Kamis, 04 Juni 2020

CERPENTING (Cerita Pendek tidak Penting)



Materi             : Cerita Pendek tidak Penting (Cerpenting)
Waktu             : Kamis, 4 Juni 2020
Narsum           : Om Budiman Hakim

Malam ini Om Budiman Hakim akan membawakan materi yang bikin addict semua peserta The Writers. Apa itu? Judulnya "Cerpenting!" Seperti biasa, kalo teman-teman sudah ada pertanyaan walau belum saatnya sesi Tanya Jawab, tulis saja langsung ke WA saya di 087778031272:
Kemaren malam kita sudah belajar mendalami Creative Attitude. Kita sudah belajar bagaimana menulis komen di postingan orang lain. Kita udah belajar menulis caption di aplikasi Instagram sebagai sarana latihan menulis yang menyenangkan. Malam ini kita akan lanjut dengan membuat cerita. Ati2…malam ini ada PR, loh. Hehehehe…RASAIN!!! 
Sebelum kita mulai membuat cerita, kita harus punya pemahaman yang sama dulu, yaitu: Cerita yang bagus adalah cerita yang MENGGUGAH EMOSI. Apa sih yang dimaksud dengan menggugah emosi? Begini....
Kalo kita menulis cerita humor dan pembaca sampe ketawa terpingkal-pingkal, berarti cerita kita sukses. Kalo kita bikin cerita drama tragedi sampe membuat pembaca berurai air mata, artinya cerita kita berhasil. Pokoknya asal cerita kita mampu menggerakkan emosi pembaca, misalnya sedih, ketawa, marah, kagum, kesel dll...dll maka kita boleh menepuk dada bahwa tulisan kita sudah keren. Tapi dengan catatan bahwa perubahan emosi tersebut harus dalam konteks positif.
Cerita yang menggugah EMOSI seperti itu, sering disebut dengan cerita yang mempunyai SOUL (nyawa). Bagaimana menulis cerita yang MENGGUGAH EMOSI sehingga cerita tersebut mempunyai nyawa? Gampang! Sebelum kita mulai, saya akan bercerita dulu. Boleh ya? Judul cerita saya adalah: MISTER DATA BERPUISI.
Kalian semua tau film Star Trek, kan? Star Trek adalah sebuah film futuristic yang bercerita tentang petualangan sekelompok orang dengan kapal ruang angkasa Enterprise mengembara galaxy.
Ekspedisi itu dipimpin oleh Captain Piccard seorang kapten yang berkepala botak. Buat yang belom pernah liat, silakan cari di Youtube.

Ini boss pesawat tersebut: Captain Picard

Di dalam kapal itu, ada dua orang crew yang bersahabat. Yang satu bernama Lieutenant Commander Geordi La Forge, seorang teknisi yang selalu menggunakan visor, sebuah  alat bantu penglihatan. Visor adalah singkatan dari  "Visual Instrument and Sensory Organ Replacement".
Ini yg namanya Commander Geordi dengan visornya.



Sahabatnya bernama Mr. Data. Kenapa dinamakan Data? Karena Mr Data sebenernya bukan manusia. DATA  adalah robot yang berupa sebuah rekayasa android yang sangat pintar. Hampir tidak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Data karena di kepalanya telah ditanam berjuta-juta data. Itu sebabnya dia dinamakan Mr. DATA. Sedangkan Geordi adalah teknisi yang selalu menservis mesin di dalam kepala data.
Perjalanan menyusuri berbagai galaxy tentunya memakan waktu yang sangat panjang.
Untuk menghilangkan rasa bosan, secara berkala para crew sering berkumpul di sebuah lounge dalam pesawat. Di sana mereka mengadakan acara pesta dansa, diskusi ringan, main musik,  atau kegiatan literasi. Saat itu ada acara pembacaan puisi dari Captain Picard. Puisi2 tersebut diciptakan dan dibawakannya sendiri.
Puisi-puisi Sang Kapten itu begitu indah sehingga semua penonton di lounge bertepuk tangan riuh sekali. Semua memuji kepiawaian Sang Kapten dalam menciptakan puisi. Kemampuannya mengolah kata bener2 luar biasa. Padahal Captain Picard belom pernah belajar di komunitas The Writer loh...
"Kenapa orang begitu kagum pada puisi Captain Picard?" tanya Data pada sahabatnya. Saat itu Geordi sedang mereparasi sirkuit komputer yang ada di kepala Data.

"Karena puisinya bagus," jawab Geordi sambil membuka kepala Data lalu menancapkan stop kontak di kepala temannya. "Ah, cuma gitu doang! Saya juga bisa membuat puisi seperti itu.” kata Data. "Sumpe looo?” kata Geordi gak percaya. “Bukan cuma bisa. Bahkan saya mampu membuat puisi yang jauh lebih bagus daripada yang dibuat oleh Captain," tukas Data.

"Serius? Kenapa kamu gak buat? Nanti saya bookingin lounge untuk acara pembacaan puisi kamu," kata Geordi lagi sambil menyetrum Data untuk menambah tenaganya. Data menengok ke arah sahabatnya, “Kamu mau membantu mengurus acara pembacaan puisi saya?” “Sangat serius! Toss?” ajak Geordi mengajak toss.
TOSS! Kedua telapak tangan saling bertepuk menandakan sebuah kesepakatan terjadi.
Singkat kata, pembacaan puisi pun terlaksana. Dengan suara mantap, Mr Data membaca untaian kata yang diciptakannya. Rangkaian kata-kata indah mengalir dari mulutnya...tapi apa reaksi penonton?
Believe it or not, gak ada satupun yang memberi apresiasi. Memang ada beberapa orang yang bertepuk tangan tapi hanya karena rasa kasihan pada si pembaca puisi. Lalu sebenernya apa yang terjadi? Selesai acara, Data menemui Geordi dan bertanya, "Kenapa tidak ada orang yang mengapresiasi puisi saya?"
"Karena kamu sudah berkoar-koar mengatakan bahwa puisi kamu lebih bagus daripada puisi Captain Picard dan nyatanya tidak," sahut Geordi.
"Jadi menurut kamu, puisi saya lebih jelek daripada punya Kapten?"
"Jelek, sih, nggak tapi puisi Kapten lebih bagus," sahut Geordi lagi.
"Kenapa puisi Kapten lebih bagus? Pilihan kata saya lebih indah. Secara matematis jumlah huruf dalam setiap kata sama, jumlah suku kata, kata dan kalimat juga jumlahnya sama. Secara algoritma, rangkaian kata yang saya pilih pertautan maknanya jauh lebih match satu sama lain.” Bantah Data lagi.
Geordi tidak menjawab. Matanya menatap Data dengan paras iba. “Saya justru merasa pilihan kata-kata Kapten sering kacau dan tidak berhubungan satu sama lain." tambah Data lagi.
"Masalahnya bukan di kata-kata, Data," Geordi berusaha menerangkan.
"Jadi apa masalahnya?" tanya Mr Data lagi.
"Seperti kamu bilang, puisi kamu adalah rangkaian kata-kata indah yang kamu gabungkan secara matematis." kata Geordi.
"Lalu kenapa?"
"Your poem is only words. There is no SOUL and there is no EMOTION  in your poem," kata Geordi lagi. Lalu apa jawab Mr Data?
"Of course, not! I am Android. I have no SOUL. I have NO EMOTION." jawab Data lagi dengan lugu.
______________Tamat

