Rabu, 03 Juni 2020

CREATIVE ATTITUDE


Materi             : Creative Attitude
Waktu             : Selasa, 2 Juni 2020
Pukul               : 20.00 – 22.00 (molor hingga 23.00)
Narsum           : Om Budiman Hakim

Sesi malam ini akan diisi materi asik  dari Om Budiman Hakim. Topiknya "Manfaat Menulis dan Creative Attitude". Om Bud memiliki pengalaman yang sangat panjang di dunia kreatif, khususnya Creative Writing. Om Bud adalah Creative Director dengan basis copywriting, yang telah menapaki karier di berbagai advertising, antara lain Aim/Leo Burnett,  Ogilvy & Matter, lalu tahun 1993 mendirikan MACS909 Advertising & Communications. Karya-karyanya banyak memenangkan award di berbagai festival iklan, baik nasional maupun internasional.
Tak cuma karya iklan, Om Bud juga sudah menerbitkan 13 buku kreatif, antara lain Lanturan tapi Relevan, Ngobrolin Iklan Yuk, Sex after Dugem, Gowes and Go West, Saya Pengen jadi Creative Director, Saya Pengen jadi Copywriter, Saya Pengen Jago Presentasi, Storytelling, Si Kampret Master Selingkuh, Menulis tanpa Ide dll. Yang baru terbit bulan ini Copywriter is Dead. Begitulah kata pembuka moderator (Kang Asep Herna) pada kuliah perdana.
Namanya Budiman Hakim. Di industri Periklanan beliau biasa dipanggil ‘Om Bud’. Kita juga boleh memanggil begitu. Beliau menganggap peserta sebagai TEMAN. Karena orang selalu merasa lebih nyaman berada bersama temannya. Orang biasanya lebih mendengarkan apa kata temannya dibandingkan orang lain.
Batch 9 adalah angkatan yang termasuk paling banyak dibanding batch-batch sebelumnya. Jumlahnya total 155 orang. Angkatan sebelumnya biasanya cuma mendekati sekitar 100an peserta. Pesertanya di sini lebih beragam. Ada mahasiswa, ada dosen, ada yang yang dari penerbitan, ada pelukis, ada juga yang penulis buku, ada yang bekerja di pajak, ada juga yang berbisnis kedai kopi. Umurnya juga macem-macem. Ada yang 60 tahun, ada yang SMA, ada yang SMP bahkan ada yang berusia 9 tahun.
Dari domisili juga mencakup jarak yang beragam. Ada yang dari Jkt, Bandung, Cirebon, Surabaya, Malang, Kediri Ambon, Gorontalo, Banjarmasin, Balikpapan, Banjarbaru, dan ada juga peserta yang berasal dari Bali. Bahkan ada yang dari Finland, Oman dan Alaska. Penghargaan yang setinggi-tingginya khusus untuk yang dari luar negeri terutama Amelia Hakeem yang dari Alaska atas semangatnya yang tinggi. Perlu diketahui bahwa kalo di Jakarta  jam 8, berarti di tempat Amelia baru jam 5 pagi.



Banyak orang ngomong bahwa DIA TIDAK SUKA MENULIS bahkan TIDAK PERNAH MENULIS. Nah, walaupun belum membuat riset,  walaupun tanpa data, saya berani bilang Itu pasti hoax! Karena menulis adalah kebutuhan primer, sama seperti halnya dengan makan, minum dan tidur.
Kita boleh bilang bahwa kita bukan culinary Man. Tapi toh kita tetap harus makan. Begitu juga menulis. Kita mungkin gak suka menulis. Tapi kita selalu ngetweet, kita bikin status di FB, kita bikin caption di Instagram, kita chatting di WA dll. Kita menulis pelajaran di kampus, kita membuat laporan di kantor dll. Artinya, suka gak suka, kita tetap saja menulis.
Pointnya adalah, karena kita tetap dan terpaksa harus menulis, kenapa kita tidak sekalian saja memperdalam ilmu penulisan kita. Kenapa demikian? Karena menulis itu banyak sekali manfaatnya.

MANFAAT MENULIS:
1. MENGABADIKAN PENGALAMAN HIDUP
Kita bisa mengabadikan hal-hal menarik dalam hidup kita. Kenapa perlu kita abadikan?
Karena yang perlu kita wariskan pada anak dan cucu kita bukanlah harta tapi pengalaman hidup dan wisdom kita. Menulislah! Tidak usah malu mengungkapkan sisi hitam kita. Karena bukan sisi negatif itu yang akan kita highlite tapi hikmah positif apa yang kita peroleh dari peristiwa tersebut.
2. MENINGGALKAN LEGACY


Menulis membuat kita bisa meninggalkan legacy untuk keturunan kita. Cucu-cucu yang gak sempet ketemu kita, pasti seneng banget ketika membaca, “Wah, kakek buyut kita, Away, ternyata dulu seorang content provider, Loh. Ih, kagum sama Opung Tony!”
            “Gile, ternyata nenek buyut kita, Endang Larasati  adaah pemain piano sekaligus pencipta lagu, loh. " "Ih, kakek buyut kita Tony ternyata pernah demo menggulingkan presiden loh. Hebat banget. Sayang kita gak sempet ketemu beliau.” Mengharukan, bukan? Dan kalo buku kita bagus, bukan cuma keluarga tapi dunia akan membaca buku kita. Seperti orang bijak berkata, “If you want to know the world, READ. If you want the world to know you, WRITE!

