Materi : Creative Attitude
Waktu : Selasa, 2 Juni 2020
Pukul : 20.00 – 22.00 (molor hingga
23.00)
Narsum : Om Budiman Hakim
Sesi malam ini akan diisi
materi asik dari Om Budiman Hakim.
Topiknya "Manfaat Menulis dan Creative Attitude". Om Bud memiliki
pengalaman yang sangat panjang di dunia kreatif, khususnya Creative Writing. Om
Bud adalah Creative Director dengan basis copywriting, yang telah menapaki
karier di berbagai advertising, antara lain Aim/Leo Burnett, Ogilvy & Matter, lalu tahun 1993
mendirikan MACS909 Advertising & Communications. Karya-karyanya banyak
memenangkan award di berbagai festival iklan, baik nasional maupun
internasional.
Tak cuma karya iklan, Om
Bud juga sudah menerbitkan 13 buku kreatif, antara lain Lanturan tapi Relevan,
Ngobrolin Iklan Yuk, Sex after Dugem, Gowes and Go West, Saya Pengen jadi
Creative Director, Saya Pengen jadi Copywriter, Saya Pengen Jago Presentasi,
Storytelling, Si Kampret Master Selingkuh, Menulis tanpa Ide dll. Yang baru
terbit bulan ini Copywriter is Dead. Begitulah kata pembuka moderator (Kang
Asep Herna) pada kuliah perdana.
Namanya Budiman Hakim. Di
industri Periklanan beliau biasa dipanggil ‘Om Bud’. Kita juga boleh memanggil
begitu. Beliau menganggap peserta sebagai TEMAN. Karena orang selalu merasa
lebih nyaman berada bersama temannya. Orang biasanya lebih mendengarkan apa
kata temannya dibandingkan orang lain.
Batch 9 adalah angkatan
yang termasuk paling banyak dibanding batch-batch sebelumnya. Jumlahnya total
155 orang. Angkatan sebelumnya biasanya cuma mendekati sekitar 100an peserta. Pesertanya
di sini lebih beragam. Ada mahasiswa, ada dosen, ada yang yang dari penerbitan,
ada pelukis, ada juga yang penulis buku, ada yang bekerja di pajak, ada juga
yang berbisnis kedai kopi. Umurnya juga macem-macem. Ada yang 60 tahun, ada
yang SMA, ada yang SMP bahkan ada yang berusia 9 tahun.
Dari domisili juga
mencakup jarak yang beragam. Ada yang dari Jkt, Bandung, Cirebon, Surabaya,
Malang, Kediri Ambon, Gorontalo, Banjarmasin, Balikpapan, Banjarbaru, dan ada
juga peserta yang berasal dari Bali. Bahkan ada yang dari Finland, Oman dan
Alaska. Penghargaan yang setinggi-tingginya khusus untuk yang dari luar negeri terutama
Amelia Hakeem yang dari Alaska atas semangatnya yang tinggi. Perlu diketahui
bahwa kalo di Jakarta jam 8, berarti di
tempat Amelia baru jam 5 pagi.
Banyak orang ngomong
bahwa DIA TIDAK SUKA MENULIS bahkan TIDAK PERNAH MENULIS. Nah, walaupun belum
membuat riset, walaupun tanpa data, saya
berani bilang Itu pasti hoax! Karena menulis adalah kebutuhan primer, sama
seperti halnya dengan makan, minum dan tidur.
Kita boleh bilang bahwa
kita bukan culinary Man. Tapi toh kita tetap harus makan. Begitu juga menulis.
Kita mungkin gak suka menulis. Tapi kita selalu ngetweet, kita bikin status di
FB, kita bikin caption di Instagram, kita chatting di WA dll. Kita menulis
pelajaran di kampus, kita membuat laporan di kantor dll. Artinya, suka gak
suka, kita tetap saja menulis.
Pointnya adalah, karena
kita tetap dan terpaksa harus menulis, kenapa kita tidak sekalian saja
memperdalam ilmu penulisan kita. Kenapa demikian? Karena menulis itu banyak
sekali manfaatnya.
MANFAAT MENULIS:
1. MENGABADIKAN PENGALAMAN HIDUP
Kita bisa mengabadikan
hal-hal menarik dalam hidup kita. Kenapa perlu kita abadikan?
Karena yang perlu kita wariskan pada anak
dan cucu kita bukanlah harta tapi pengalaman hidup dan wisdom kita. Menulislah!
Tidak usah malu mengungkapkan sisi hitam kita. Karena bukan sisi negatif itu
yang akan kita highlite tapi hikmah positif apa yang kita peroleh dari
peristiwa tersebut.
2. MENINGGALKAN LEGACY
Menulis membuat kita bisa
meninggalkan legacy untuk keturunan kita. Cucu-cucu yang gak sempet ketemu
kita, pasti seneng banget ketika membaca, “Wah, kakek buyut kita, Away,
ternyata dulu seorang content provider, Loh. Ih, kagum sama Opung Tony!”
“Gile, ternyata nenek buyut kita, Endang
Larasati adaah pemain piano sekaligus
pencipta lagu, loh. " "Ih, kakek buyut kita Tony ternyata pernah demo
menggulingkan presiden loh. Hebat banget. Sayang kita gak sempet ketemu
beliau.” Mengharukan, bukan? Dan kalo buku kita bagus, bukan cuma keluarga tapi
dunia akan membaca buku kita. Seperti orang bijak berkata, “If you want to know
the world, READ. If you want the world to know you, WRITE!
“If
you want to know the world, READ. If you want the world to know you, WRITE!