Pas di adegan ini saya terharu sampe mau nangis sekaligus geli melihatnya. Ingat! Data adalah seorang robot tentu saja dia tidak punya JIWA dan pastinya tidak punya EMOSI. Teman-teman sekalian, Jack Ma pernah ngasih kuliah di sebuah Universitas di Amerika. Ajarilah anak-anak kamu sesuatu yang berhubungan dengan kreativitas. Jangan ajari anakmu ilmu yang dapat dipelajari oleh robot. Kalo soal data, robot itu jauh lebih pintar dari manusia. Tapi soal kreativitas robot tidak bisa melakukannya. Karena berkarya itu soal rasa. Berkarya itu perkara emosi.
Dari cerita di atas dapat kita simpulkan bahwa sebuah karya kreatif haruslah diciptakan dengan HATI. Sebuah karya yang bagus adalah yang mampu menggugah EMOSI. Emosi itulah yang memberi NYAWA pada tulisan kita.
Perlu diingat baik-baik bahwa BERKARYA ITU MUDAH, YANG SUSAH ADALAH MEMBERI NYAWA PADA KARYA ITU. FAKTOR EMOSI DALAM SEBUAH KARYA
Dari apa yang dialami oleh DATA, kita tentu sepakat bahwa sebuah KARYA YANG BAGUS ADALAH YANG ADA EMOSINYA. Sebuah tulisan yang bagus adalah yang mampu MENGGUGAH EMOSI PEMBACANYA
Seperti yg saya katakan di atas, Jadi ketika kita membaca novel sampai berurai air mata, berarti novel tersebut sukses. Ketika kita nonton film komedi  dan kita tertawa terbahak-bahak sepanjang film, berarti film tersebut sukses.
Bisa diambil kesimpulan bahwa kebagusan sebuah karya dapat dinilai dari seberapa besar karya tersebut mampu menggugah emosi kita. Sebaliknya, ketika dalam kehidupan sehari-hari kita mengalami perubahan emosi, Itu berarti kita mendapat berkah dari Tuhan untuk berkarya. Coba dibaca beberapa kali tulisan saya yang terakhir. Karena bagian itu adalah intisari dari materi malam ini. Saya ulang ya: Sebuah tulisan yang bagus adalah yang mampu menggugah EMOSI pembacanya. (Pointnya ada di kata EMOSI).
Jadi ketika kita mempunyai pengalaman yang menggugah EMOSI, berarti pengalaman itu adalah bahan yang bagus untuk diceritakan, bukan? (Pointnya juga EMOSI). Bisa dipahami bukan? Kalo paham, setuju, kan? Jadi, mulai sekarang, ketika kita ngakak mendengar lelucon teman kita…maka tertawalah sepuas-puasnya. Joke tersebut ternyata telah menggugah hati kita dari titik netral sampat tertawa terbahak-bahak.
Tapi ingat! Dan ini penting sekali! Setelah selesai tertawa, tanyakanlah pada diri sendiri, “BISA KITA JADIKAN TULISAN APA JOKE TERSEBUT?” Ketika kita merasa geli ngeliat kelakuan anak kita yang masih kecil. Setelah puas tertawa, tanyakan BISA JADI TULISAN APA PERISTIWA TERSEBUT? Atau kita ditipu oleh teman baik kita sendiri. Kita MARAH dan KECEWA berat kenapa sahabat kita bisa jadi sejahat itu? Pertanyaannya masih sama, “BISA KITA JADIKAN TULISAN KEREN GAK PERUBAHAN EMOSI TERSEBUT?”
Saya menyimpulkan bahwa setiap kali ada perubahan emosi, itu berarti kita mendapat ide untuk menulis. Dan tulisan kita pasti jadinya bagus! Kenapa? Karena sudah terbukti bahwa peristiwa tersebut telah berhasil menggugah emosi kita. Ingat! Kita sudah melihat nasib Mr. Data yang karyanya tidak ada emosinya, kan? Kita sudah sepakat bahwa sebuah karya yang bagus adalah yang mampu menggugah emosi. Artinya kalo kita merasa ada perubahan emosi maka kita telah mempunyai ide untuk ditulis. Dan hebatnya lagi, dalam proses penulisan itu kita bahkan bisa mengemasnya dengan menambah dramatisasi sehingga tulisan kita akan jadi lebih bagus dari seharusnya.
Mungkin perlu saya ingatkan bahwa kita telah belajar creative attitude sehingga kita tidak perlu seperti Farhan yang membutuhkan pemicu berupa gelombang Tsunami yang merenggut nyawa keluarganya untuk menulis. Kita tidak perlu begitu. Untuk mendapatkan pemicu, kita cukup memperhatikan apa yang terjadi di sekitar kita. Setiap kita mengalami perubahan emosi maka tuliskanlah peristiwa itu. Mungkin kita belum tahu mau dijadikan apa tulisan tersebut. Apakah mau dijadikan novel, skenario film atau mau jadi status Facebook, cuek aja! POKOKNYA TULIS AJA DULU. Kemarin kita sudah belajar latihan  menulis yang menyenangkan lewat IG.
Malam ini, untuk memudahkan latihan menulis cerita yang MENGGUGAH EMOSI, saya telah menciptakan sebuah metode latihan menulis yang juga menyenangkan. Metode ini saya kasih nama CERPENTING. Singkatan dari Cerita Pendek Tidak Penting.