 “If you want to know the world, READ. If you want the world to know you, WRITE!

3. MEMBUANG SAMPAH EMOSI
Jiwa menderita, tubuh menjerit. Itulah yang tejadi di era modern seperti sekarang. Sebagian besar penyakit yang menggeragoti tubuh selalu datang dari masalah psikis (Psychosomatic). Satu obat yang paling manjur adalah menulis. Menulis berfungsi sebagai EMOTIONAL DETOX yang mampu mengusir rasa sakit, penderitaan, rasa bersalah, kesedihan dan stress. Semua itu berpangkal dari enerji negatif yang semakin gila datang dari media digital. Kalo semua enerji negatif tersebut dibiarkan dalam tubuh, lama kelamaan akan mengakibatkan tubuh kita sakit. Orang psikologi biasa menyebutnya dengan istilah FUNGSI KATARSIS, yaitu menulis  mampu mencegah kita dari penyakit psikosomatis. Jadi ketika kita sedang gelisah akan sesuatu, MENULISLAH! Maka kegelisahanmu akan pudar. Jika kegelisahan itu terlalu personal untuk dibuka ke publik, kalian bisa menulis tentang hal lain. Tentang apa saja semau kita. Hasilnya? Aneh bin ajaib! Kegelisahan kita tetap menghilang. Begitu powerfulnya menulis bagi kesehatan kita.

4. MENULIS ITU SEPERTI MAIN GAME
Main game sering disebut dengan melampiaskan aktualisasi diri. Menulis itu persis seperti main XBOX atau PS (Play Station). Perhatiin deh, game yang dipilih oleh anak kita. Pilihan game yang mereka ambil sebenernya sangat mewakili harapan dan imajinasinya. Mereka memilih game balapan karena buat mereka seru dan ternyata menjadi pembalap adalah salah satu impiannya. Memang tidak semua impian bisa jadi kenyataan tapi dengan main game sedikit banyak aktualisasi diri bisa terpenuhi. Sama dengan main game, menulis juga bisa berfungsi sebagai aktualisasi diri.
Buat yg suka berkhayal pengen jadi jagoan, pengen jadi bintang film, pengen jadi Super Hero…pokoknya jadi apa aja BISA.

5. MENULIS ITU MENCEGAH PIKUN

Tau, gak? Banyak orang yang memasuki usia pensiun, seringkali bingung harus melakukan apa. Padahal hidup itu adalah tentang mengejar sesuatu. Meskipun sesuatu itu adalah hal yang sepele, tetap saja harus ada yang dikejar. Itu sebabnya banyak pensiunan cepat meninggal karena mereka gak punya sesuatu yang harus dikejar. Mereka stress dan merasa gak berguna menjalani hidup. Padahal Masa Pensiun itu bukanlah periode di mana kita tidak mengerjakan apa-apa. BUKAN! Masa pensiun adalah masa di mana kita mempunyai kebebasan untuk memilih pekerjaan yang kita sukai. Karena butuh kegiatan dan membutuhkan sesuatu untuk dikejar, akhirnya para pensiunan tersebut mencoba berkebun, kursus melukis atau kursus MENULIS.
Berdasarkan hal itulah, saya berpendapat, daripada menunggu tua baru belajar menulis lebih baik KITA BELAJAR DARI SEKARANG.  Apalagi buat yang muda2. Manfaatkanlah belajar menulis dari sekarang.  Kalo kita hobby menulis, ketika tua nanti, kita mempunyai kegiatan yang menyenangkan. Kita bisa berkarya, menulis sepuasnya, menerbitkan beberapa buku karena di zaman muda dulu sering tertunda oleh kegiatan lainnya.
Artinya dari muda sampai tua, kita akan selalu mempunyai sesuatu yang menyenangkan untuk DIKEJAR. Dan hebatnya lagi, kegiatan menulis akan membuat kita terhindar dari penyakit pikun. Kok bisa begitu? Karena jika otak kita sering digunakan untuk berimajinasi dan berpikir maka otak kita akan terasah terus. Orang yang terkena penyakit pikun biasanya adalah orang yang kurang menggunakan otaknya untuk berpikir. Akibatnya otaknya tak terasah dan lama kelamaan menjadi tumpul. Dan pada gilirannya kita akan menjadi pikun.
Otak adalah hadiah terhebat dari semua organ tubuh yang kita terima dari Tuhan. Secara umum manusia yang paling pinter pun (termasuk Einstein)  konon baru menggunakan kapasitas otaknya sebesar 17%. Jadi bisa dibayangkan bagaimana hebatnya jika kita bisa memaksimalkan otak kita. Pastinya karya kita akan sangat bagus.

6. MENULIS MEMBUAT KITA MENJADI TOKOH YANG DIDENGARKAN


Ada teori yang mengatakan bahwa secara umum manusia terbagi dalam dua tipe; 1. Tipe pembicara dan 2. Tipe pendengar. Terus terang saya kurang sepakat dengan teori itu. Minimal di lingkungan saya, semua orang ingin menjadi pembicara sekaligus ingin didengarkan.
Ada cukup banyak anak-anak bahkan dewasa yg merasa terkucil. Kenapa? Karena mereka merasa ortunya sibuk dan cuek. Mau cerita kok mereka males2an dengerin kita. Kalo itu yang terjadi pada kita, maka menulislah. Ketika orang memutuskan untuk membaca tulisan kita berarti dia dengan rela mendudukkan dirinya sebagai pendengar. Dan kita sebagai penulisnya tentu saja adalah pembicaranya.