3. MEMBUANG SAMPAH EMOSI
Jiwa menderita, tubuh
menjerit. Itulah yang tejadi di era modern seperti sekarang. Sebagian besar
penyakit yang menggeragoti tubuh selalu datang dari masalah psikis
(Psychosomatic). Satu obat yang paling manjur adalah menulis. Menulis berfungsi
sebagai EMOTIONAL DETOX yang mampu mengusir rasa sakit, penderitaan, rasa
bersalah, kesedihan dan stress. Semua itu berpangkal dari enerji negatif yang
semakin gila datang dari media digital. Kalo semua enerji negatif tersebut
dibiarkan dalam tubuh, lama kelamaan akan mengakibatkan tubuh kita sakit. Orang
psikologi biasa menyebutnya dengan istilah FUNGSI KATARSIS, yaitu menulis mampu mencegah kita dari penyakit
psikosomatis. Jadi ketika kita sedang gelisah akan sesuatu, MENULISLAH! Maka
kegelisahanmu akan pudar. Jika kegelisahan itu terlalu personal untuk dibuka ke
publik, kalian bisa menulis tentang hal lain. Tentang apa saja semau kita.
Hasilnya? Aneh bin ajaib! Kegelisahan kita tetap menghilang. Begitu powerfulnya
menulis bagi kesehatan kita.
4. MENULIS ITU SEPERTI MAIN GAME
Main game sering disebut
dengan melampiaskan aktualisasi diri. Menulis itu persis seperti main XBOX atau
PS (Play Station). Perhatiin deh, game yang dipilih oleh anak kita. Pilihan
game yang mereka ambil sebenernya sangat mewakili harapan dan imajinasinya. Mereka
memilih game balapan karena buat mereka seru dan ternyata menjadi pembalap
adalah salah satu impiannya. Memang tidak semua impian bisa jadi kenyataan tapi
dengan main game sedikit banyak aktualisasi diri bisa terpenuhi. Sama dengan
main game, menulis juga bisa berfungsi sebagai aktualisasi diri.
Buat yg suka berkhayal pengen jadi jagoan,
pengen jadi bintang film, pengen jadi Super Hero…pokoknya jadi apa aja BISA.
5. MENULIS ITU MENCEGAH PIKUN
Tau, gak? Banyak orang
yang memasuki usia pensiun, seringkali bingung harus melakukan apa. Padahal
hidup itu adalah tentang mengejar sesuatu. Meskipun sesuatu itu adalah hal yang
sepele, tetap saja harus ada yang dikejar. Itu sebabnya banyak pensiunan cepat
meninggal karena mereka gak punya sesuatu yang harus dikejar. Mereka stress dan
merasa gak berguna menjalani hidup. Padahal Masa Pensiun itu bukanlah periode
di mana kita tidak mengerjakan apa-apa. BUKAN! Masa pensiun adalah masa di mana
kita mempunyai kebebasan untuk memilih pekerjaan yang kita sukai. Karena butuh
kegiatan dan membutuhkan sesuatu untuk dikejar, akhirnya para pensiunan
tersebut mencoba berkebun, kursus melukis atau kursus MENULIS.
Berdasarkan hal itulah,
saya berpendapat, daripada menunggu tua baru belajar menulis lebih baik KITA
BELAJAR DARI SEKARANG. Apalagi buat yang
muda2. Manfaatkanlah belajar menulis dari sekarang. Kalo kita hobby menulis, ketika tua nanti,
kita mempunyai kegiatan yang menyenangkan. Kita bisa berkarya, menulis
sepuasnya, menerbitkan beberapa buku karena di zaman muda dulu sering tertunda
oleh kegiatan lainnya.
Artinya dari muda sampai
tua, kita akan selalu mempunyai sesuatu yang menyenangkan untuk DIKEJAR. Dan
hebatnya lagi, kegiatan menulis akan membuat kita terhindar dari penyakit
pikun. Kok bisa begitu? Karena jika otak kita sering digunakan untuk
berimajinasi dan berpikir maka otak kita akan terasah terus. Orang yang terkena
penyakit pikun biasanya adalah orang yang kurang menggunakan otaknya untuk
berpikir. Akibatnya otaknya tak terasah dan lama kelamaan menjadi tumpul. Dan
pada gilirannya kita akan menjadi pikun.
Otak adalah hadiah
terhebat dari semua organ tubuh yang kita terima dari Tuhan. Secara umum
manusia yang paling pinter pun (termasuk Einstein) konon baru menggunakan kapasitas otaknya
sebesar 17%. Jadi bisa dibayangkan bagaimana hebatnya jika kita bisa memaksimalkan
otak kita. Pastinya karya kita akan sangat bagus.
Ada teori yang mengatakan
bahwa secara umum manusia terbagi dalam dua tipe; 1. Tipe pembicara dan 2. Tipe
pendengar. Terus terang saya kurang sepakat dengan teori itu. Minimal di
lingkungan saya, semua orang ingin menjadi pembicara sekaligus ingin didengarkan.
Ada cukup banyak
anak-anak bahkan dewasa yg merasa terkucil. Kenapa? Karena mereka merasa
ortunya sibuk dan cuek. Mau cerita kok mereka males2an dengerin kita. Kalo itu
yang terjadi pada kita, maka menulislah. Ketika orang memutuskan untuk membaca
tulisan kita berarti dia dengan rela mendudukkan dirinya sebagai pendengar. Dan
kita sebagai penulisnya tentu saja adalah pembicaranya.
KESIMPULAN:
Sekarang kita sudah mengetahui
betapa banyak manfaat dan betapa pentingnya pengetahuan tentang penulisan. Perlu
dipahami bahwa segala kegiatan yang kita lakukan hampir semuanya berhubungan
dengan penulisan. Kita mau berjualan di IG, mau jadi stand up comedian,
berdakwah, presentasi, membuat film, membuat album lagu, melakukan penelitian
dll, semua berhubungan dengan dunia PENULISAN!