Cerita Pendek Tidak Penting
Cerpenting adalah menuliskan peristiwa-peristiwa REMEH yang terjadi di sekeliling kita. Meskipun ceritanya sepele. Meskipun ceritanya tidak penting ternyata kita ketawa atau terharu atas peristiwa itu. Jadi tuliskanlah peristiwa tersebut. Tapi perlu dipahami benar ya bahwa ceritanya harus benar-benar TIDAK PENTING.
Kalo kalian menuliskan dilema diajak pacar untuk pindah agama maka itu cerita penting. Kalo kalian bercerita tentang anak yang terpengaruh temannya nyoba-nyoba narkoba maka itu cerita penting. Cerpenting haruslah cerita yang tidak penting. Itu sebabnya METODE LATIHAN MENULIS ini disebut cerpenting = Cerita Pendek Tidak Penting.
Ceritanya terserah dan bisa macem-macem. Seenak kalian aja. Pokoknya ada sesuatu yang menggugah emosi.....TULISKAN! Jadi kalo kalian menemukan sesuatu yang lucu di angkot, ngeselin di warteg, atau ngakak di Pos Yandu....pokoknya apa aja, TULISKAN! Cari cerita yang paling REMEH tapi bikin kita ketawa, marah, terharu, pokoknya semua rasa yang yang menggugah emosi kita.
            Yang punya anak kecil pastinya sering ngakak ngeliat kelucuan anaknya, bukan? TULISKAN! Atau kita lagi naik motor terus keabisan bensin sementara kita juga lupa bawa duit karena gak sempet ke ATM. Udah jauh-jauh dorong motor pas sampe ternyata mesin ATMnya rusak. Ngeselin, kan? TULISKAN! Atau kalian mau cerita horor waktu dikejar-kejar oleh kecoa terbang? TULISKAN! Pokoknya pengalaman remeh apapun yang kalian alami, selama itu menggugah emosi? TULISKAN! Terserah kalianlah apa yang mau ditulis.
Teman-teman, perlu dicatat! Menulis cerpenting memang menuliskan sesuatu yang TIDAK PENTING tapi manfaatnya SANGAT PENTING. Kenapa? Kalo kita bisa menggugah emosi pembaca dengan topik yang SANGAT SEPELE, apalagi kalo kita menuliskan hal yang SANGAT PENTING.
Pastinya tulisan kalian bakalan jadi bagus banget. Jika sudah terbiasa menulis cerpenting maka kita akan selalu mendapat pemicu untuk menulis. Kenapa? Karena otomatis creative attitude kita terbangun! Kalo kita terbiasa mampu menulis dengan pemicu-pemicu sepele maka kita gak butuh pemicu yang besar seperti gelombang Tsunami atau penderitaan hidup untuk menulis.
Metode cerpenting akan membuat kita terlatih untuk menulis hal-hal sepele namun MENGGUGAH EMOSI. Gak usah mikirin apa gunanya tulisan itu. Anggap aja itu adalah latihan menulis yang menyenangkan. Kenapa menyenangkan? Karena kita mengalaminya sendiri dan terbukti menggugah emosi, jadi gak ada salahnya kita abadikan.
Supaya ceritanya makin seru, tambahkan dramatisasi. Berikut beberapa contoh cerpenting yang pernah saya tulis.
BACA BUKU LOMPAT-LOMPAT
Sedang asyik makan Ifumi di sebuah resto kecil di Senayan City, tiba-tiba seorang perempuan datang mengagetkan saya.
“Om Bud. Wah, kok bisa ketemu di sini kita,” kata Indri. Dia adalah temen saya di industri periklanan.
“Hey, Indri. Pakabar lo?” tanya saya lalu cipika-cipiki dengannya.
Dengan cuek Indri langsung bergabung di meja saya lalu berkata, “Om Bud, gue udah baca buku lo yang judulnya STORYTELLING. Bagus banget! Gue suka.”
“Kok bisa bilang bagus? Emang lo udah abis bacanya?” tanya saya.
“Belom, sih,” katanya, “Abis gue bacanya lompat-lompat.”
Saya berhenti menyuap ifumi, memegang pundaknya lalu berkata, “Lain kali kalo baca buku, lo harus duduk. Kalo lompat-lompat ya susah nyelesainnya.”
“HAHAHAHAHAHAHAHA….Gila lo!!!”

Coba perhatikan cerita sedehana ini. Lucu, kan? Dan hebatnya lagi, cerita ini bisa kita bikin versi videonya.  Maka jadilah konten menarik yang bisa kita posting di IG, Youtube dll.
CERPENTING #2

PERCAKAPAN DI SEBUAH BAR

Saat itu saya sedang berada di sebuah kafe dan duduk di bar bersama Boni. Karena home band yang main gak bagus, akhirnya kami memutuskan untuk ngobrol aja ngediskusiin band-band yang kami suka.
“Eh, Bon. Lo tau Superman is dead?” tanya saya.
Di luar dugaan Boni menjawab,
“Hah? Innalillahiiii….Kapaaan????” tanya Boni.
Hahahahahahaha…tentu saja saya ngakak abis mendengar omongannya.

Coba perhatikan cerpenting di atas. Gampang banget kalo mau dijadikan konten video. Luar biasa kan manfaat cerpenting? Jadi mulai sekarang, setiap kalian tergugah emosinya, tolong dicatat. Simpan di laptop. Kumpulkan dalam satu folder dan beri nama ‘SUMBER IDE’. Setiap kali kita butuh ide untuk mengisi konten di social media atau kita butuh ide untuk mengiklankan sebuah brand, kita tinggal buka folder itu.
Kalo kita mau lebih peka terhadap apa yang terjadi pada kita sehari-hari, sebetulnya ada banyak yang bisa kita tuliskan dalam cerpenting.
CERPENTING 3

OH, MAMA, OH, PAPA. TERNYATA ANAKKU JUGA SUAMI ISTERIKU
Anak saya yang nomor satu namanya Leon. Sejak lahir, dia selalu tidur dalam box yang diletakkan persis di samping tempat tidur orang tuanya. Ketika berusia 1 tahun, dia sudah kami tempatkan di kamar sendiri. Walaupun demikian, ibu atau ayahnya masih bergantian menemaninya tidur sampai pagi.
Setelah umurnya mencapai 3 tahun, Devina, istri saya, mulai berpikir untuk melatih anak kami belajar tidur sendiri. Proses belajar tidur sendiri ini tentu saja harus dilakukan tahap demi tahap. Awalnya Sang Ibu masih menemani sampai si anak terjatuh dalam lelap. Setelah yakin Leon tidur nyenyak, Vina pun dengan langkah perlahan meninggalkan kamar tidur Si Anak.
Sayangnya, di tengah malam, anak saya sering terbangun dan kaget ketika menemukan Ibunya sudah tidak berada lagi di sampingnya. Dengan penuh angkara murka, dia masuk ke dalam kamar kami dan langsung protes, "Kok Bunda ninggalin Leon, sih?"
Sang Ibu dengan suara mengantuk berkata, "Iya, Leon kan sudah tidur, jadi bunda pergi ke kamar bunda."
"Kenapa harus pindah? Kenapa gak tidur sama Leon sampe pagi?"
"Karena Leon harus belajar tidur sendiri."