KESIMPULAN:
Sekarang kita sudah mengetahui betapa banyak manfaat dan betapa pentingnya pengetahuan tentang penulisan. Perlu dipahami bahwa segala kegiatan yang kita lakukan hampir semuanya berhubungan dengan penulisan. Kita mau berjualan di IG, mau jadi stand up comedian, berdakwah, presentasi, membuat film, membuat album lagu, melakukan penelitian dll, semua berhubungan dengan dunia PENULISAN!
Sejak kemunculan dunia digital, sekonyong-konyong ilmu penulisan malah semakin naik pamornya. Di social media semua orang menulis, baik itu di WA, LINE, twitter, Youtube, Facebook, Instagram, dll. Itu sebabnya ilmu penulisan menduduki porsi yang sangat mendominasi. Itu juga sebabnya belakangan ini kita melihat berbagai penawaran workshop tentang penulisan/copywriting begitu tinggi. Kenapa demikian? Karena eksistensi manusia sekarang bukan di dunia nyata. Eksistensi manusia sekarang ada di dunia digital. Dan untuk mempunyai eksistensi yang tinggi di dunia digital, senjata utamanya adalah MENULIS!
Jadi teman-teman, yuk kita tanamkan tekad: KITA HARUS BELAJAR DAN MEMPERDALAM ILMU MENULIS. If you type your name in Google and you don't find it, techically you're dead!
Perlu diketahui bahwa setiap kali saya mengajar, entah itu sharing tentang creative writing, storytelling, generating ideas, presentasi/public speaking dll, segmen pertama saya selalu sama, yaitu tentang CREATIVE ATTITUDE. Saya tidak pernah mengajarkan kalimat template karena, buat saya, itu melecehkan kecerdasan otak kita. Bahasa itu bukan template. Bahasa itu adalah soal rasa.
Tuhan itu adalah FATHER OF CREATION. Satu-satunya bakat yang diberikan pada manusia namun tidak diwariskan pada makhluk lain adalah berkarya (creation, to create and creative). Jadi saya punya pemahaman bahwa Creative Attitude sangat penting dan merupakan landasan atau infrastruktur utama dari kreativitas kita.

CREATIVE ATTITUDE

CREATIVE ATTITUDE.
Perlu dipahami bahwa KREATIVITAS ITU ADALAH SIKAP HIDUP. BUKAN JOB DESKRIPSI. Bersikap kreatif jangan hanya dilakukan ketika kita sedang mendapat pekerjaan.
Bersikap kreatif jangan hanya dilakukan ketika kita sedang mendapat masalah. Creative Attitude harus menjadi sikap hidup kita sehari-hari.
Meskipun sedang tidak ada proyek, meskipun sedang tidak ada masalah, KITA HARUS SELALU BERSIKAP KREATIF. Temen saya pernah bercerita tentang seorang kerabatnya yang berasal dari Aceh yang bernama Farhan. Farhan ini selalu mengaku tidak suka menulis. Bahkan dia cenderung menganggap remeh kegiatan menulis. Namun sebuah peristiwa besar telah merubah paradigma yang selama ini dianutnya. Tentu kita masih ingat bencana Tsunami yang terjadi di Aceh. Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, pada tanggal 26 Desember 2004. Tsunami dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Keluarga Farhan adalah salah satu korban dari gelombang Tsunami yang mengerikan itu.
Orang tuanya selamat. Tapi dalam bencana tersebut, dia kehilangan isteri dan 2 anaknya.  Farhan merasa sangat sedih dan terpukul. Rasa kehilangan yang begitu berat membuatnya sangat menderita. Dia merasa depresi dan sering berteriak-teriak karena beban yang begitu menyesakkan dada tentunya harus dikeluarkan. Saat berkonsultasi di sebuah klinik untuk meredam kesakitannya, Psikiater yang merawatnya menganjurkan Farhan untuk menulis.
Farhan mencoba terapi itu. Dan perlahan-lahan dia mulai menikmati kegiatan menulis itu. Dan percaya, gak? Setiap kali habis menulis, dia merasa bebannya menjadi lebih ringan. Akhirnya dia menulis dan menulis lagi untuk mengeluarkan beban berat yang selama ini menindih hatinya. Alhamdulillah akhirnya dia sembuh. Dan sampe sekarang dia masih terus menulis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bencana Tsunami telah menjadi PEMICU baginya untuk menulis.
Farhan yang mengaku tidak suka menulis akhirnya menulis. Tapi perlu dicatat bahwa dia membutuhkan PEMICU YANG BESAR untuk memaksanya menulis.
Kasus lain lagi. Seorang sahabat saya di Yogya pernah menganalisa tentang Ebiet GAD. Saya gak tau kebenaran cerita ini tapi analisanya sangat menarik, jadi gak ada salahnya saya share di sini buat kita semua berkaca. Menurut teman saya tersebut, Ebiet GAD sangat kreatif dan banyak membuat lagu ketika hidupnya masih susah. Kesehariannya sering diisi dengan cara menggelandang di Malioboro dan merenung di pantai Parang Tritis. Konon orang sering ngeliat dia ngamen di sepanjang Malioboro. Beban yang ada di pundaknya menjadi PEMICU yang dia lampiaskan dengan mencipta lagu. Dan percaya gak? Lagunya bagus-bagus.
Bahkan akhirnya dia mendapat kesempatan untuk rekaman dan albumnya meledak. Dia mendadak menjadi terkenal, mendapat banyak penghargaan dan bergelimang dengan uang. Konon dia lalu menikah dengan sesama artis dan tinggal di rumah mewah di bilangan Kebayoran Baru. Jadi Ebiet hidup tenang versama keluarganya dari hasil karyanya. Namun selanjutnya apa yang terjadi? Setelah dia hidup mapan, kita tidak pernah lagi mendengar karyanya meledak. Kita tidak tahu apakah dia masih mencipta lagu atau tidak. Tapi apa yang terjadi pada Ebiet memang banyak dialami sebagian besar seniman.
Banyak yang setelah menjadi kaya, mereka sulit sekali berkarya. Bukannya mereka tidak mau. Setiap hari mereka berusaha mencipta lagu. Mereka sudah berusaha mati-matian tapi tetap saja tidak terlahir lagu-lagu yang kualitasnya sama dengan jaman mereka hidup susah dulu. Aneh, kan? Kenapa bisa terjadi begitu?
Rupanya ketika hidup mapan, mereka merasa tidak lagi mempunyai PEMICU. Dulu beban yang ada di pundaknya bisa dia konversikan menjadi lagu. Tapi ketika hidup mapan tanpa beban? Ide-idenya gak keluar. Otaknya buntu. Mereka membutuhkan ‘kekejaman Tuhan’ berupa beban hidup sebagai PEMICU untuk berkarya. Banyak seniman di dunia ini mengalami hal yang seragam. Mereka punya karya yang mumpuni saat sedang menderita tapi blank ketika hidupnya sudah mapan.
Nah, di sinilah pentingnya CREATIVE ATTITUDE! Kalo kita memiliki Creative Attitude, KITA TIDAK MEMBUTUHKAN PEMICU YANG BESAR UNTUK BERKARYA. Kita tidak butuh bencana Tsunami untuk memaksa kita menulis. Kita tidak butuh beban penderitaan hidup untuk berkarya.
Sebuah kata atau kalimat sederhana akan menjelma sebagai PEMICU jika CREATIVE ATTITUDE sudah menyatu dengan aliran darah kita. Sehelai daun jatuh, sudah cukup untuk membuat kita menulis. Tangis bayi tetangga sudah cukup menjadi pemicu kita untuk berkarya.
Dari pemaparan di atas, kita tentu setuju bahwa creative attitude itu sangat penting dan harus dilatih secara terus menerus.