Sejak kemunculan dunia
digital, sekonyong-konyong ilmu penulisan malah semakin naik pamornya. Di
social media semua orang menulis, baik itu di WA, LINE, twitter, Youtube,
Facebook, Instagram, dll. Itu sebabnya ilmu penulisan menduduki porsi yang
sangat mendominasi. Itu juga sebabnya belakangan ini kita melihat berbagai
penawaran workshop tentang penulisan/copywriting begitu tinggi. Kenapa
demikian? Karena eksistensi manusia sekarang bukan di dunia nyata. Eksistensi
manusia sekarang ada di dunia digital. Dan untuk mempunyai eksistensi yang
tinggi di dunia digital, senjata utamanya adalah MENULIS!
Jadi teman-teman, yuk
kita tanamkan tekad: KITA HARUS BELAJAR DAN MEMPERDALAM ILMU MENULIS. If you
type your name in Google and you don't find it, techically you're dead!
Perlu diketahui bahwa
setiap kali saya mengajar, entah itu sharing tentang creative writing,
storytelling, generating ideas, presentasi/public speaking dll, segmen pertama
saya selalu sama, yaitu tentang CREATIVE ATTITUDE. Saya tidak pernah
mengajarkan kalimat template karena, buat saya, itu melecehkan kecerdasan otak
kita. Bahasa itu bukan template. Bahasa itu adalah soal rasa.
Tuhan itu adalah FATHER
OF CREATION. Satu-satunya bakat yang diberikan pada manusia namun tidak
diwariskan pada makhluk lain adalah berkarya (creation, to create and
creative). Jadi saya punya pemahaman bahwa Creative Attitude sangat penting dan
merupakan landasan atau infrastruktur utama dari kreativitas kita.
CREATIVE ATTITUDE
CREATIVE ATTITUDE.
Perlu dipahami bahwa
KREATIVITAS ITU ADALAH SIKAP HIDUP. BUKAN JOB DESKRIPSI. Bersikap kreatif
jangan hanya dilakukan ketika kita sedang mendapat pekerjaan.
Bersikap kreatif jangan hanya dilakukan
ketika kita sedang mendapat masalah. Creative Attitude harus menjadi sikap
hidup kita sehari-hari.
Meskipun sedang tidak ada
proyek, meskipun sedang tidak ada masalah, KITA HARUS SELALU BERSIKAP KREATIF. Temen
saya pernah bercerita tentang seorang kerabatnya yang berasal dari Aceh yang
bernama Farhan. Farhan ini selalu mengaku tidak suka menulis. Bahkan dia
cenderung menganggap remeh kegiatan menulis. Namun sebuah peristiwa besar telah
merubah paradigma yang selama ini dianutnya. Tentu kita masih ingat bencana
Tsunami yang terjadi di Aceh. Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat
tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, pada tanggal 26 Desember 2004. Tsunami
dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada
Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Keluarga Farhan adalah
salah satu korban dari gelombang Tsunami yang mengerikan itu.
Orang tuanya selamat. Tapi
dalam bencana tersebut, dia kehilangan isteri dan 2 anaknya. Farhan merasa sangat sedih dan terpukul. Rasa
kehilangan yang begitu berat membuatnya sangat menderita. Dia merasa depresi
dan sering berteriak-teriak karena beban yang begitu menyesakkan dada tentunya
harus dikeluarkan. Saat berkonsultasi di sebuah klinik untuk meredam
kesakitannya, Psikiater yang merawatnya menganjurkan Farhan untuk menulis.
Farhan mencoba terapi
itu. Dan perlahan-lahan dia mulai menikmati kegiatan menulis itu. Dan percaya,
gak? Setiap kali habis menulis, dia merasa bebannya menjadi lebih ringan. Akhirnya
dia menulis dan menulis lagi untuk mengeluarkan beban berat yang selama ini
menindih hatinya. Alhamdulillah akhirnya dia sembuh. Dan sampe sekarang dia
masih terus menulis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bencana Tsunami telah
menjadi PEMICU baginya untuk menulis.
Farhan yang mengaku tidak
suka menulis akhirnya menulis. Tapi perlu dicatat bahwa dia membutuhkan PEMICU
YANG BESAR untuk memaksanya menulis.
Kasus lain lagi. Seorang
sahabat saya di Yogya pernah menganalisa tentang Ebiet GAD. Saya gak tau
kebenaran cerita ini tapi analisanya sangat menarik, jadi gak ada salahnya saya
share di sini buat kita semua berkaca. Menurut teman saya tersebut, Ebiet GAD
sangat kreatif dan banyak membuat lagu ketika hidupnya masih susah. Kesehariannya
sering diisi dengan cara menggelandang di Malioboro dan merenung di pantai
Parang Tritis. Konon orang sering ngeliat dia ngamen di sepanjang Malioboro. Beban
yang ada di pundaknya menjadi PEMICU yang dia lampiaskan dengan mencipta lagu. Dan
percaya gak? Lagunya bagus-bagus.
Bahkan akhirnya dia
mendapat kesempatan untuk rekaman dan albumnya meledak. Dia mendadak menjadi
terkenal, mendapat banyak penghargaan dan bergelimang dengan uang. Konon dia
lalu menikah dengan sesama artis dan tinggal di rumah mewah di bilangan Kebayoran
Baru. Jadi Ebiet hidup tenang versama keluarganya dari hasil karyanya. Namun
selanjutnya apa yang terjadi? Setelah dia hidup mapan, kita tidak pernah lagi
mendengar karyanya meledak. Kita tidak tahu apakah dia masih mencipta lagu atau
tidak. Tapi apa yang terjadi pada Ebiet memang banyak dialami sebagian besar
seniman.