"Kalo Leon harus tidur sendiri, kenapa Bunda pindah ke sini? Kenapa Ayah juga gak tidur sendiri?"
"Karena Bunda harus tidur sama Ayah."
"Kenapa harus tidur sama Ayah? Kenapa gak sama Leon aja?"
"Soalnya seorang istri harus tidur sama suaminya."
"Suami Bunda siapa?"
"Suami Bunda, ya, Ayah."
"Jadi itu Ayah atau Suami?"
Hehehehe....susah juga ya ngajarin konsep keluarga pada anak kecil. Gimana cara neranginnya coba? Untungnya istri saya sabar banget sama anaknya.
"Ini Pak Budiman Hakim adalah ayahnya Leon. Jadi dia bukan ayahnya bunda tapi suami bunda."
"Istri Leon siapa? Leon mau tidur sama istri Leon," desak anak itu lagi dengan suara dongkol.
Saya yang juga turut terbangun tidak komentar apa-apa. Coba bayangin; ada anak berumur 3 tahun, jam 3 pagi ngajak diskusi tentang siapa yang berhak tidur sama Bunda bahkan sampe menanyakan di mana istrinya segala. Puyeng, kan?
Dengan sabar, istri saya menerangkan, "Leon masih kecil jadi belom punya istri. Kalo udah gede baru Leon boleh punya istri."
"Jadi yang namanya istri harus selalu tidur sama suaminya?"
"Iya betul. Leon itu anak Bunda. Ayah adalah suami Bunda. Seorang istri harus tidur sama suaminya."
Akhirnya karena udah terlalu ngantuk, saya berusaha mengakhiri diskusi yang berat itu, "Yuk sini, Le. Malam ini kita tidur bertiga."
"Yeay!!! Asyik kita tidur bertiga," Sambil ngomong begitu Leon melompat ke ranjang dan tidur mengambil posisi di tengah Ayah dan Ibunya.
Esok malamnya peristiwa berulang. Leon termasuk light sleeper atau orang yang mudah sekali terbangun walaupun hanya oleh gangguan sekecil apapun. Setelah ditinggal ibunya dalam lelap sendirian di kamarnya, jam 3 pagi Leon terbangun dan menyusul ibunya ke kamar kami. Diskusi pun terjadi dengan kalimat-kalimat yang kurang lebih sama.
"Denger ya, Leon. Kamu harus belajar tidur sendiri. Bunda harus tidur sama Ayah. Kenapa?"

"Karena Ayah adalah suami Bunda," sahut Leon.
"Nah, itu udah ngerti. Kenapa kok Leon masih juga mau pindah ke kamar Bunda?"
Kembali saya menengahi diskusi jam 3 pagi yang berat itu, "Sini Leon. Malam ini kamu boleh tidur di sini."
"Yeay!!! Kita tidur bertiga lagi. Horeeee...!!!" Leon melompat dan langsung menempatkan diri di antara kedua orang tuanya.
Di sebuah hari Sabtu, kami semua tidak punya rencana untuk ke luar rumah. Pagi hari, kami sarapan bertiga menikmati nasi uduk dengan semur tahu, irisan telor dadar, bawang goreng, dengan saus bumbu kacang. Sarapan bersama adalah sebuah situasi favorit kami sekeluarga. Biasanya kami berdiskusi tentang apa saja. Vina bercerita seputar kejadian di kantornya, begitu juga saya. Leon juga akan bercerita segala peristiwa yang terjadi di sekolah playgroupnya.
"Bunda..." Tiba-tiba Leon berkata.
"Ya, Le. Kamu mau ngomong apa?" tanya Vina.
"Mulai hari ini, Leon gak mau lagi jadi anak bunda."
"Hah??" Tentu saja kami berdua kaget bukan kepalang.
"Kenapa begitu, Le?" tanya saya was-was ada sesuatu yang terjadi.
"Mulai hari ini, Leon mau jadi suami Bunda," kata Leon lagi dengan tekanan suara sangat tegas.
"Haaah???" Kembali kami berdua kaget bukan kepalang.
"Emang Leon gak suka jadi anak Bunda," tanya ibunya.
"Suka sih. Tapi Leon lebih suka jadi suami Bunda."
"Karena?" tanya saya.
"Karena kalo Leon jadi suami Bunda berarti Bunda harus tidur sama Leon."
"Hahahahahaha...." Kami berdua ngakak mendengar ucapan Si Kecil.
"Kalo bunda tetep mau tidur sama Ayah, gimana dong, Le?" tanya saya lagi.
"Gak bisa! Seorang istri harus tidur sama suaminya," tambah Leon lagi.
"Hahahahahahahaha....." Kami berdua langsung ngakak tambah kenceng.
            Peristiwa Leon ingin menjadi suami Bunda itu buat saya sangat lucu dan saya ceritakan di group WA keluarga Hakim. Semua orang juga ngakak mendengar cerita itu. Nah, setiap ada pertemuan keluarga, selalu saja ada orang yang jail dan menunjuk-nunjuk istri saya sambil bertanya, "Leon, itu siapa Leon?"
"Itu Bunda," jawab Leon.

"Terus, Leon apanya Bunda?" tanya orang itu lagi.
"Suami!" Dengan suara tegas Leon menjawab pertanyaan itu.
HAHAHAHAHAHAHA.....!!!!

Cerpenting adalah cerita yang menggugah emosi. Dan 'marah' cuma salah satu di antaranya. Biar lebih jelas saya kasih contoh yang bukan cerpenting lucu.

CERPENTING #4

BAPAK PENJAGA PINTU TOL
Seperti biasa pagi itu saya pergi ke kantor dari rumah saya di Cibubur. Di gerbang Tol Kampung Rambutan, menuju ke Jalan Tol TB Simatupang, saya berhenti. Tidak seperti biasanya, si penjaga Tol menyapa saya. Padahal biasanya nengok ke kita pun kagak. Umumnya penjaga Tol cuma nadahin tangan doang lalu menyambar uang kita tanpa mengucapkan sepatah kata.
“Selamat pagi,” katanya dengan suara lantang dan riang.
“Selamat pagi juga,” sahut saya sambil menyerahkan uang sebesar Rp 20.000.
Sambil menunggu uang kembalian, saya menatap ke arah penjaga tol itu. Dia seorang laki-laki berkulit gelap, berusia sekitar 50 tahun. Wajahnya sama sekali gak ganteng tapi tampak berseri-seri dengan senyum kecil yang gak pernah lepas dari bibirnya. Saya suka ngeliat parasnya. Tipe orang yang menikmati hidup dan senantiasa bersyukur dengan apa yang dimilikinya.
“Terimakasih banyak, Pak. Hati-hati ya mengemudi,” kata Bapak itu lagi seraya menyerahkan uang kembalian ke saya.
Sungguh sejuk perasaan ini. Cara Bapak itu mengucapkan terimakasih terdengar begitu tulus ke luar dari hatinya. Bukan hapalan yang diperoleh dari training perusahaannya. Saya jadi semangat mengawali hari dengan dibekali keramahan seperti tu.
Besok paginya, saya ketemu lagi sama Bapak itu. Dan sikapnya masih seperti kemaren. Ramah dan penuh energi. Bahkan yang lebih hebatnya lagi, dia ternyata masih mengenali saya.
“Wah ketemu lagi kita. Selamat pagi, Bapak,” sapanya sambil meraih uang dari tangan saya.
“Selamat pagi juga. Kok bisa bisa inget sama saya?”

