunggu aba-abaku
untuk jatuh di lantai, sementara kertas kosong dan pulpen tergeletak di meja
kerjaku, seperti memandang dengan penuh harap dan berkata,"ayo sentuh
aku!, goyangkan badanku agar apa yang kau rasakan bisa kutuangkan dalam kertas
yang perawan ini, aku hanya mampu pandangi semua ioni dengan nanar, aku seperti
tak sanggup berfikir, kejadian di kedai barusan sangat menggangguku, kejadian
yang buat sebagian orang tentu tidak berarti apa-apa.
Seorang temanku yang
usianya lebih tua sepuluh tahun dariku datang bersama selingkuhannya dan
langsung duduk dimejaku tanpa basa-basi, perawakannya yang kurus, kulit
cioklat, rambut klimis tersisir kebelaknag dan pakaiannya yang dandy dengan
menggenggam botol aqua berisi cairan merah kehitaman dan jalannya yang agak
gontai mencurri perhatian orang-orang dim kedai, belum lagi perempuan yang
berkalan mengikuti dibelakangnya, bau mijnyak wangi murahan yang langsung
mengintimaidasi semua pengunjung kedai memaksa kami untuk menoleh ke asal bau
tersebut, pakaiannya yang serba ketat dengan warna atasan kuning dan celana
legging hitam menunjukan lekuk bokongnya yang bisa membuta lelaki membetulkan
duduknya. (light tanpa menyentuh tombol yang kemarin sudah dibuat)
Sepertinya puitis banget
ya. Saya nggak bisa baca semuanya. Apakah coretan ketika dalam kesadaran
normal, seperti ini? ATau ini lebih berantakan?
….
Ini pengalaman umroh,
kang.. tangan saya sampai sakit inih. Maunya nulis...nggak mau berhenti
selain light, ternyata
saya cuma bisa judul dan se-alinea doang hehe
Matanya yang sipit baru
saja terlelap, hari ini dia banyak membantu, mulai dari beres beres rumah,
bantuin motong motong bahan masakan, mencucinya dengan teliti, sampai bantu
mengemas masakan yang sudah jadi dan siap dikirim.
Anakku terima kasih yaaa sudah banyak
membantu dan mau mengerti sibuknya mama di dapur, tapi dengan begitu kita jadi
lebih akrab, meskipun terkadang suka ngambek kalo disuru bolak balik ke warung
karena pelupa nya mama jadi bikin kamu agak repot, maap yaaa nak...tapi kamu
seneng kan semenjak mama ada @dapurmomkey kamu bisa mencoba masakan2 baru yang
mama masak. Mama jadi lebih kreatif bikin menu baru setiap harinya, meskipun
badan mama rasanya lebih lelah dari aktivitas sebelumnya, tapi semuanya mama
syukuri dengan suka cita dan semoga mama dan kamu dikuatkan juga diberi
kesehatan. (light)
Setelah menekan tombol on
anchor, saya dapat visual. Gambar dan tokohnya seperti anime. Lalu saya tulis
ini.
……………..
WAAAH tulisannya keren
sekali. Ini ditulis langsung di sini atau di kertas? Oyam kenapa nggak
mengaktifkan tombol kemarin ya? (Ini tentu gak apa-apa).
Sadar normal
kang...sambil baca instruksi anda, saya lanjutkan 3 kata saya diatas. Kebetulan
pas 2 chat bawah saya koq nyambung. Jadi minta injin sekalian pinjam dan ngalir
aja sampe segitu. Tahu2 malah sampe ke banjir bandang MASOMBA. pdhl saya sama
sekali ga pernah liat berita...cm dengar aja kalau disana lagi ada musibah 🙏🏼🙏🏼
Gelas plastik warna biru
kuletakkan di atas meja. Pakaian yang sudah dilipat bertumpuk di atas kursi di
sebelah kanan dan kiriku. Belum kumasukkan ke lemari. Karena terlalu banyak
baju. Terlalu sempit. Tak muat lagi. Gadis asisten rumah tangga yang bekerja di
rumahku sedang bersih-bersih. Aroma molto warna biru tercium. Semerbak sekali.
Sepertinya ia mengepel pakai molto. Pengharum pakaian. Mungkin soklin lantainya
lagi habis. Jadi biar wangi dia pakai itu.