Bagaimana cara MELATIH CREATIVE ATTITUDE?
Caranya simple aja. Kita bisa belajar dari hal-hal yang kecil dulu. Misalnya: KOMEN DI SOCIAL MEDIA. Di jaman sekarang banyak waktu kita tersita di social media. So, supaya gampang, ayok kita manfaatkan situasi itu. Pasti kalian sering ngasih komen di social media orang lain, kan? Guys, please! Jangan bikin temen kita muak dengan ucapan selamat kita! Bikin dong kalimat sendiri yang baru. Temen kita juga akan seneng bacanya. Jangan bikin temen kita illfeel. Jangan bikin temen kita muak!!!



Kasus selanjutnya. Temen kita bercerita tentang seorang isteri yang dateng ke kantor suaminya. Sang isteri tersebut mau ngecek karena mencurigai suaminya berselingkuh dengan resepsionisnya. Terus kita ngasih komen, “Pengalaman pribadi, ya?”
Ya, ampun! Wake up, guys! Komen seperti itu juga pasti akan dituliskan oleh oleh orang lain. Kita perlu mengantisipasi kira-kira orang lain akan komen apa. Nah, kita harus bikin yang lain. Yang unik. Yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Begitulah basic menanamkan CREATIVE ATTITUDE dalam diri kita.
Kalo kita nonton film, pasti kan kita seneng kalo filmnya gak ketebak. Iya, kan? Kalo ceritanya ketebak, kita pasti akan mengatakan bahwa film itu jelek. Nah, seharusnya pemahaman itu juga kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan menjadi orang yang disukai dilingkungan kita karena kita gak ketebak. Kita orang yang penuh surprise. Dan itu bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya ya membuat surprise di setiap postingan kita. Baik itu di IG, FB, Twitter, WA, LINE dll.
Jangan mau jadi orang generik. Jadilah orang yang unik. Dan semua itu hanya bisa dicapai kalo kita memiliki CREATVE ATTITUDE. Jadi bisa disimpulkan bahwa CREATIVE ATTITUDE adalah sikap hidup yang harus selalu dilakukan dalam keseharian kita. Jadi mulai sekarang mulailah melatih creative attitude kita. Berlatihlah setiap hari. Buatlah surprise meskipun di hal-hal sepele.
Creative attitude bukan bagaimana kita berkarya. Creative attitude adalah SIKAP untuk selalu berkreasi. Creative Attitude adalah MENTAL untuk selalu menciptakan hal-hal yang baru.

Sesi Tanya Jawab
Mau tanya terkait motivasi menulis. Saya ini trauma mau nulis soalnya dulu pernah nulis cerpen series banyak banget yg baca. Tapi setelah beberapa lama pembaca hilang satu-satu. Saya merasa saya nulisnya kurang menarik, terlalu eksperimental, makanya banyak yang gak suka. Akhirnya jadi trauma nulis. Gimana cara mengatasinya?
Perlu dipahami benar bahwa menulis itu bukan untuk menyenangkan orang lain. Menulis itu untuk menyenangkan diri sendiri. Kalo kebetulan orang lain seneng, anggap aja itu bonus. Ada banyak orang yg baca tulisan kita, Mereka seleranya beda2. Mereka cara menilainya juga beda-beda. Kalo nurutin mereka ya susah. Jadi nasihat saya, ikutin aja keinginan kita sendiri. Karena itu yang paling benar. 