“Ya inget dong. Masa baru sehari lupa?” sahutnya dengan jawaban sederhana lalu melanjutkan, “Ini kembaliannya. Terimakasih dan hati-hati di jalan, ya?”
“Terimakasih juga,” sahut saya sambil berlalu memasuki jalan Tol.
Begitu berpengaruhnya keramahan Si Bapak sehingga setiap hari saya memerlukan diri untuk selalu memilih gerbang Tol tempat Pak tua itu bermarkas.
Hari demi hari, hubungan kami semakin lama semakin akrab walaupun pembicaraan tetap gak lebih dari sekedar ucapan terimakasih dan hati-hati di jalan doang. Abis gimana lagi? Kami gak sempet berbicara lebih banyak karena mobil-mobil di belakang udah neror dengan klaksonnya.
Sampai suatu hari Bapak itu menghilang. Gak jelas ke mana. Konon kata orang dia dipindah ke Gerbang Tol lain tapi gak tau Gerbang Tol yang mana. Dan percaya gak? Saya sedih loh. Aneh deh, rasanya ada yang hilang, rasanya gak asyik mengawali hari tanpa keramahan Si Bapak.
Dan ternyata bukan saya aja yang merasakan hal itu. Isteri saya juga merasa kehilangan. Dan yang lebih aneh lagi, ketika kami lagi ngumpul-ngumpul bersama temen-temen satu komplek, mereka juga sedang membicarakan Si Bapak penjaga Pintu Tol. Keramahan Bapak itu ternyata telah memberi bekas yang mendalam di hati banyak orang. Bayangkan, begitu hebatnya ucapan terimakasih kalo diucapkan dengan hati yang tulus.
Saya gak tau Bapak Penjaga Pintu Tol itu berada di mana tapi dia telah meyakinkan saya bahwa kata ‘Terimakasih’ yang tampak begitu sepele ternyata bisa begitu berarti bagi orang lain. Saya sangat berterimakasih pada Bapak Penjaga Pintu Tol atas keramahannya yang telah membuat saya bersemangat dan optimis menghadapi hari yang saya hadapi.
Terima kasih atas pelajaranmu, Bapak. Semoga Tuhan selalu melindungi Bapak sekeluarga._____________

CERPENTING #5

TRANSFER PANAS AYAH DAN ANAK
Pulang sekolah, anak saya, Leon, tampak lesu dan gak bersemangat. Dia melemparkan tas sekolah lalu membanting tubuhnya ke atas sofa. Saya agak heran ngeliat kelakuannya karena anak ini biasanya selalu ceria. Wah, jangan-jangan dia abis dimarahi guru atau berantem sama temennya, pikir saya.
“Kamu kenapa, Le?” tanya saya dengan suara pelan.
“Gak kenapa-kenapa,” sahut yang ditanya dengan suara lemes.
“Kamu dimarahin sama guru, ya?” tanya saya lagi.
“Enggak,” jawab Leon lagi.
“Berantem sama temen, ya?” desak saya terus menyelidik.
“Nggak, lah. Temen-temen Leon baik semua,” jawab Si Kecil lagi dengan suara yakin.
Sejenak kami berdua terdiam. Saya masih mikir, kira-kira kenapa ya anak ini? Pasti ada Pasti ada sesuatu yang terjadi.
“Halo-halo, kita makan otak-otak, yuuuuk?” Sekonyong-konyong suara isteri saya terdengar dari meja makan.
“Yuuuuk!” sahut saya lalu menoleh ke arah Leon, “Ayo Leon. Kamu kan suka banget sama otak-otak.”
Dengan ogah-ogahan, Leon bangkit dan bergabung bersama Bundanya di meja makan.
Leon saat itu baru berusia 4 tahun. Dia suka banget makan otak-otak. Biasanya kalo lagi ngambek terus kita suguhin otak-otak, dia langsung ceria kembali. Namun, sekarang dia cuma mengunyah satu otak-otak lalu bengong duduk di meja makan tanpa berusaha nambah lagi.
“Kok dikit amat makannya, Le?” tanya isteri saya.
“Leon gak napsu makan, nih,” jawabnya.
“Kamu sakit, Le?” tanya saya.
“Gak sih. Cuma gak napsu makan aja. Rasanya mau muntah, “ jawab anak itu dengan pandangan sayu.
Saya otomatis memegang dahinya dan alangkah terkejutnya ketika saya merasa badannya panas bukan main.
“Vin, Leon demam tinggi, nih,” teriak saya pada ibunya dengan panik.
“Bentar-bentar. Gue ambil termometer dulu. Kita ukur panasnya,” sahut isteri saya sembari berjalan menuju kotak obat-obatan yang terdapat di antara ruang keluarga dan dapur.
“Hah? 39,5 derajat!” kata isteri saya kaget bukan main.
“Wah, kita harus bawa dia ke dokter,” usul saya.
“Nanti aja. Kita coba kasih obat turun panas dulu.”
Sewaktu isteri saya memberi obat turun panas pada Leon, saya teringat pada nasihat ibu saya. Beliau mengatakan bahwa ada cara ampuh untuk menurunkan panas anak yaitu dengan metode transfer panas. Caranya adalah dengan memeluk tubuh anak kita tanpa mengenakan pakaian.

Sehabis minum obat, saya buka pakaian Leon sehingga hanya bercelana dalam saja dan saya juga membuka baju lalu memeluk Leon sehingga tubuh kami berdua bersentuhan dari kulit ke kulit.
Mengingat metode transfer panas ini agak sulit saya pahami, saya melengkapinya dengan doa. Saya minta Leon untuk berdoa sekaligus memintanya untuk mengikuti kata-kata saya.
“Leon, supaya Leon cepet sembuh, kita berdoa bareng-bareng, ya?” ajak saya.
“Iya Ayah,” sahut Si Kecil.
“Okay, sekarang ikutin kata-kata Ayah, ya?”
“Iya, Ayah.”
“Ya Allah, sembuhkanlah sakit Leon…,” kata saya.
“Ya, Allah, sembuhkanlah sakit Leon,” Leon mengikuti.
“Atau pindahkanlah panas Leon….”
“Atau pindahkanlah panas Leon….”
“…ke Ayah,” kata saya.
“…ke Ayah,” tiru Leon.
“Okay, kita ulang lagi, ya? Ya Allah, sembuhkanlah sakit Leon atau pindahkanlah panas Leon ke Ayah.”
“Ya Allah, sembuhkanlah sakit Leon atau pindahkanlah panas Leon ke Ayah,” kata Si Kecil dengan suara lancar.
Berulang-ulang kalimat itu saya ulang dan Leon pun mengikuti. Selanjutnya, saya sambung dengan surat Al-Fatihah untuk menyempurnakan doa kami.
Gak lama kemudian, entah karena doa atau transfer panasnya, tiba-tiba Leon berkata, “Kayaknya badan Leon udah enakan nih,” katanya.
“Masa?” tanya saya gak nyangka sugesti yang saya berikan bisa bereaksi secepat itu.
“Iya bener. Masa Ayah gak percaya, sih?”
Mendengar omongan anaknya, isteri saya langsung mengukur temperatur Leon sekali lagi dan apa yang terjadi? Masya Allah… panas Leon yang tadinya 39,5 derajat telah turun sampai 37 derajat Celcius.
“Leon mau makan sekarang. Lapeeeer…!!!!” katanya.
Subhanallah! Begitu hebatnya kekuatan sebuah doa. Saya pribadi sangat yakin bahwa kekuatan doa itulah yang membuat Leon turun panasnya. Obat turun panas itu cuma media yang memberi sugesti penyembuhannnya.