Ibuku masih anteng di ruang tamu. Nanton
youtube siaran ulang kick andy. Beliau sudah tua, gak ngerti hp. Kecuali jika
anak-anaknya yang menyetelnya. Kabel-kabel menjuntai. Sambil ngecharge, sambil
ngepel, sementara aku duduk di sudut kamar. Di depan pintu lemari cokelat itu.
Aku ingat betul kemarin, si Zuhdi
enak-enakan ngupil di kelasku. Mengorek hidung dalam-dalam saat aku sedang
mengajar. Menjadi trainer untuk anak2 batu itu. Ekspresi mukanya benar2 rileks.
Menikmatmati seolah aktivitas itu. Jujur saja aku agak jijik melihatnya tapi
tak sampai hati menegurnya karena ngupil itu manusiawi. Aku pun kalau sedang
sendiri juga terkadang ngupil. Tapi tak di tempat umum macam Zuhdi. Nak, nak..
belajarlah tata krama lagi.
Sementara siang tadi aku dan Eca kabur.
Bos lagi ga ada. Kaki pergi ke tukang servis motor. Setelah lapor kerusakan,
kami pun cabut ke pasar tradisional dekat situ..malas menunggu di bengkel soalnya.
Kami cari siomay, titipan seorang teman. Setelah dapat, cuaca begitu terik. Aku
dan eca perci cari es podeng tapi ga nemu2. Cari es doger juga tak ada. Yang
ada tukang cincau. Eca ga terlalu suka cincau akhirnya kami jalan lagi dan
pilihan jatuh ke es dawet banjarnegara. Rasanya biasa aja. Santannya kurang
kental menurutku. Lebih enak dawet yang di kalimulya. Ah tapi tak apalah. Yang
penting dahaga ini terobati.
Aku dan Eca duduk di atas tikar. Di pinggir
jalan sambil minum es dawet. Ku sruput air itu. Sambil mengunyah
dawetnya.sekitarku ada beberapa orang yang lagi makan mi ayam. Ibu2 dan bapak2.
Sedang di sebelah akanan ada pagar, pagar besi tipis. Sisi kirinya triplek. Ada
lubang seukuran 50 senti. Sepertinya sengaja dilubangi. Aku lihat bagian kolongnya,
ada semak-semak. Sampah plastik dan kaleng bir bintang. Rupanya tempat itu
digunakan untuk mabuk2an pikirku. Aku mulai tak nyaman. Tapi berusaha terlihat
tenang. Ku tatap langit, matahari benar2
bersinar terang. Tepat jam 1 siang. Sedang panas-panasnya. Tiba2 temanku
tertawa. Senyum2 sendiri. Kenapa ca? Tanyaku
"Itu abah datang"
Sambil menunjuk ke arah jalan
Wah, kami ketahuan. Abah datang dengan
transformernya. Ia mengeluarkan hp sembari memotret dan merekam kami.
Untung abah orangnya ga lemes. Jadi dia
hanya kirim itu ke teman dekat eca. Sambil tertawa2. Akhirnya aku mengajak abah
gabung. Ayo bah, sini. Minum es cendol dulu. Abah mau diplastik atau di gelas?
Gelas plastik aja kami pun nongkrong
bertiga di pinggir jalan
Waaaah, coretannya luar biasa
banget. Iya betul, kecenderungan sulit berhenti. @Arni Narni saat menulis
kondisi rileksnya LIGHT, MEDIUM atau DEEP? Kemudian, bentuk coretan aslinya
seperti ini atau lebih rapih?
Ini medium, kang...
Seperti itu kalau lagi
nulis cepat. Tidak apa-apa, Mas, ini baru permulaan. Dan mungkin yang
diinginkan Subconscious hanya menulis seperti itu. Tadi kenapa
"light", apakah ada yang mendistraksi? Sebetulnya Light juga oke,
sebagai syarat minimum melakukan Automatic Writing.
Iya kang, jadi ga mau
berhenti nulis. Lupakan ruang editing. Bunyi kecipak dari ekor siren itu
menghenyakku. Pupil birunya menghipnotis, seakan memanggil untuk segera
mengikutinya ke dalam air. Lautan biru yang dalam dan penuh misteri, adalah
hunian makhluk ini.
Langkahku berat melawan deburan ombak,
tapi tetap kupaksa melangkah maju.