Saya seorang pembicara parenting pengin nulis selalu mentog padahal materi banyak.
Beberapa kali coba tapi begitu-begitu saja ga berkembang padahal klo orang nanya saya selalausiap dengan jawaban-jawaban. Akhirnya banyak tulisan yang hanya sepotong-sepotong monoton tidak berkembang. Akhirnya males nerusin begitu seterusnya. Padahal saya sangat ingin nulis jadi satu buku. Kelemahan saya lagi saay males baca. Komplit dah. Mohon saran kak. Trimksh.
Kalo setiap pertanyaan, kamu selalu punya jawabannya. Coba catat semua pertanyaan itu dan jawabannya. Kalo udah cukup banyak lalu kompilasi. Kemudian semua tulisan tentang pertanyaan dan jawaban tersebut jadikan buku seperti adanya. "100 pertanyaan tentang parenting yang perlu diketahui oleh para ortu." Pasti jadi deh bukunya.

Saya mau tanya, persiapan yang paling penting untuk nulis memoar, itu apa?
Gak perlu persiapan apa-apa. Nulis ya nulis aja. Karena ide itu dikasih Tuhan seringkali sifatnya random. Jadi kita tulis sesuai dengan yang muncul di kepala. Kalo Kalo mau nulis tentang memoir tentunya kita harus punya data dan riset. Jadi kita bisa menuliskan data yang paling menggugah emosi. Kalo belom punya ide, tulis aja apa adanya. Tapi harus beneran diketik karena hasil ketikan kita di layar screen bisa berfungsi untuk memancing ide muncul.

Apa keutamaan menulis  supaya diketahui orang, dari langsung menceritakan ke beberapa orang yang kemungkinan besar akan meretell story kita ke orang lain?
Kalo mau menulis, nawaitu-nya harus berangkat dari keinginan untuk menebar kebaikan. Jadi seperti yang saya tuliskan di atas bahwa menulis itu untuk menyenangkan diri sendiri. Bukan menyenangkan orang lain. Dengan pemahaman itu, insya Allah orang lain juga suka. Kenapa? Karena tulisan kita jadinya jujur dan berenerji positif.

Bagaimana kita tahu bahwa kita bisa menulis atau tidak? Apa standarnya? Sedangkan penilaian seseorang terhadap tulisan itu, tergantung dari pengalaman serta sudut pandangnya. Apakah menulis itu soal bakat? Apa bisa karena berlatih?
Kalo kita masih suka bikin status di FB. Masih ngetweet, masih main WA dan masih bikin caption di IG, berarti kita bisa nulis. Artinya semua orang pasti bisa nulis. Dan sekali lagi kenapa kita harus terganggu dengan penilaian orang lain? Menulis itu tujuannya untuk menyenangkan diri sendiri. Bukan orang lain.

            Sebagai orang yang bekerja di bidang marketing juga, saya merasa beberapa kali bisa dapet ide ketika keadaan terjepit deadline. Tapi kalau lagi nyantai yang padahal ingin dapet ide untuk marketing malah gak kepikiran apa-apa. Apakah dapet ide saat terjepit deadline itu bagian dari creative attitude atau tidak? Sebenarnya hal ini baik atau tidak? Tapi memang betul sih kalau lagi mengalami emosi seperti marah/sedih/senang di kehidupan pribadi jadi kepikiran ide ingin menulis tapi gimana caranya biar bisa jadi ide iklan ya?
Kasus kamu kan persis seperti Farhan dan Ebiet. Farhan butuh bencana untuk menulis. Ebiet butuh beban hidup untuk berkarya. Kenapa? Karena mungkin mereka tidak mempunyai creative attitude. Kao kita punya creative attitude, kita gak butuh bencana alam untuk berkarya. Kita gak butuh penderitaan hidup untuk berkreasi. Jadi jawaban dari pertanyaan kamu adalah kamu harus melatih creative attitude. Kita gak butuh klien yg galak atau deadline untuk berkarya. Dengan creative attitude, pemicu yg paling sepele sudah cukup untuk kita mendapatkan ide.

Bagaimana caranya "Rasa" bisa tajam dan cara memeliharanya? Tips dan trik nya tiap hari harus ngapain?
Ada beberapa orang yang sangat peka dan langsung tergugah emosinya. Misalnya para seniman, mereka sering nangis ngeliat sesuatu yang buat kita biasa aja. Atau ketawa padahal buat kita gak gitu lucu. Tapi itu bagus, artinya dia dengan mudah bisa melampiaskan perasaannya itu dalam karya. Sementara beberapa orang lainnya sangat tidak peka. Orang-orang seperti ini memang harus berlatih agar lebih peka. Caranya adalah bagaimana memaksimalkan pancaindera. Biasakan semua yg tertangkap pancaindera itu segera kirim ke otak dan diolah di sana menjadi karya. Dan ituah yang sedang kita bahas sekarang. CREATIVE ATTITUDE.

Biasanya kalimat apa yang tepat untuk pembuka dalam satu artikel? Apa yang menggambarkan suasana atau waktu atau tokoh. Mohon penjelasanya!
Gak ada patokannya. Tapi kalo kita mau menulis fiksi, kta harus memahami bahwa sebuah cerita yg bagus adalah yg menggugah emosi. Jadi kita bisa mulai dari sana. Setelah itu baru kita pikirin apa kalimat pembukanya dan gimana penutupnya. Jadi kita fokus pada emotional momentnya dulu. Yang lain mah belakangan aja.