Banyak yang setelah menjadi
kaya, mereka sulit sekali berkarya. Bukannya mereka tidak mau. Setiap hari
mereka berusaha mencipta lagu. Mereka sudah berusaha mati-matian tapi tetap saja
tidak terlahir lagu-lagu yang kualitasnya sama dengan jaman mereka hidup susah
dulu. Aneh, kan? Kenapa bisa terjadi begitu?
Rupanya ketika hidup
mapan, mereka merasa tidak lagi mempunyai PEMICU. Dulu beban yang ada di
pundaknya bisa dia konversikan menjadi lagu. Tapi ketika hidup mapan tanpa
beban? Ide-idenya gak keluar. Otaknya buntu. Mereka membutuhkan ‘kekejaman
Tuhan’ berupa beban hidup sebagai PEMICU untuk berkarya. Banyak seniman di
dunia ini mengalami hal yang seragam. Mereka punya karya yang mumpuni saat
sedang menderita tapi blank ketika hidupnya sudah mapan.
Nah, di sinilah
pentingnya CREATIVE ATTITUDE! Kalo kita memiliki Creative Attitude, KITA TIDAK
MEMBUTUHKAN PEMICU YANG BESAR UNTUK BERKARYA. Kita tidak butuh bencana Tsunami
untuk memaksa kita menulis. Kita tidak butuh beban penderitaan hidup untuk
berkarya.
Sebuah kata atau kalimat
sederhana akan menjelma sebagai PEMICU jika CREATIVE ATTITUDE sudah menyatu
dengan aliran darah kita. Sehelai daun jatuh, sudah cukup untuk membuat kita
menulis. Tangis bayi tetangga sudah cukup menjadi pemicu kita untuk berkarya.
Dari pemaparan di atas, kita tentu setuju
bahwa creative attitude itu sangat penting dan harus dilatih secara terus
menerus.
Bagaimana cara MELATIH CREATIVE ATTITUDE?
Caranya simple aja. Kita bisa belajar dari
hal-hal yang kecil dulu. Misalnya: KOMEN DI SOCIAL MEDIA. Di jaman sekarang
banyak waktu kita tersita di social media. So, supaya gampang, ayok kita
manfaatkan situasi itu. Pasti kalian sering ngasih komen di social media orang
lain, kan? Guys, please! Jangan bikin temen kita muak dengan ucapan selamat
kita! Bikin dong kalimat sendiri yang baru. Temen kita juga akan seneng
bacanya. Jangan bikin temen kita illfeel. Jangan bikin temen kita muak!!!
Kasus selanjutnya. Temen
kita bercerita tentang seorang isteri yang dateng ke kantor suaminya. Sang isteri
tersebut mau ngecek karena mencurigai suaminya berselingkuh dengan
resepsionisnya. Terus kita ngasih komen, “Pengalaman pribadi, ya?”
Ya, ampun! Wake up, guys!
Komen seperti itu juga pasti akan dituliskan oleh oleh orang lain. Kita perlu
mengantisipasi kira-kira orang lain akan komen apa. Nah, kita harus bikin yang
lain. Yang unik. Yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Begitulah basic
menanamkan CREATIVE ATTITUDE dalam diri kita.
Kalo kita nonton film,
pasti kan kita seneng kalo filmnya gak ketebak. Iya, kan? Kalo ceritanya
ketebak, kita pasti akan mengatakan bahwa film itu jelek. Nah, seharusnya
pemahaman itu juga kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan menjadi
orang yang disukai dilingkungan kita karena kita gak ketebak. Kita orang yang penuh
surprise. Dan itu bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya ya membuat surprise
di setiap postingan kita. Baik itu di IG, FB, Twitter, WA, LINE dll.
Jangan mau jadi orang
generik. Jadilah orang yang unik. Dan semua itu hanya bisa dicapai kalo kita memiliki
CREATVE ATTITUDE. Jadi bisa disimpulkan bahwa CREATIVE ATTITUDE adalah sikap
hidup yang harus selalu dilakukan dalam keseharian kita. Jadi mulai sekarang
mulailah melatih creative attitude kita. Berlatihlah setiap hari. Buatlah
surprise meskipun di hal-hal sepele.
Creative attitude
bukan bagaimana kita berkarya. Creative attitude adalah SIKAP untuk
selalu berkreasi. Creative Attitude adalah MENTAL untuk selalu menciptakan
hal-hal yang baru.
Sesi Tanya Jawab
Mau tanya terkait
motivasi menulis. Saya ini trauma mau nulis soalnya dulu pernah nulis cerpen
series banyak banget yg baca. Tapi setelah beberapa lama pembaca hilang satu-satu.
Saya merasa saya nulisnya kurang menarik, terlalu eksperimental, makanya banyak
yang gak suka. Akhirnya jadi trauma nulis. Gimana cara mengatasinya?
Perlu dipahami benar bahwa menulis itu
bukan untuk menyenangkan orang lain. Menulis itu untuk menyenangkan diri
sendiri. Kalo kebetulan orang lain seneng, anggap aja itu bonus. Ada banyak
orang yg baca tulisan kita, Mereka seleranya beda2. Mereka cara menilainya juga
beda-beda. Kalo nurutin mereka ya susah. Jadi nasihat saya, ikutin aja
keinginan kita sendiri. Karena itu yang paling benar.
Saya seorang pembicara
parenting pengin nulis selalu mentog padahal materi banyak.