"Mendekatlah ... ayo, kemarilah. Aku
akan menunjukkan padamu, rumahku. Kau pasti akan menyukainya." Aku
mengangguk, lalu berjalan pasti ke tengah lautan.
"Hei! Apa yang akan kau lakukan?
Berhenti!" Suara lain menyeruak.
"Jangan hiraukan. Aku di sini.
Kemarilah ... kau akan tahu seberapa indah duniaku."
"Berhenti!" Memekik semakin
tinggi.
Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan menyeret
pergelanganku.
Sekali lagi, aku terhenyak, dengan
keringat membajir di tubuh.
"Kau ... baik-baik saja…
Betul, ada si kecil lagi main jadinya
kurang ‘fokus’ hehe
Ini ditulis langsung di keyboard, atau
sebelumnya lewat coretan? Infokan saya pengalaman rileksnya ya, ringan,
menengah atau dalam.
Ini saya light, awal sering terinterfensi
namun setelah saya deep menjadi lancar tulisan berubah menjadi kebih besar
Ditulis langsung di
keyboard kang, ringan
Wah, luar biasa banget.
Gambarannya detail. Tadi rileksnya ringan atau dalam? Ini juga unik. Kalau
bisa, karena ini praktek mengaktivasi indra diri dengan mengakses subconscious,
sebaiknya akses subconscious, agar nanti tahu bedanya dengan menulis saat
sadar. Siap kang.
Terselip pertanyaan saya
juga disana. Tp sedikit banyak juga sudah kejawab. Makasih kang.... Saya bisa
fokus ke gambar yg saya dapat. Tapi masih kepikiran satu dua hal siang tadi.
Jadi itu ringan atau dalam kang? Atau medium?
Ini tulisannya asyik
banget. Melihat tulisannya, kayaknya @+62 878-8587-0089 ini tipikal orang
KINESTETIK sekali. Beberapa diksi yang digunakan mengarah ke situ. Biasanya
tipe ini gak bisa diam, sukanya bergerak dan lincah. Kalo belajar nari, yoga,
olah raga, pasti jagoan, hahaha...
Malam Mas Asep dan Om
Bud, juga teman-teman, bahagia rasanya bisa bergabung kembali setelah absen 2
kali, semoga semuanya selalu sehat dan bahagia. Saya mencoba mempraktekkan
sendiri material yang terlewatkan dan akhirnya bisa merayakan rileks(setelah
beberapa kali mencoba dan membaca ulang lagi). Tadi saya kerasa rileks dan
rasanya seperti tidak berapa di dalam rumah.
Tulisan saya agak tidak
terbaca di beberapa tempat hehehe. Saat ini saya berdiri di daerah central
stasiun, rasanya seperti anak kecil diajak ke tempat mainan, saya senang sekali
dan bisa dibilang tidak sabar.
Saya senyum-senyum
memandang sekeliling dan menatap penjaga dan pintu museum, menunggu antrian
untuk masuk. Pengen rasanya bilang ke semua orang yang memandang saya, bahwa
mimpi saya m…
Btw, @+62 878-8587-0089
kondisi nulisnya rileks ringan atau medium atau dalam? Medium kang. Saya tidak
bisa menilainya. Ukurannya rasa rileks dalam diri, bukan berjalannya pikiran
kita.
Saya lihat ini karakter
tulisan Automatic Writing, dari bentuk coretannya. Terutama dari bagian tengah
ke bawah. Kalo gitu, kayaknya medium kang. Cukup rileks kok tadi. Wahhh,
tulisan yang keren. Boleh saya lihat coretannya @NancyZenith DragonDraven?
Apakah lebih berantakan dari coretan normal biasa? Tapi kalo nggak mau
diposting juga gak apa-apa yaaa.😃
Ini kondisi rileksnya
seperti apa? Wkwkwk Maaf Mas, atas2nya berantakan
Kereeeen. Saya malah
seneng kalo ada coretannya berantakan.
Tombol ON menyala dan
saya merasa saya tertidur. Tapi saya tidak bisa masuk lebih dalam karena ada
suami saya disamping saya... Saya berusaha untuk menulis dan merasa tombol
tetap ON. Hasilnya tulisan pribadi tentang tusuk konde pemberian mantan suami 🤔. Saya merasa
menulis dengan kecepatan yang terburu-buru dan tidak bisa terkontrol. Tulisan
jadi tidak rapi dan sulit untuk dibaca.