Seringkali merasa ada banyak yang ingin diceritakan, tapi ketika pada niat mau menulis bingung mau mulai dari mana dan ketika akhirnya sudah dituangkan dalam tulisan dan dibaca ulang, merasa tulisan yang sudah dibuat tadi kurang menarik atau tidak menemukan titik klimaksnya. Bagaimana untuk mengatasi hal tsb?
Jadi setiap kali mau nulis, kita temukan dulu emotional momentnya. Biasaya emotional moment yg paling besar ada pada konfliknya. Kita fokus ke emotional moment itu. Kita kasih dramatisasi supaya emosinya makin besar dan mampu membuat pembaca terbawa pada moment emotional itu. Kalau emotional momentnya udah dapet pasti deh ceritanya jadi menarik.

Bagaimana cara melakukan olah rasa dan menuangkannya dalam bentuk tulisan?bagaimana cara menyinkronkan perasaan kita ke dalam bentuk tulisan sehingga orang paham apa yang kita rasa?
Ketika kita sedang menulis, usahakan fokus pada tulisan kita. Fokus itu adalah momen ketika kamu dipanggil oleh orang lain tapi gak denger. Atau ada orang lain kamu gak terganggu. Kamu sudah terlalu larut dengan tulisan yg kamu tulis. Nah, di saat itulah emosi penulis akan terkirim secara maksimal ke dalam tulisan yang kita tulis. Bahkan tulisan kita malahan bisa lebih besar emosinya dari yang ada di dada kita. Caranya adalah dengan menambah dramatisasi.

Ketika kita membuang emosi dgn menulis, pasti banyak hal-hal yang berhasil kita tulis dengan mudah dan lancar. Tapi kenapa seringkali ketika tulisan itu ingin dituang menjadi ide cerita, rasanya sulit sekali, seperti buntu. Nah apa ada kiat kiat tertentu mengatasi hal tsb?
Justru mebuang sampah emosi itu seharusnya yang paling gampang. Misalnya kita diputusin oleh pacar kita. Pastinya kita marah, kesel dan kecewa, kan? Kita bisa langsung menulis "Ketika Tuhan melepaskan seseorang dalam hidupku, itu artinya Tuhan telah menyediakan orang yang lebih baik darinya. Alhamdulillah." Pasti deh langsung lega.

Bagaimana membuat novel agar konsisten dari awal sampai akhir. Selama ini yang saya tahu untuk membuat novel itu harus menggunakan outline. Tapi entah kenapa setelah saya coba pakai outline kok malah rasanya jadi susah. Rasanya imajinasi saya seperti dibatasi. Sedangkan jika tidak pakai outline, cerita bisa lancar, hanya saja kadang jadi kurang kuat di penokohan (si tokoh sifatnya seakan labil, kurang kuat). Jadinya suka bingung sendiri. Selama ini jadinya hanya bisa buat cerpen. Padahal pengen banget bisa bikin novel yang bener-bener kuat di alur dan penokohan. Tapi ya itu tadi masalah saya, Om. Mohon pencerahannya.
Saya udah bikin 13 buku. Dan gak pernah pake outline. Kenapa? Karena alasannya persis kayak kamu. Seperti yg saya tulis di atas, ide itu sering datengnya random. Saya pernah nulis novel Bab 1. Tahu-tahu mendadak dapet ide tapi cocoknya untuk Bab 9. Terus? Yang mana yang saya harus dahulukan? Akhirnya saya nulis cerpen, persis kayak kamu juga, kan? Tapi saya nulisnya selalu dengan tokoh yang sama. Setelah jadi 5 sampe 10 cerpen, baru saya kompilasi jadi buku. Saya tarok sesuai urutan kejadiannya.
Nah bagian yang gak cocok, saya bikin bridging atau jembatan, supaya kontinyuitasnya mulus. Dan percaya gak? Ketika saya lagi bikin bridging, saya selalu dapet ide lagi bahkan jauh lebih bagus dari bab-bab yang lainnya.
           
Bagaimana dengan orang yang memang sudah punya bakat menulis? Gak terlalu susah buat mereka untuk mengungkapkan perasannya. Dibandingkan dengan ”kita-kita” yang masih harus ”belajar”.
Rudi Hartono pernah bilang bahwa bakat itu cuma 1% dan latihan 99%. Masalah adalah latihan itu memang membosankan. Jadi tunggu sesi-sesi berikutnya ya? Nanti akan ada cara berlatih tapi menyenangkan.

Saya punya pertanyaan buat Om Bud. Saya punya banyak keresahaan buat bahan tulisan, pertanyaannya adalah saya harus mulai dari mana ya? Gimana cara mulainya? Makasih.
Keresahan adalah cara Tuhan memberi ide buat kita untuk menulis. Makanya orang sering berkata pada para penulis, "Tetaplah gelisah, Kawan. Agar kau selalu menuliskan keresahanmu lalu menjelma menjadi buku yang menginspirasi kita." Jadi keresahan itu harus disyukuri. Caranya adalah cari emotional moment dari keresahan itu. Mulailah dari sana.