Dan Alhamdulillah banget, besok paginya Leon langsung sehat dan tidak panas lagi. Bahkan dia terus memaksa untuk pergi ke sekolah. Dan saya tidak keberatan sama sekali. Pagi hari itu, dia saya antar ke sekolah dengan mobil.
Karena masih takjub dengan kesembuhan Leon yang begitu cepat, sepanjang perjalanan, saya menasihati anak itu bahwa jangan pernah menyepelekan kekuatan sebuah doa. Leon cuma mengangguk-angguk, entah mengerti atau tidak.
“Pokoknya, kalo ada temen Leon atau guru Leon sakit, jangan lupa doakan mereka. Insya Allah dengan pertolongan Tuhan, mereka akan segera sembuh. Ngerti kan, Le?”
“Ngerti dong, Ayah.”
“Ngerti apa?”
“Pokoknya kalo ada yang sakit, kita doain supaya yang sakit sembuh. Iya, kan?”
“Iya bener,” sahut saya.
Waktu terus berlalu dan Leon Alhamdulillah tidak pernah sakit lagi. Saya bersyukur banget atas rahmat Tuhan yang telah memberikan Leon kesembuhan.
Suatu hari ketika kami sekeluarga sedang makan malam bertiga. Saya seneng banget ngeliat Leon makan dengan bernafsu sekali.
“Ayah, besok Leon libur, loh,” kata anak saya.
“Heh? Libur apa?”
“Kepala Sekolah Leon, Mr. Sony, sakit.”
“Oh ya? Sakit apa?”
“Ketua kelas bilang sih katanya sakit stroke.”
“Stroke? Astaghfirullah. Semoga guru Leon cepet sembuh. Syafakallah,” saya langsung mendoakan gurunya Leon.
“Emang stroke itu artinya apa sih, Yah?”
Dengan susah payah, saya berusaha menerangkan Leon makna kata itu dengan bahasa yang sederhana. Tapi Leon rupanya terlalu sibuk dengan makanannya sehingga dia tidak begitu memperhatikan kalimat saya.
Sebelum tidur, kami salat Isya bersama. Setelah menyelesaikan salat, kami berdoa untuk kebaikan sekeluarga.
Sebelum membereskan sajadah, saya berkata pada Leon, “Le, kepala sekolah kamu kan lagi sakit. Ingat kata Ayah?”
“Oh iya bener. Kita harus mendoakan orang yang lagi sakit.”

“Nah, pinter anak Ayah. Yuk kita doain? Leon yang mimpin doa, ya? Ayah sama Bunda yang bilang ‘Amin’. Okay?”
“Okay.”
Dengan paras serius, Leon menadahkan tangannya lalu mulai membaca doa, dimulai dengan Al-Fatihah.
“Aamiin,” saya dan isteri mengamini di ujung surat itu. Kemudian Leon melanjutkan doanya.
“Ya, Allah, sembuhkanlah sakit, Pak Sony….”
“Aamiin…!” kata Bapak dan Ibunya.
“Atau pindahkanlah sakit stroke Mr. Sony….”
“Aamiin.”
“…ke Ayah.”
“Hah??? Salah Leon…. Salah!!!” teriak saya panik. Gimana gak panik, kalo Allah mengabulkan doa itu… mampus deh gue.
Leon menghentikan doanya, menengok ke arah kami berdua lalu berkata, “Iya, maap. Leon juga merasa ada yang salah.”
Alhamdulillah anak saya ternyata pintar sekali. Dia langsung mengerti kalo doanya salah.
“Emang seharusnya gimana yang betul, Le?” tanya isteri saya.
“Seharusnya Ayah dan Pak Sony buka baju lalu pelukan. Begitu, kan?” tukas Leon dengan suara yakin.
“WAAAAAAAAA…… TIDAAAAAKKKK!!!!!!!!!!!”

Teman-teman, sekarang saya akan ngasih PR, ya. Saya kan udah bikin beberapa cerpenting, silakan sekarang kalian juga bikin ya. Coba dingat-ngat peristiwa remeh apa yang kalian pernah alami tapi bikin kalian ngakak, marah, kesel, sedih dll. Pilih yang emotional momentnya paling heboh, lalu TULISKAN! Semua tulisan diposting di sini aja, Nanti Asep, saya dan temen2 lain akan kasih masukan.

SESI TANYA JAWAB
@Haura Insiyah: Aku mau tanya, jadi dari dulu aku sering banget nulis fan fictions, tapi setiap ingin menulis fan fiction yang ringan dan bahagia serta cenderung sedikit konflik, malah ditengah” balik lagi jadi another gloomy fan fiction, disaat memaksakan untuk tetap menulis yang ringan dan bahagia, setelah dibaca lagi emosinya gaada dan jatohnya malah maksa. kira-kira harus apa ya om bud untuk melatih emosi kita sehingga bisa menulis dengan berbagai emosi? Terimakasih.
Ini masalah yang juga sering saya alami. Saya akhirnya bisa mendapatkan jawabannya. Jadi begini: Dalam menulis seringkali kita terbawa oleh emosi. Dan pada suatu titik, kita akan berada di level di mana emosi tersebut bukan saja membawa kita tapi juga menguasai kita. Akibatnya artikel yang tertulis tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.
Setelah beberapa kali mengalami hal itu, saya memutuskan untuk tidak melawan. Jadi saya mengikuti saja kemana emosi itu akan membawa saya. Dan ternyata hasilnya selalu bagus. Bagus dalam arti ada emosinya dan ada soulnya.
Jadi saran saya, ikuti aja emosi kamu membawa ke mana. Karena dia yang paling tau seberapa hebat cerita itu akan menjelma. Ketika kita fokus maka kita akan berada di level kecerdasan maksimal. Jadi untuk apa dilawan?

Dari @NURUL ISLAM: Om Bud, bagaimana cara menciptakan hal yang menggugah emosi pada tulisan ilmiah?
Nah, pertanyaan ini agak sulit. Saya udah sering ditanya soal ini dan saya selalu kasih jawaban yang sama karena saya yakin bahwa jawaban saya betul. Tapi masalahnya si penanya tidak pernah percaya sama jawaban saya.
Jadi jawaban saya adalah gunakanlah teknik storytelling. Misalnya kita hendak membuat sebuah cerita tentang penemuan baterey HP dengan menggunakan getah pelepah pisang. Coba tulis dengan cerita, misalnya, waktu saya masih kecil, film favorit saya adalah Mac Gyver. Dia seorang detektif yang selalu mampu melumpuhan musuh2nya dengan ilmu pengetahuan. Luar biasa.
Akhirnya saya belajar bahwa menjadi penemu adalah hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Jadi sekarang saya akan memaparkan penemuan saya berupa baterey HP dengan menggunakan getah pelepah pisang. Caranya adalah bla...bla....bla....

Dari @Dayu Dwirani: Kalo kepikir mau nulis setelah terpicu, misalnya emosi, sebenernya ada lah beberapa kali, kadang pengen nulis di status Facebook..tapi yg bikin emosi itu, temen juga di Facebook..itu yg bikin saya urungkan niat untuk nulis..khawatir tersindir ato sejenisnya. Kalo kayak gitu, mending tetep tulisin atau enggak? Geregetan kadang-kadang 😬
TULIS DONG! kalo kuatir ada yang tersindir, ganti nama2 tokohnya. Masih takut juga? Ganti settingnya. Ganti waktunya. Ganti tempatnya. Okay? Ditunggu tulisannya....