Beberapa kali coba tapi begitu-begitu saja
ga berkembang padahal klo orang nanya saya selalausiap dengan jawaban-jawaban.
Akhirnya banyak tulisan yang hanya sepotong-sepotong monoton tidak berkembang.
Akhirnya males nerusin begitu seterusnya. Padahal saya sangat ingin nulis jadi
satu buku. Kelemahan saya lagi saay males baca. Komplit dah. Mohon saran kak.
Trimksh.
Kalo setiap pertanyaan, kamu selalu punya
jawabannya. Coba catat semua pertanyaan itu dan jawabannya. Kalo udah cukup
banyak lalu kompilasi. Kemudian semua tulisan tentang pertanyaan dan jawaban
tersebut jadikan buku seperti adanya. "100 pertanyaan tentang parenting
yang perlu diketahui oleh para ortu." Pasti jadi deh bukunya.
Saya mau tanya, persiapan
yang paling penting untuk nulis memoar, itu apa?
Gak perlu persiapan apa-apa. Nulis ya
nulis aja. Karena ide itu dikasih Tuhan seringkali sifatnya random. Jadi kita
tulis sesuai dengan yang muncul di kepala. Kalo Kalo mau nulis tentang memoir tentunya
kita harus punya data dan riset. Jadi kita bisa menuliskan data yang paling
menggugah emosi. Kalo belom punya ide, tulis aja apa adanya. Tapi harus beneran
diketik karena hasil ketikan kita di layar screen bisa berfungsi untuk
memancing ide muncul.
Apa keutamaan
menulis supaya diketahui orang, dari
langsung menceritakan ke beberapa orang yang kemungkinan besar akan meretell
story kita ke orang lain?
Kalo mau menulis, nawaitu-nya harus
berangkat dari keinginan untuk menebar kebaikan. Jadi seperti yang saya
tuliskan di atas bahwa menulis itu untuk menyenangkan diri sendiri. Bukan
menyenangkan orang lain. Dengan pemahaman itu, insya Allah orang lain juga
suka. Kenapa? Karena tulisan kita jadinya jujur dan berenerji positif.
Bagaimana kita tahu bahwa
kita bisa menulis atau tidak? Apa standarnya? Sedangkan penilaian seseorang
terhadap tulisan itu, tergantung dari pengalaman serta sudut pandangnya. Apakah
menulis itu soal bakat? Apa bisa karena berlatih?
Kalo kita masih suka bikin status di FB.
Masih ngetweet, masih main WA dan masih bikin caption di IG, berarti kita bisa
nulis. Artinya semua orang pasti bisa nulis. Dan sekali lagi kenapa kita harus
terganggu dengan penilaian orang lain? Menulis itu tujuannya untuk menyenangkan
diri sendiri. Bukan orang lain.
Sebagai
orang yang bekerja di bidang marketing juga, saya merasa beberapa kali bisa
dapet ide ketika keadaan terjepit deadline. Tapi kalau lagi nyantai yang
padahal ingin dapet ide untuk marketing malah gak kepikiran apa-apa. Apakah
dapet ide saat terjepit deadline itu bagian dari creative attitude atau tidak?
Sebenarnya hal ini baik atau tidak? Tapi memang betul sih kalau lagi mengalami
emosi seperti marah/sedih/senang di kehidupan pribadi jadi kepikiran ide ingin
menulis tapi gimana caranya biar bisa jadi ide iklan ya?
Kasus kamu kan persis seperti Farhan dan
Ebiet. Farhan butuh bencana untuk menulis. Ebiet butuh beban hidup untuk
berkarya. Kenapa? Karena mungkin mereka tidak mempunyai creative attitude. Kao
kita punya creative attitude, kita gak butuh bencana alam untuk berkarya. Kita
gak butuh penderitaan hidup untuk berkreasi. Jadi jawaban dari pertanyaan kamu
adalah kamu harus melatih creative attitude. Kita gak butuh klien yg galak atau
deadline untuk berkarya. Dengan creative attitude, pemicu yg paling sepele
sudah cukup untuk kita mendapatkan ide.
Bagaimana caranya
"Rasa" bisa tajam dan cara memeliharanya? Tips dan trik nya tiap hari
harus ngapain?
Ada beberapa orang yang sangat peka dan
langsung tergugah emosinya. Misalnya para seniman, mereka sering nangis ngeliat
sesuatu yang buat kita biasa aja. Atau ketawa padahal buat kita gak gitu lucu.
Tapi itu bagus, artinya dia dengan mudah bisa melampiaskan perasaannya itu
dalam karya. Sementara beberapa orang lainnya sangat tidak peka. Orang-orang
seperti ini memang harus berlatih agar lebih peka. Caranya adalah bagaimana
memaksimalkan pancaindera. Biasakan semua yg tertangkap pancaindera itu segera
kirim ke otak dan diolah di sana menjadi karya. Dan ituah yang sedang kita
bahas sekarang. CREATIVE ATTITUDE.
Biasanya kalimat apa yang
tepat untuk pembuka dalam satu artikel? Apa yang menggambarkan suasana atau
waktu atau tokoh. Mohon penjelasanya!
Gak ada patokannya. Tapi kalo kita mau
menulis fiksi, kta harus memahami bahwa sebuah cerita yg bagus adalah yg
menggugah emosi. Jadi kita bisa mulai dari sana. Setelah itu baru kita pikirin apa
kalimat pembukanya dan gimana penutupnya. Jadi kita fokus pada emotional
momentnya dulu. Yang lain mah belakangan aja.
Seringkali merasa ada
banyak yang ingin diceritakan, tapi ketika pada niat mau menulis bingung mau
mulai dari mana dan ketika akhirnya sudah dituangkan dalam tulisan dan dibaca
ulang, merasa tulisan yang sudah dibuat tadi kurang menarik atau tidak
menemukan titik klimaksnya. Bagaimana untuk mengatasi hal tsb?