"Sehelai daun jatuh sudah bisa menjadikan ide kita untuk menulis." Pertanyaannya, apakah membutuhkan tulisan yang panjang lebar untuk menggambarkan momen tersebut?
Kita tidak usah mempermasalahkan akan jadi seberapa panjang tulisan kita. Nikmatilah menulis dan biarkan cerita kita selesai dengan panjang yang ideal. Apakah panjang jadinya? Apakah pendek? Itu gak penting. Yang penting adalah apakah emosi dalam diri kita sudah tertuang seutuhnya dalam tulisan itu.

Bahasa itu adalah soal rasa. tentu bisa diartikan menulis itu "mengconversi rasa menjadi tulisan" dan kemampuan ini perlu dilatih dan ada skill yang bisa kita pelajari tentunya. Hal ini tentunya mematahkan anggapan bahwa untuk menulis perlu BAKAT! Ini yg kadang menjadi momok.Yang jadi pertanyaan seberapa pentingnya BAKAT dalam menulis dibanding kan jam terbang menulis? Dan bagai mana mengatasi " aku harus mulai dari mana dulu" dalam menulis?
Rudi Hartono pernah bilang bahwa bakat itu cuma 1% dan latihan 99%. Masalahnya adalah memang latihan itu membosankan. Jadi tunggu sesi2 berikutnya ya? Nanti akan ada cara

Saya kan ada nulis cerita di aplikasi wattpad Kak, tapi kadang saat masa nulis ada rasa bosennya, bagaimana sih Kak cara kita mengatasi rasa malas yang menghampiri kita disaat kita menulis: Jujur nih kak. Saya penulis amatiran. Hobi nulis dari SD tapi berani nulis ceritanya di tahun 2019 lalu,tapi ada kalanya saya malas kak. Tolong kak bantuan cara mengatasinya. Coba biasakan menulis sampai kelar. Meskipun hasilnya kurang bagus, gapapa. Yang penting kelar. Karena kalo ceritanya belum selesai, itulah yg bikin kita bosan. Kenapa demikian? Karena emosi kita terputus akibat berheti di tengah-tengah. Kalo ngebetulin cerita yang udah selesai, biasanya secara psikologis kita lebih semangat.
Sejak kecil saya suka menulis saya ingat sekitar kelas 1 atau 2 saya membuat buku puisi karangan saya sendiri, ada puisi tentang balon, kupu2 dan lainnya (saya lupa karena bukunya hilang) bagi saya waktu itu menulis penting dan membukukan tulisan penting karena memang akan memberikan kenangan (setidaknya utk diri sendiri). Sampai SMA saya terus menulis walau memang masih sporadis dan jarang ada yang selesai alias mandeg dan berhenti di tengah jalan (belum ada yang membimbing) saya nulis karya ilmiah walau gak ada lomba, saya nulis artikel, saya menulis puisi, cerpen, cerbung, novel, bahkan waktu SMA isi percakapan saya dengan pacar pertama dan terakhir saya, saya dokumentasikan selama pacaran (HAHA) tapi sayang laptop saya dicuri orang dan tulisan saya raib. Singkat cerita, segalanya berubah sejak kuliah, ada kejadian yg membuat saya down ditambah dengan lingkungan kuliah yang kurang mendukung yang tidak bisa saya respon dengan bijak waktu itu. Saya berhenti menulis, bahkan walau sekedar menulis what to do in one day saya berhenti, saya hidup mengalir seperti air comberan... dan saat itu otak saya benar2 tidak bisa diajak untuk menulis, walau hanya menulis diary, apalagi mengerjakan makalah (kebayang frustasinya saya saat itu, untunglah ada google yang bisa di copas hahah jangan ditiru).
Alhamdulillah 1 tahun ini saya mulai refleksi atas 5 tahun kebelakang, saya mulai coba mendewasa dan bijak merespon keadaan, hingga akhirnya saya mencoba kembali untuk menulis walau hanya di blog dan status WA dan instagram. Saya punya banyak sekali ide Om Bud, untuk menulis, tapi memang kekurangan saya adalah kurang pede dan jarang bisa menyelesaikan sebuah tulisan sampai tuntas, bagaimana mengatasi hal ini?
Jadi gini, ya, Indah. Kamu tau gak? Curhatan kamu barusan udah berupa tulisan yang bagus. Karena 90% orang menulis itu konon memang curhat. Coba baca baik-baik curhatan kamu di atas. Menarik banget konfliknya. Walaupun endingnya berupa pertanyaan, tetep aja bagus. Sebuah tulisan itu gak perlu diakhiri dengan solusi atau kesimpulan. Seringkali tulisan yang menari diakhiri dengan pertanyaan seperti curhatan kamu itu. Kelihatannya respon saya gak menjawab padahal itu jawaban terbaik dari saya. Menulis itu secara general adalah menorehkan huruf-huruf untuk keperluan apa saja. Bisa bikin laporan, bikin kontrak, bikin status di social media dll. Mengarang itu mereka-reka peristiwa untuk keperluan sesuatu. Copywriting itu adalah naskah iklan.

Sebenernya apa arti Copywriting ya? Apa artinya sama dengan Kelas Menulis? Apakah Copywriting itu identik harus orang-orang yang di industri komersial, yang idenya dituangkan lalu jadi sesuatu? Punten mau nanya, sebaik-baik komen di sosial media pasti ada pro kontra. bagaimana supaya tetep pede menyampaikam komen atau pendapat di sosial media?
Kalo mau komen di social media, usahakan bikin komen yang positif. Kalo ada temen kita yang bikin status negatif, abaikan. Kalo ada yang bikin konten positif, puji dia dengan kalimat positif.