Dari @Titha tobing: Assalamu'alaikum kak saya mau nanya. Kita lagi nulis cerita nih,tapi sewaktu kita nulis kita ngerasa tulisan kita itu biasa aja, tidak terdapat emosi yang mendalam di dalam bagian itu. Tapi ketika kita publish justru banyak orang yang bilang cerita kita itu sudah sangat maksimal dalam memainkan emosi para pembaca. Apakah cerita kita itu termasuk berhasil? Sedangkan diri kita sendiri ngerasa kalau cerita yang kita tulis itu belum mencapai titik emosi.
Iya emang gitu. Karena kan kita udah tau ceritanya jadi asalkan kita tuliskan surprisenya udah gak gitu terasa buat kita. Makanya saya bilang, supaya tambah seru kasih dramatisasi. Menulis itu seperti memasak. Kalo mau enak, kita harus tambah bumbu2....

Dari @Maria Tamba: Mat malam. Mengapa lebih mudah bercerita secara spontan daripada menuliskan cerita tersebut? Tiap orang punya medianya sendiri untuk berekspresi. Ada yang lebih nyaman dengan verbal, ada yang lebih nyaman ditorehkan dalam tulisan.
Mungkin kamu termasuk di kategori pertama. Tapi saran saya tetep aja tuliskan. Kenapa? Di sesi pertama saya udah mengatakan bahwa salah satu manfaat menulis adalah mengabadikan pengalaman hidup kita. Kalo cuma cerita secara spontan kan besok2 orang udah lupa lagi sama cerita kita.

Dari @NancyZenith DragonDraven: Saya mau nanya tentang emosi, terkadang saat emosi kita Blank dan setelahnya untuk menggambarkan kembali emosi itu dalam tulisan terasa beda, apakah ada tips untuk orang yang baru belajar seperti saya? Matur Suksma, Mas...
Gapapa beda. Yang penting tuliskan. Proses kreatif itu kan panjang. Jadi jangan sekali-sekali nulis satu artikel terus udah merasa puas dan gak disentuh lagi.
Setiap abis nulis, baca lagi lalu cari bagian mana yg harus dikoreksi. Typo2 dibenerin. Spasi2 yg ngawur dibetulin. Nanti pelan2 kamu akan menemukan emosi yang hilang itu. Kalo kamu tambahn dramatisasi, bukan mustahil emosi itu malah jauh lebih bagus daripada kenyataannya.

Dari @fadiel: om bud. bagi saya, menumpahkan emosi dengan via suara (ngomong/ekpresi) lebih mudah dari pada dengan menuliskannya, karena pada saat kita ngomong (misalnya marah), emosinya juga muncul secara bersamaan, bisa dalam bentuk mimik muka memerah, nada tinggi, intonasi tak beraturan ,dan kecepatan suaranya juga, serta ekpresi tubuh dalalam satu waktu, tetapi didalam tulisan semua bentuk informasi itu sepertinya  perlu tuliskan secara rinci,.. pertanyaan saya..adakah suatu patern, kunci, atau subtitusi kata atau aturan untuk menconvert bentuk emosi via suara/ekpresi kedalam bentuk tulisan?
Sebelum menulis, cari dulu bagian emotional momentnya. Kalo udah ketemu, usahakan bagian yang menggugah emosi itu menggunakan kalimat langsung. Kenapa begitu? Karena kalimat langsung akan menyihir pembaca seakan-akan peristiwa yang terjadi adalah real time. Kalo cuma diceritain doang tanpa kalimat langsung, emosinya sering gak kebawa karena pembaca merasa bahwa itu peristiwa lampau.

Dari @L. Sahara: Assalamualaikum, saya Larasati sahara, ingin menanyakan, bagaimana jika cerpenting yg kita tuliskan sedikit masuk unsur puisi, namun penulis bermaksud  kisah yg dituliskan dengan rasa yg sedih?
Ya gapapa. Saya udah bilang bahwa menulis itu harus nyaman. Silakan pake bahasa Indonesia. Silakan pake bahawa jawa. Silakan mau menuliskannya dalam bentuk puisi atau pantun. Tiap orang punya cara sendiri2 untuk berekspresi.

Dari @+62 878-8587-0089: Assalamu'alaikum. Selamat malam. Punten ingin bertanya. Dulu waktu smp saya pernah membaca sebuah tulisan bahwa orang yang paling jahat adalah seniman, karena mereka tak segan untuk merampok, mencuri, membajak, dan mengakui hasil karya orang. Seiring berjalannya waktu, saat dewasa saya dikenalkan dengan konsep ATM (amati, tiru, modifikasi). Awalnya saya menulis selalu berusaha mengarang sendiri. Tapi lama kelamaan, saya mencoba utk ATM. Saya amati karya orang-orang yg bagus, tiru lalu modifikasi dengan maksud untuk belajar. Menurut om Bud, apakah saya salah dan berdosa jika melakukan ATM utk mempelajari sesuatu yang baru?
Gak dong. Itu cara yang sangat sah. Dulu saya pernah keabisan ide untuk bikin iklan. Akhirnya saya memutuskan untuk nyontek karya orang lain. Caranya ya dengan ATM itu. Setelah jadi, saya temuin orang yang karyanya saya contek itu. Dan bertanya, "Bagaimana menurut lo iklan gue?"
"Bagus!" kata orang itu setelah melihat iklan saya.
Terus saya bilang bahwa iklan itu hasil nyontek karya dia. Eh, dia nyaut, "Ah lain banget! Perasaan gak ada sama-samanya sama sekali."

Dari Afandi: Om Bud, maaf mau tanya. Bagaimana teknik yang tepat meletakkan tanda baca dalam tulisan?
Coba baca salah satu novel yg diterbitkan Gramedia. Ikuti cara menaruh tanda baca di sana. Kalo saya terangin di sini, bisa sampe jam 1 malem gak kelar. 😂

Dari @Ken shiro Channel: Dahulu kala hiduplah seorang pemancing fakir joran dari negeri sebarang selatan mengadu nasip dibelantara pesisir pulau K*****N (sengaja q * kan, biar ga ada yg tahu kalo saya pernah merantau ke kalimantan).
Di sela2 kesibukannya bekerja di CV, setiap 1 mggu sekali pemancing tsb mengadu nasip disungai2 atopun rawa disekitaran Ka Pe Ce ( kapese, sebuah perusahaan tambang batubara bonapit di sangata, kaltim).
Hingga suatu ketika saya bertemu beliau hingga kemudian bertamu trus dijamu makan, minum dikasih uang saku 1000 setelah nyanyi "aq tak mau kalo aq dimadu" (eh nglantur 😁).
Dari pertemuan itu tercapailah kesepakatan, suatu saat kita mancing ke laut. Mancing kerusuhan bukan mancing ikan. Mancing di laut? Yah, wow... dalam benak q be…
Iya kira2 seperti itu. Saran saya, setiap tulisan biasakan jangan disingkat. Ntar kebiasaan pas lagi nulis buku, ceritanya singkatan semua...😂