Jadi setiap kali mau nulis, kita temukan
dulu emotional momentnya. Biasaya emotional moment yg paling besar ada pada
konfliknya. Kita fokus ke emotional moment itu. Kita kasih dramatisasi supaya
emosinya makin besar dan mampu membuat pembaca terbawa pada moment emotional
itu. Kalau emotional momentnya udah dapet pasti deh ceritanya jadi menarik.
Bagaimana cara melakukan
olah rasa dan menuangkannya dalam bentuk tulisan?bagaimana cara menyinkronkan
perasaan kita ke dalam bentuk tulisan sehingga orang paham apa yang kita rasa?
Ketika kita sedang menulis, usahakan fokus
pada tulisan kita. Fokus itu adalah momen ketika kamu dipanggil oleh orang lain
tapi gak denger. Atau ada orang lain kamu gak terganggu. Kamu sudah terlalu
larut dengan tulisan yg kamu tulis. Nah, di saat itulah emosi penulis akan
terkirim secara maksimal ke dalam tulisan yang kita tulis. Bahkan tulisan kita
malahan bisa lebih besar emosinya dari yang ada di dada kita. Caranya adalah
dengan menambah dramatisasi.
Ketika kita membuang
emosi dgn menulis, pasti banyak hal-hal yang berhasil kita tulis dengan mudah
dan lancar. Tapi kenapa seringkali ketika tulisan itu ingin dituang menjadi ide
cerita, rasanya sulit sekali, seperti buntu. Nah apa ada kiat kiat tertentu
mengatasi hal tsb?
Justru mebuang sampah emosi itu seharusnya
yang paling gampang. Misalnya kita diputusin oleh pacar kita. Pastinya kita
marah, kesel dan kecewa, kan? Kita bisa langsung menulis "Ketika Tuhan
melepaskan seseorang dalam hidupku, itu artinya Tuhan telah menyediakan orang
yang lebih baik darinya. Alhamdulillah." Pasti deh langsung lega.
Bagaimana membuat novel
agar konsisten dari awal sampai akhir. Selama ini yang saya tahu untuk membuat
novel itu harus menggunakan outline. Tapi entah kenapa setelah saya coba pakai
outline kok malah rasanya jadi susah. Rasanya imajinasi saya seperti dibatasi.
Sedangkan jika tidak pakai outline, cerita bisa lancar, hanya saja kadang jadi
kurang kuat di penokohan (si tokoh sifatnya seakan labil, kurang kuat). Jadinya
suka bingung sendiri. Selama ini jadinya hanya bisa buat cerpen. Padahal pengen
banget bisa bikin novel yang bener-bener kuat di alur dan penokohan. Tapi ya
itu tadi masalah saya, Om. Mohon pencerahannya.
Saya udah bikin 13 buku. Dan gak pernah
pake outline. Kenapa? Karena alasannya persis kayak kamu. Seperti yg saya tulis
di atas, ide itu sering datengnya random. Saya pernah nulis novel Bab 1. Tahu-tahu
mendadak dapet ide tapi cocoknya untuk Bab 9. Terus? Yang mana yang saya harus
dahulukan? Akhirnya saya nulis cerpen, persis kayak kamu juga, kan? Tapi saya
nulisnya selalu dengan tokoh yang sama. Setelah jadi 5 sampe 10 cerpen, baru
saya kompilasi jadi buku. Saya tarok sesuai urutan kejadiannya.
Nah bagian yang gak
cocok, saya bikin bridging atau jembatan, supaya kontinyuitasnya mulus. Dan percaya
gak? Ketika saya lagi bikin bridging, saya selalu dapet ide lagi bahkan jauh
lebih bagus dari bab-bab yang lainnya.
Bagaimana dengan orang yang
memang sudah punya bakat menulis? Gak terlalu susah buat mereka untuk
mengungkapkan perasannya. Dibandingkan dengan ”kita-kita” yang masih harus ”belajar”.
Rudi Hartono pernah bilang bahwa bakat itu
cuma 1% dan latihan 99%. Masalah adalah latihan itu memang membosankan. Jadi
tunggu sesi-sesi berikutnya ya? Nanti akan ada cara berlatih tapi menyenangkan.
Saya punya pertanyaan
buat Om Bud. Saya punya banyak keresahaan buat bahan tulisan, pertanyaannya
adalah saya harus mulai dari mana ya? Gimana cara mulainya? Makasih.
Keresahan adalah cara Tuhan memberi ide
buat kita untuk menulis. Makanya orang sering berkata pada para penulis,
"Tetaplah gelisah, Kawan. Agar kau selalu menuliskan keresahanmu lalu
menjelma menjadi buku yang menginspirasi kita." Jadi keresahan itu harus
disyukuri. Caranya adalah cari emotional moment dari keresahan itu. Mulailah
dari sana.
"Sehelai daun jatuh
sudah bisa menjadikan ide kita untuk menulis." Pertanyaannya, apakah
membutuhkan tulisan yang panjang lebar untuk menggambarkan momen tersebut?
Kita tidak usah mempermasalahkan akan jadi
seberapa panjang tulisan kita. Nikmatilah menulis dan biarkan cerita kita
selesai dengan panjang yang ideal. Apakah panjang jadinya? Apakah pendek? Itu
gak penting. Yang penting adalah apakah emosi dalam diri kita sudah tertuang
seutuhnya dalam tulisan itu.