😂😂😂Makasih Mas, anak
saya bilang "ma, barusan papa manggil,
mama gak njawab." 😅
Menarik sekali ini.
Berbeda dari yang lain, ini semacam artikel tentang fotografi. Kondisi menulis,
state rileksnya seperti apa? Posisi berbaring di ruang sholat, kang, kalimat
pertama muncul² begitu saja, dan segera saya tuliskan, dilanjut dengan citra
imaginasi dan segera saya tulis juga.
Sempet tidur membayangkan
ruangnya spt apa.. dimensi yg dimasukin...masih ruang absurb.. setelah merem.. dan melek.. dan nulis.. agak pegel seh nulisnya
Ini real automatic
writing @Shanti Santi. Dari karakter coretannya, kemudian dari cerita state
mental yang dirasakannya, dll. Keren banget. Terima kasih yaaa.
Masih bingung ma light, medium
or deep.. gmn bedainnya
Taruhlah seperti saat mau
tidur, kita mersakan step rileks dari mulai sadar total, nyaman dan malas
bergerak, sampai kemudia muncul tenggelam. 3 fase itu bisa dibilang light,
medium dan deep. Walau tidak sklek seperti itu ya.
Oke KITA LANJUT ya
teman-teman.
Teman-teman, kenapa di
awal saya menginstruksikan "Baca dengan Teliti", karena harapan saya
step-stepnya teman-teman ikuti. Ini bukan soal bagaimana teman-teman bisa
menghasilkan sebuah tulisan. Tujuannya bukan itu.
Tapi bagaimana PROSES
teman-teman dalam menghasilkan tulisan. Nanti mau banyak atau sedikit tidak
jadi soal. Targetnya adalah, seperti apa menulis dalam kondisi diri trance,
baik itu Light, Medium atau Deep.
Langsung di sini, sebelum
masuk sesi ini saya mempersiapkan diri saya, jadi ketika sesi dimulai dan kang
asep kasih aba-aba, saya langsung mulai aja...walaupun apa yang saya mau
sampaikan belum selesai... (maaf telat, sibuk baca tulisan yg
lain...keren-keren ya, saya doang yang berantakan).
Jadi saya sedang
membiasakan teman-teman menulis dalam kondisi trance itu. Dengan demikina, saya
berharap, teman-teman mengaktifkan Tombol Rileks bagi yang punya. Atau memasuki
State Rileks dengan seperti yang sudah saya ajarkan kemarin.
Wahhh, sudah mau pukul
22.00. Baiknya ke-4 indra berikutnya saya pandu besok lagi saja ya. Sekarang,
silakan kalau ada pertanyaan. Sebelumnya, saya berikan dulu mike ke Om Budiman
Hakim.
Mangga Om @Budiman
Hakim. Silakan, saya pandu langsung saja, bila ada yang bertanya, monggo. Saya
mau tanya hal ini kang. Apa tombol on off sebuah keharusan atau dengan
merilekskan diri seperti yg saya lakukan juga boleh?
Tombol On/Off itu cuma
alat untuk masuk Rileks Diri. Jadi bukan keharusan. Yang harus adalah State
Rileksnya. Baik Light, Medium atau Deep. Karena ini proses latihan, lebih Deep
lebih bagus. Silakan pertanyaan berikutnya.
Terima kasih Mas, saya pengen
nanya, kenapa tadi saya saat menulis rasanya menggebu-gebu (seperti itulah
perasaan saya) dan semua kata seperti berhamburan bercampur kenangan, tapi
tangan tidak bisa diajak kompromi, dan terus terang yang saya ketik sudah saya
edit hahaha karena kayaknya gak nyambung dan norak sekali pas dibaca lagi 🙈 Terima kasih
Nah bagaimana kita tau
itu light dan seterusnya...? Eh...maaf. 🙏maaf. Iya silakan yg mau nanya. Salah
satu fenomena menulis di Automatic Writing seperti yang @NancyZenith
DragonDraven ceritakan tadi. Kita menulis di ruang Subconcious yang notabene
ruang seluruh DATA. Data lengkap dengan emosinya ya. Makanya. data yang deras
keluar disertai dengan perasaan-perasaan yang bagi beberapa orang tak
tertahankan.