Dari @Yohana Purwa C: Sumpah, kesimpulan utk pengantar Cerpenting yang Om Bud sampaikan itu keren Banget. Ttg bagaimana suatu pengalaman yang menggugah emosi bisa jadi karya. Dan karya yang keren adalah karya yang mampu menggugah emosi (mencoba me-repeat). Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara mengembangkan ide dari peristiwa yang menggugah emosi tsb menjadi tulisan yang mampu menggugah emosi pembacanya? Ada rumusnya ga?
Menulis itu soal rasa. Jadi lupakan rumus2. Kita bukan Mr, Data yang suka matematika. Silakan tulis emotional moment yg ada. Lalu biarkan kita fokus pada ceritanya. Kalo kita udah fokus maka emosi di dada kita akn menyatu dengan cerita yang kita tulis. Dan nanti kamu akan mencapai level fokus, di mana emosi tersebut akan mengembangkan dirinya sendiri.
Biarkan aja proses tersebut terjadi. Setelah tulisan selesai kamu akan kaget dan gak nyangka, "Kok bisa2nya ya gue nulis sekeren ini?" Begitulah keajaiban menulis yang selalu saya alami.

Dari @Wiratama Bargawastra: Selamat malam, mau tanya: Terkadang dalam menulis kita lebih susah menemukan pokok inti seatu paragraf daripada kalimat penjelasnya. Jika sudah seperti itu bagaimana caranya agar kita menemukan ide untuk menulis inti paragaf? Terimakasih.
Lupakan paragraf dan tetek bengek lainnya. Kalo kita menemukan ide, cari emotional momentnLalu kita fokus mulai dari situ. Tulis aja dan jangan berhenti. Setelah selesai, baru kita baca lagi.
Setelah kita baca, baru kita mikirin, rasanya di awal kita perlu kalimat pembuka. Rasanya endingnya perlu kalimat penutup. Tapi semua itu, paagraf dll, kan gak ada emotional momentnya. KIta bikin itu cuma supaya keliatan rapih dan enak dibaca aja. Jadi biarkan itu kita kerjakan terakhir. Fokus aja pada emotional momentnya. Kenapa? Karena tulisan yang bagus itu adalah yg menggugah emosi.

Dari @Untoro: Selamat malam, mau tanya om bud, kalau peristiwa dalam cerita dengan bahasa daerah misalnya bahasa jawa cerita itu bisa bikin emosi keluar namun ketika mau kita tulis pake bahasa indonesia sekan hilang sensasi emosinya. Apa perlu di tulis dialog asli bahasa jawanya terus di kasih translate atau gimana agar tensi emosi nya tetap terjaga di dalam tulisan, terima kasih 🙏.
Sebaiknya tulis dalam bahasa aslinya. Kasih catatan kaki lalu tulis terjemahannya di bawah.
Kalo saya mah jagan diikutin, saya pernah nulis percakapan dalam bahasa perancis dan gak saya kasih tau artinya. Lucunya, orang2 pada nyari sendiri di google translate. Hahahahahaha...

Pertanyaan terakhir dari @Aulia: Assalamualaikum. Saya mau tanya ke Om Bud mengenai emosi yang tak sampai. Ketika ingin melanjutkan novel saya yang belum selesai, saya selalu membaca kembali tulisan yang saya tulis sebelumnya, sering saya dapati feel yang kurang bahkan tidak ada sama sekali. Jadi saya memilih untuk mengedit bagian yang tidak ada feel nya itu dulu lalu saya lanjutkan ceritanya. Ketika selesai feelnya pun sudah mantap saya malah jadi stuck tidak jadi melanjutkan tulisan itu. karena saya pikir jika membuat sambungan seperti yang saya rencanakan sebelumnya feel yang tadi saya buat akan terputus (jadi gak nyambung). Nah, gimana caranya mengatasi stuck dalam kasus saya ini, Om?
Ini pertanyaan yang bagus tapi saya gak bisa jawab sekarang karena terlalu panjang. Jawaban dari pertanyaan ini sudah saya buat khusus dalam sesi tersendiri. Judulnya "Ruang Imajinasi dan Ruang Editing." Sabar ya....

Closing speech: Teman-teman sekalian. Apa yang saya paparkan selama tiga hari ini gak ada gunanya kalo gak dipraktekin. Saya sudah menjelaskan metode-metode menulis. Saya juga sudah menyiapkan medianya berupa website The Writers untuk posting tulisan.
Saya berharap banget semuanya mau membuat PR-nya. Karena kalo kalian gak praktekin sama sekali pastilah ilmu menulis kalian gak akan bertambah. Dan kalo itu yang terjadi, saya dan Kang Asep pastinya akan merasa gagal menyelenggarakan workshop online ini.
Berlatihlah terus untuk meningkatkan ilmu penulisan kalian. Posting semua tulisan di web THE WRITERS. Kalo udah banyak, kompilasikan menjadi sebuah buku. Kalo itu terjadi maka dengan senang hati saya dan Kang Asep akan bersedia menuliskan endorsement di buku kalian. Ini saya janji dan udah kami lakukan pada para peserta di batch2 sebelumnya yang menulis buku.
Kebetulan di group ini juga ada peserta yang namanya Andung. Dia punya usaha penerbitan buku indie. Jadi kalian bisa berkolaborasi sama @+62 816-523-773 untuk menerbitkan buku kalian. Walaupun gak dijual di toko buku, kita bisa menjualnya lewat IG dan sosmed lainnya. Di jaman digital ini gak ada yang gak bisa kita lakukan sendiri. Semuanya mungkin, asal ada usaha. Semuanya bisa sukses, asal kalian mau sedikit capek. OK ditunggu ya tulisan-tulisan kerennya.
Materi amat bagus ini sayang jika tidak ditularkan kepada kawan-kawan atau sahabat tercinta. Dengan membaca materi ini dan mempraktikkan latihan yang diinstruksikan tidak mustahil kita bisa menjadi penulis andal. Keandalan seorang penulis bukan ditentukan oleh bakat yang dimiliki, melainkan bagaimana dia mengasah emosi. Dan, jangan lupa. Berhubung menulis merupakan sebuah keterampilan maka bisa dicapai dengan cara berlatih, berlatih, dan berlatih.

20 komentar:

  1. Bener2 mantap bgt bu... bnyk ilmu yg didapatkan dr tulisan ibu

    BalasHapus
  2. Senang sekali dpt ilmu cerpenting ini..
    Benar2 nambah inspirasi dan motivasi untuk menulis .

    BalasHapus
  3. Keren.. komplit banget....

    BalasHapus
  4. Woow ilmu baru.mksih sy tdk bisa ikut. Sdh ditutup

    BalasHapus
  5. Serasa kehadiran om Bud di tengah kita Bu ismi,,mantul,,

    BalasHapus
  6. wow alhamdulillah dapat ilmu dari Bu Ismi, terima kasih Bu

    BalasHapus