Bahasa itu adalah soal
rasa. tentu bisa diartikan menulis itu "mengconversi rasa menjadi
tulisan" dan kemampuan ini perlu dilatih dan ada skill yang bisa kita
pelajari tentunya. Hal ini tentunya mematahkan anggapan bahwa untuk menulis
perlu BAKAT! Ini yg kadang menjadi momok.Yang jadi pertanyaan seberapa
pentingnya BAKAT dalam menulis dibanding kan jam terbang menulis? Dan bagai
mana mengatasi " aku harus mulai dari mana dulu" dalam menulis?
Rudi Hartono pernah bilang bahwa bakat itu
cuma 1% dan latihan 99%. Masalahnya adalah memang latihan itu membosankan. Jadi
tunggu sesi2 berikutnya ya? Nanti akan ada cara
Saya kan ada nulis cerita
di aplikasi wattpad Kak, tapi kadang saat masa nulis ada rasa bosennya, bagaimana
sih Kak cara kita mengatasi rasa malas yang menghampiri kita disaat kita
menulis: Jujur nih kak. Saya penulis amatiran. Hobi nulis dari SD tapi berani
nulis ceritanya di tahun 2019 lalu,tapi ada kalanya saya malas kak. Tolong kak
bantuan cara mengatasinya. Coba biasakan menulis sampai kelar. Meskipun
hasilnya kurang bagus, gapapa. Yang penting kelar. Karena kalo ceritanya belum
selesai, itulah yg bikin kita bosan. Kenapa demikian? Karena emosi kita
terputus akibat berheti di tengah-tengah. Kalo ngebetulin cerita yang udah
selesai, biasanya secara psikologis kita lebih semangat.
Sejak kecil saya suka
menulis saya ingat sekitar kelas 1 atau 2 saya membuat buku puisi karangan saya
sendiri, ada puisi tentang balon, kupu2 dan lainnya (saya lupa karena bukunya
hilang) bagi saya waktu itu menulis penting dan membukukan tulisan penting
karena memang akan memberikan kenangan (setidaknya utk diri sendiri). Sampai
SMA saya terus menulis walau memang masih sporadis dan jarang ada yang selesai
alias mandeg dan berhenti di tengah jalan (belum ada yang membimbing) saya
nulis karya ilmiah walau gak ada lomba, saya nulis artikel, saya menulis puisi,
cerpen, cerbung, novel, bahkan waktu SMA isi percakapan saya dengan pacar
pertama dan terakhir saya, saya dokumentasikan selama pacaran (HAHA) tapi
sayang laptop saya dicuri orang dan tulisan saya raib. Singkat cerita,
segalanya berubah sejak kuliah, ada kejadian yg membuat saya down ditambah
dengan lingkungan kuliah yang kurang mendukung yang tidak bisa saya respon
dengan bijak waktu itu. Saya berhenti menulis, bahkan walau sekedar menulis
what to do in one day saya berhenti, saya hidup mengalir seperti air
comberan... dan saat itu otak saya benar2 tidak bisa diajak untuk menulis,
walau hanya menulis diary, apalagi mengerjakan makalah (kebayang frustasinya
saya saat itu, untunglah ada google yang bisa di copas hahah jangan ditiru).
Alhamdulillah 1 tahun ini
saya mulai refleksi atas 5 tahun kebelakang, saya mulai coba mendewasa dan
bijak merespon keadaan, hingga akhirnya saya mencoba kembali untuk menulis
walau hanya di blog dan status WA dan instagram. Saya punya banyak sekali ide Om
Bud, untuk menulis, tapi memang kekurangan saya adalah kurang pede dan jarang
bisa menyelesaikan sebuah tulisan sampai tuntas, bagaimana mengatasi hal ini?
Jadi gini, ya, Indah. Kamu tau gak?
Curhatan kamu barusan udah berupa tulisan yang bagus. Karena 90% orang menulis
itu konon memang curhat. Coba baca baik-baik curhatan kamu di atas. Menarik
banget konfliknya. Walaupun endingnya berupa pertanyaan, tetep aja bagus. Sebuah
tulisan itu gak perlu diakhiri dengan solusi atau kesimpulan. Seringkali
tulisan yang menari diakhiri dengan pertanyaan seperti curhatan kamu itu. Kelihatannya
respon saya gak menjawab padahal itu jawaban terbaik dari saya. Menulis itu
secara general adalah menorehkan huruf-huruf untuk keperluan apa saja. Bisa
bikin laporan, bikin kontrak, bikin status di social media dll. Mengarang itu
mereka-reka peristiwa untuk keperluan sesuatu. Copywriting itu adalah naskah
iklan.
Sebenernya apa arti
Copywriting ya? Apa artinya sama dengan Kelas Menulis? Apakah Copywriting itu
identik harus orang-orang yang di industri komersial, yang idenya dituangkan
lalu jadi sesuatu? Punten mau nanya, sebaik-baik komen di sosial media pasti
ada pro kontra. bagaimana supaya tetep pede menyampaikam komen atau pendapat di
sosial media?
Kalo mau komen di social media, usahakan
bikin komen yang positif. Kalo ada temen kita yang bikin status negatif,
abaikan. Kalo ada yang bikin konten positif, puji dia dengan kalimat positif.
Mau tanya, apa yang mesti
kita lakukan ketika otak buntu?
Wah ini pertanyaannya gak bisa saya jawab
sekarang. Karena jawabannya akan panjang sekali. Jadi saya udah bikin sesi
khusus untuk pertanyaan ini di sesi berikutnya. Minimal ada tiga sesi yg khusus
ngebahas ini. Sabar ya.