TANYA JAWAB
Saya merasa memperaktekkan
menulis kondisi trance menggunakan keypad /masih timbul perasaan takut salah
ketik di benak yang sepertinya sedikit agak mengganggu proses penulisan. Dari
pengalaman kang asep sendiri apakah ada perbedaan yg cukup signifikan menulis
dalam kondisi trance menggunakan keypad/keyboad dan menggunakan pena/kertas?
Itu SEBABNYA saya menganjurkan menulis
dengan kertas dan pulpen/spidol. Pertama, untuk menghindari menulis di ruang
publik hal yang rahasia. Kedua, yang kita praktekkan adalah metode Ideomotor
Response, koneksi langsung antara subconscious dengan jari-jari tangan. Tentu
via keyboard juga masih tetap bisa, jari tetap bergerak, tapi berbeda dengan
coretan tangan yang coretannya tak terputus. Jadi secara intensitas berbeda.
Untuk @NancyZenith
DragonDraven, yang harus ditampilkan ke saya justru yang nggak diedit. Karena
kan analisisnya harus analisis Automatic Writing betulan, hahaha...
Next, teman-teman. Yaak
silakan yang mau tanya.....
Ijin bertanya, saya
kebetulan hobinya streetfotografi dan saya kasih cerita, nah untuk membuat
cerita saya biasaya melakukan contactnes dengan foto yang ada baru saya tulis,
apakah ini juga termasuk automatic writing.
Yup, bisa, proses seperti
itu termasuk ke dalam proses "deep trance identification", kita berasosiasi
dengan sesuatu, termasuk dengan benda yang ingin kita menyatu di dalam
"ruh"nya.
Kita bisa berasosiasi
dengan apapun, dengan siapapun, termasuk dengan skill Steve Jobs misalkan. Atau
siapapun yang ingin kita "bajak" ekselensi dirinya.
Next. Setelah ikut kelas
ini saya baru sadar ternyata ini namanya automatic writing. Dan sepertinya dulu
saya sering melakukan itu. Cuma sayangnya saya tulis di sembarang kertas atau
kadang2 di buku. Mengalir begitu deras. Nah pertanyaaannya, automatic writing
ini kan ditulis dalam keadaan rileks, sedangkan dulu saya sering menulis lepas
dalam keadaan sedih dan marah, apakah ini termasuk jenis automatic writing juga
kang?
Rileks itu jangan
diartikan dengan CUMA kendurnya otot dan saraf-saraf diri kita, tapi,
terbukanya ruang Subconscious, di mana emosi dalam rupa apapun ada di dalamnya.
Kata "rileks"
itu cuma simplifikasi dari saya aja agar lebih mudah dipahami.
Yang jelas dari awal saya
sudah bilang, menulis Automatic Writing adalah menulis dengan kita mengakses
Subconscious Diri. Oya, automatic writing ini hal yang alamiah. Bisa terjadi
secara alamiah pada setiap diri kita. Seperti yang terjadi sama @+62
878-8587-0089 itu. Saya hanya "menstrukturkan" apa yang alamiah itu
biar bisa kita eksplor kapan pun di mana pun. Gak cuma kalo lagi mood aja.
Itulah sebabnya, hal yang alamiah saya ilmiahkan, saya bikin sistematikanya. Sehingga,
nggak cuma @+62 878-8587-0089 yang bisa, tapi siapapun bisa.
Bagaimana mengatasi
perasaan atau emosi yg dalam sampai tak tertahankan tadi ya kang? Apa biarkan
mengalir dulu baru nulis ya? Capek juga ya jadinya.. hehe.. tapi setelahnya
seneng2 aja sih..
Biarkan saja mengalir deras. Toh menulis
itu bagian dari terapi. Melepaskan Emosi diri. Ini yang disebut
"katarsis" (yang bilang Socrates atau Aristoteles, saya lupa). Katarsis
adalah terjadinya "penyucian diri", pelepasan emosi. Sehingga gak
heran setiap setelah menulis kita merasa lega. Nah, di kasus Automatic Writing,
katarsis yang terjadi sangat ekstrem. Meminjam kata @Dewi Aryani, tak terkendali.
Tapi tentu, untuk menghindari
"abreaksi", bikin FRAME saja, "Saya meniatkan diri untuk
melepaskan semuanya dengan TERKENDALI, dengan NYAMAN, dengan AMAN. Saya
mengizinkan diri untuk hanyut, tapi tetap TERKENDALI."