Mau tanya, apa yang mesti kita lakukan ketika otak buntu?
Wah ini pertanyaannya gak bisa saya jawab sekarang. Karena jawabannya akan panjang sekali. Jadi saya udah bikin sesi khusus untuk pertanyaan ini di sesi berikutnya. Minimal ada tiga sesi yg khusus ngebahas ini. Sabar ya.

Sebelumnya kalo pemikiran saya bahwa untuk menghemat waktu dalam kuliah seperti WA seperti ini, pastinya akan lebih baik menggunakan "templete chat" apalagi kuliah yang disampaikan sedikit banyak kontennya sama, itu-itu saja, tapi setelah saya dapat info dari ob bud ini: "Perlu diketahui bahwa setiap kali saya mengajar, entah itu sharing tentang creative writing, storytelling, generating ideas, presentasi/public speaking dll, segmen pertama saya selalu sama, yaitu tentang CREATIVE ATTITUDE." Persepsi saya berubah, penulisan di dalam chat pun harus kreative, dan tidak mengandalkan templete yang sudah ada, jikalau ada templete, itu hanya sebagai bahan pengingat saja. Tetapi penulisan tetap harus kreative, apakah yang dimaksud creative attitude, juga sikap seperti di atas, tidak mengandalkan templet tapi mengembangkan kalimat sekreative mungkin didalam chat, dengan maksud yang sama sehingga kita bisa mengembangkan secara kreative dalam pengungkapan ide yang sudah ada di memori yang tentunya bisa dengan cara yang berbeda.
Betul! Itu yg disebut dengan creative attitude. Kita selalu ingin menulis sesuatu yg berbeda dengan orang lain. Kita selalu pengen postingan kita unik. Kita selalu membuat surprise pada orang lain. Jadi creative attitude itu adalah sikap atau mental untuk selalu berkarya yang unik. Meskipun cuma kasih komen ke orang lain atau cuma percakapan di WA.

Bagaimana caranya membuat tulisan yg unik dan jadi surprise untuk yg membacanya?
Iya itu tadi. Mulai sekarang kalo kasih komen temen kita, bikin tweet, bikin caption di IG, coba bikin sesuatu yang gak kepikiran oleh orang lain. Jangan berharap buru-buru langsung berhasil namanya juga latihan. Tapi minimal bisa dimulai dengan menuliskan sesuatu yang berbeda dulu dari orang lain. Pelan-pelan nanti tulisan kita akan jadi unik. Itu memang proses yang harus dijalani.

Closing dari Om Bud: Saya tau bahwa ada banyak dari kalian yang ketakutan dalam menulis. Takut jelek, takut dicela orang dan takut-takut yang lainnya. Oleh karena itu saya dan Kang Asep udah membuat website THE WRITERS. Itu web memang dibikin buat komunitas kita berlatih menulis. Kalian bisa latihan menulis di sana. Silakan register dan posting tulisan kalian sebanyak-banyaknya. Gak perlu takut atau malu. Sebagian besar membernya adalah murid-murid workshop kelas penulisan dari batch 1 sampe batch 8. Posting di web tersebut dan posting juga linknya di group ini lalu kita bisa saling kasih komen. Dengan demikian kita jadi saling mensupport satu sama lain. Ini linknya https://thewriters.id/  Buat yang belom daftar, register sekarang ya.

            Itulah materi dari Om Bd yang sangat panjang hingga tengah malam. Meskipun hingga tengah malam dan bola mata mulai byar pet, setiap ada lontaran amunisi menarik selalu memunculkan energi untuk tetap berbinar. Kuliah tiga jam serasa tiga menit, begitu komentar pserta yang merasa ketagihan. Materi berikutnya, tunggu tanggal mainnya.


45 komentar:

  1. Mantap tulisannya Pak berbobot dan menambah referensi kita.

    BalasHapus
  2. Banyak bgt berbagi ilmunya..
    Kereeeen👍👍👍🙏

    BalasHapus
  3. Wah mantab...sip semangat terus

    BalasHapus
  4. Panjang banget😂😂😂👍👍👍👍

    BalasHapus
  5. Masya Alloh..mantul .. Ko materinya udah lain lagi..?kayanya jadwal nya baru malam kemaren dan malam ini👍👏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu versi lengkapnya Bu. Tadi pagi versi blogger

      Hapus
  6. Super lengkap dg gambar 2nya,. topp

    BalasHapus
  7. MadyaAllah ibu..terimksih ilmunya... Mantul..

    BalasHapus
  8. Hebat, tulisan panjang dan oke.salut buat ibu yang luar biasa

    BalasHapus
  9. Hebat lengkap trima kasoh ilmunya sdh berbagi. Sy ketinggalan kereta TDK bisa ikut

    BalasHapus
  10. Senang sekali saya membaca tulisan ini.Bagus, Bu.

    BalasHapus
  11. Subhanallah.. Tulisan bagus.. Menggugah menginspirasi.. .👍

    BalasHapus
  12. Bagus bu Ismi,ikut juga jadwal yg kenaren ya.sukses selalu.

    BalasHapus
  13. Bu Ismitulisannya selalu enak untuk dinikmati
    terimakasih udah menginspirasi aku

    BalasHapus
  14. Amazing bunda, tulisannya menggigit banget, mudah dipahami ...

    BalasHapus
  15. Sangat bermanfaat catatannya..
    Terima kasih sudah berbagi.. .
    Salam literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin3. Terima kasih Ibu, telah berkenan berkunjung dan memotivasi.

      Hapus