Sebelumnya kalo pemikiran
saya bahwa untuk menghemat waktu dalam kuliah seperti WA seperti ini, pastinya
akan lebih baik menggunakan "templete chat" apalagi kuliah yang
disampaikan sedikit banyak kontennya sama, itu-itu saja, tapi setelah saya
dapat info dari ob bud ini: "Perlu diketahui bahwa setiap kali saya
mengajar, entah itu sharing tentang creative writing, storytelling, generating
ideas, presentasi/public speaking dll, segmen pertama saya selalu sama, yaitu
tentang CREATIVE ATTITUDE." Persepsi saya berubah, penulisan di dalam chat
pun harus kreative, dan tidak mengandalkan templete yang sudah ada, jikalau ada
templete, itu hanya sebagai bahan pengingat saja. Tetapi penulisan tetap harus
kreative, apakah yang dimaksud creative attitude, juga sikap seperti di atas,
tidak mengandalkan templet tapi mengembangkan kalimat sekreative mungkin
didalam chat, dengan maksud yang sama sehingga kita bisa mengembangkan secara
kreative dalam pengungkapan ide yang sudah ada di memori yang tentunya bisa
dengan cara yang berbeda.
Betul! Itu yg disebut dengan creative
attitude. Kita selalu ingin menulis sesuatu yg berbeda dengan orang lain. Kita
selalu pengen postingan kita unik. Kita selalu membuat surprise pada orang
lain. Jadi creative attitude itu adalah sikap atau mental untuk selalu berkarya
yang unik. Meskipun cuma kasih komen ke orang lain atau cuma percakapan di WA.
Bagaimana caranya membuat
tulisan yg unik dan jadi surprise untuk yg membacanya?
Iya itu tadi. Mulai sekarang kalo kasih
komen temen kita, bikin tweet, bikin caption di IG, coba bikin sesuatu yang gak
kepikiran oleh orang lain. Jangan berharap buru-buru langsung berhasil namanya
juga latihan. Tapi minimal bisa dimulai dengan menuliskan sesuatu yang berbeda
dulu dari orang lain. Pelan-pelan nanti tulisan kita akan jadi unik. Itu memang
proses yang harus dijalani.
Closing dari Om Bud: Saya tau bahwa ada
banyak dari kalian yang ketakutan dalam menulis. Takut jelek, takut dicela
orang dan takut-takut yang lainnya. Oleh karena itu saya dan Kang Asep udah
membuat website THE WRITERS. Itu web memang dibikin buat komunitas kita
berlatih menulis. Kalian bisa latihan menulis di sana. Silakan register dan
posting tulisan kalian sebanyak-banyaknya. Gak perlu takut atau malu. Sebagian
besar membernya adalah murid-murid workshop kelas penulisan dari batch 1 sampe
batch 8. Posting di web tersebut dan posting juga linknya di group ini lalu
kita bisa saling kasih komen. Dengan demikian kita jadi saling mensupport satu
sama lain. Ini linknya https://thewriters.id/
Buat yang belom daftar, register
sekarang ya.
Itulah materi dari
Om Bd yang sangat panjang hingga tengah malam. Meskipun hingga tengah malam dan
bola mata mulai byar pet, setiap ada lontaran amunisi menarik selalu
memunculkan energi untuk tetap berbinar. Kuliah tiga jam serasa tiga menit,
begitu komentar pserta yang merasa ketagihan. Materi berikutnya, tunggu tanggal
mainnya.
Mantap tulisannya Pak berbobot dan menambah referensi kita.
BalasHapusAamiin3
HapusBanyak bgt berbagi ilmunya..
BalasHapusKereeeen👍👍👍🙏
Terima kasih
HapusWah mantab...sip semangat terus
BalasHapusAamiin3
HapusMantap sangat bu ismi kerenn
BalasHapusTerima kasih Bu Aam
HapusAsyikk panjang dan super lengkap ini
BalasHapusHiya Buuu. Panjangggg sampe ngantukk
HapusPanjang banget😂😂😂👍👍👍👍
BalasHapusHiya Bu
HapusMantap..
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMasya Alloh..mantul .. Ko materinya udah lain lagi..?kayanya jadwal nya baru malam kemaren dan malam ini👍👏
BalasHapusItu versi lengkapnya Bu. Tadi pagi versi blogger
HapusSuper lengkap dg gambar 2nya,. topp
BalasHapusNgikut jejak Bu Nani
HapusMadyaAllah ibu..terimksih ilmunya... Mantul..
BalasHapusSama2 Bu. Terima kasih
HapusSemakin ok
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusHebat, tulisan panjang dan oke.salut buat ibu yang luar biasa
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusHebat lengkap trima kasoh ilmunya sdh berbagi. Sy ketinggalan kereta TDK bisa ikut
BalasHapusSdh kontak Kak Devina?
HapusSenang sekali saya membaca tulisan ini.Bagus, Bu.
BalasHapusTerima kasih
HapusKeren banget bu
BalasHapusTerima kasih Bu Elly
HapusSubhanallah.. Tulisan bagus.. Menggugah menginspirasi.. .👍
BalasHapusAamiin3
HapusBagus bu Ismi,ikut juga jadwal yg kenaren ya.sukses selalu.
BalasHapusAamiin3. Iya Bu. Ikut
HapusBu Ismitulisannya selalu enak untuk dinikmati
BalasHapusterimakasih udah menginspirasi aku
Alhamdulillah, terima kasih Bu Ira
HapusMantappppp
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusAmazing bunda, tulisannya menggigit banget, mudah dipahami ...
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih Bu
Hapussiip ... memotivasi
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih.
HapusSangat bermanfaat catatannya..
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi.. .
Salam literasi
Aamiin3. Terima kasih Ibu, telah berkenan berkunjung dan memotivasi.
Hapussaluuuut...sangat bermanfaat.
BalasHapus