Insya Allah, yang terjadi seperti apa yang
sudah kita niatkan. Lakuakan ya @Dewi Aryani kalo kuatir "hilang
kendali" (saya pakai tanda petik karena maksudnya bukan hilang kendali).
Om Bud and kang asep
punten, mohon ijin, apa saya boleh sharing pengalaman kemarin setelah sesi,
lewat japri ke kang asep? Kalo bermanfaat jadi pelajaran untuk teman-teman,
silakan di sini saja. Kalo sensitif, japri saja. Kalau tidak keberatan, japri
dulu gpp ya? Boleh, mangga.
Saya Om Bud, Mas Asep
apakah tulisan dalam keadaan emosi berbahaya? Kalau Saya baca lagi
tulisan-tulisan saya, Saya tidak sanggup dan biasanya Saya sobek atau bakar.
Nah, ini dia. Pertanyaan sangat BAGUS.
Matur suksma @NancyZenith DragonDraven. Kegiatan Automatic Writing adalah
kegiatan yang sangat-sangat SEHAT. Automatic Writing adalah menulis di Ruang
Imajinasi, kata Om Bud. Artinya, itu adalah ruang private kita.
Emosi baik itu negatif maupun positif,
berlaku untuk diri sendiri.
Saat isi tulisan kita hal negatif, artinya
kita sedang menerapi diri, melepaskan segala yang melekat NEGATIF dalam diri,
luruh dan lenyap. Kalo yang terjadi adalah emosi negatif, saran saya, ROBEK,
BUANG, atau yang lebih bagus lagi BAKAR.
Saat membuang, membakarnya jadi abu atau
merobeknya, niatkan di dalam hati, "Seiring hilangnya tulisan ini, maka
hilang seluruh perasaan negatif yang membelenggu saya. Karena saya berhak untuk
bahagia. Dan mulai detik ini dan seterusnya, saya bahagia, semakin bahagia, dan
semakin berpikir positif."
Yang PARAH, adalah orang yang menuliskan
emosi negatif di ruang publik. Bayangkan, emosi itu hal private, ia tulis di
ruang publik. Efeknya ada dua, yang pertama adalah MEMBUNUH DIRINYA SENDIRI.
Tulisan dibaca pertama kali oleh dirinya.
Dan impact negatif pertama untuk dirinya. Lalu dibaca 1 orang, 2 orang, viral.
Maka energi itu tersebar, dan energi itu tidak hilang, ia akan
bertumpuk-tumpuk, lalu balik lagi ke penulis pertama, sekaligus menarik
energi-energi buruk dari seluruh orang yang pernah membacanya.
Bahaya yang kedua tentu bagi para
pembacanya itu sendiri. Tulisan bermuatan negatif merangsng aktifnya zat dalam
diri dia untuk cemas, kehilangan kebahagiaan, takut, was-was, dan akumulasi
negatif lainnya.
Kalo posisi kita sebagai pembaca, saya
wanti-wanti, aktifkan "critical factor" dalam diri kita. Pertanyakan
apa yang kita baca. Lihat motivasinya, amati muatan emosinya, lalu TOLAK bila
kita tahu itu negatif.
Cukup dengan bilang: "Saya hanya
bersedia menerima hal baik, dan saya buang semua hal buruk yang masuk ke dalam
tubuhd an pikiran saya." Saya jamin teman-teman TERBEBAS dari pengaruh
negatifnya.
Kalo kita mau kasih pelajaran ke penulis
hal buruk itu, kita bisa bilang dengan menambahkan: "Dan saya kembalikan
ini pada yang menjadikannya ini ada." Saran saya: Doakan saja agar
semuanya baik-baik saja. Pesan saya, menulislah hanya hal baik.
CLOSING
Saya senang ada banyak hal yang
teman-teman share, dan itu menjadi pelajaran juga buat saya. Bagi saya, setiap
fenomena di setiap saya memandu automatic writing, adalah pelajaran-pelajaran
baru tersendiri buat saya.
Semoga juga teman-teman menangkap hal yang
sama. Selamat beristirahat. Wabillahi taufiq walhidayah. Wassalamu alaikum
warahmatullahi wbarakatuh.😊🙏
Waalaikumsalam Mari kita beri applause
yang meriah buat Kang Asep. Kita ketemu lagi minggu depan. 👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar