Kamis, 11 Juni 2020

JANGAN REMEHKAN RIMA


Materi             : Jangan Pernah Remehkan Rima
Waktu             : Kamis, 11 Juni 2020
Narasumber    : Om Budiman Hakim
Sumber           : Pembelajaran Kelas The Writers bersama Ombud

Sebelum memasuki sesi 6 (Jangan Pernah Meremehkan Rima) Om Budiman sedikit mereview tentang Metode ‘Menulis Tanpa Ide’ yang dilatihkan malam sebelumnya. “Namanya juga baru latihan satu kali dilakukan, pastinya belom terlalu ngelotok, kan?” begitu tutur Om Budiman.
Ada beberapa catatan yang mungkin perlu diingat. Dalam metode “Menulis Tanpa Ide”  kita harus menuliskan MINIMAL 6 benda. Mau lebih juga boleh tapi jangan terlalu banyak. Keenam benda tersebut berfungsi sebagai PIJAKAN untuk mulai menulis. Jadi kita sebenernya bukan hanya sekedar menuliskan HURUF tapi juga membuat pijakan untuk BERIMAJINASI.
Mulailah menulis berdasarkan benda pertama. Biarkan imajinasi kita bergerak berdasarkan tulisan yang kita buat. Nah, ini yang paling penting: Selama masih seru bermain dengan imajinasi dari sebuah benda, biarkan proses menulis tersebut berjalan. JANGAN BURU-BURU MASUK KE BENDA KEDUA!!!! Nikmatin aja berimajinasi dengan benda pertama sepuasnya. Kalo udah mentok dan gak tau harus menulis apa lagi, barulah kita masuk ke benda kedua.
Jalankan proses penulisan seperti sebelumnya sampe imajinasi kita mentok lagi. Kalo udah mentok baru ke benda ketiga. Dan begitu seterusnya. Jadi harus diingat: Tugas kita BUKAN MENYAMBUNG 6 KATA menjadi sebuah cerita yang bersinambungan. Tugas kita adalah berimajinasi melalui media 6 benda tersebut.
Jadi bisa saja terjadi, ketika kita sedang menulis, ada sebuah benda mempunyai porsi yang sangat besar dalam cerita kita. Sebaliknya, bisa saja ada benda lain yang hanya mempunyai porsi yang sangat sedikit dalam cerita. ITU GAK MASALAH. Perlu diketahui bahwa sebuah benda mempunyai efeknya sendiri-sendiri terhadap kita.
Kata "KOPI" bisa jadi lebih imajinatif buat cowok dibandingkan kata "BUNGA". Kata “kanker” bisa jadi bisa melahirkan tulisan yang sangat panjang. Kenapa demikian? Karena bisa jadi kita punya keterlibatan emosional dengan kata ‘Kopi’ dan ‘Kanker’ dibandingkan dengan kata-kata lainnya. Kata 'kanker' misalnya mengingatkan pada ayah saya yang meninggal gara-gara kena kanker hati. Akibatnya kata ‘Kanker’ mempunyai enerji yang sangat kuat untuk menggugah emosi. Makanya ketika kita disuruh menulis cerita berdasarkan kata 'kanker', kita bisa menulis panjang sekali. Sebaliknya, misalnya, ada kata 'jendela'. Buat kita kata itu meaningless. Kita gak punya cerita apapun di masa lalu yang berhubungan dengan 'Jendela'. Makanya kita bingung dan gak tau harus menulis apa berdasarkan kata 'Jendela' tersebut. Kalo itu yang terjadi, gak usah dipaksakan. Kita cukup menempatkan kata 'jendela' untuk disebut saja tanpa mengandung cerita sama sekali. Kita fokuskan saja pada kata 'kanker' yang inspiratif tersebut.
Jadi kita tempatkan kata 'jendela' itu sebagai pedukung imajinasi kita tentang kanker. Misalnya kita bisa menulis, "Kanker ganas yang menyerang ayahku memang membuat beliau tidak berdaya. Tapi hebatnya ayah tidak pernah berhenti berjuang. Sering saya melihat mata ayah menatap ke arah 'jendela' kamarnya yang terbuka. Seakan dia melihat harapan terbentang di luar jendela itu." Aaaaah....jadi sedih. Inget ayah.
Jadi yang penting bukan apakah semua kata itu harus ada. Yang penting hasil akhirnya keren. Yang penting ceritanya bagus. Itu intinya!
Ada seorang peserta ngejapri dan ngajak diskusi. Ternyata peserta ini justru terpenjara oleh benda-benda yang dipilihnya sendiri. Dia bingung mau mulai dari benda yang mana, terus dia merasa porsi benda A kok lebih dominan dari benda B. Kok, benda C susah masukinnya?
Jadi peserta ini bukannya mendapat pijakan imajinasi tapi justru proses imajinasinya terhambat dalam 6 kata yang dia pilih sendiri.
Ingat! 6 benda yang kita pilih hanya berfungsi sebagai pemicu imajinasi. Jadi benda-benda tersebut adalah alat bantu dan gak wajib ada. Kenapa gak wajib ada? Begini. Misalkan salah satu benda adalah ‘bantal’. Kemudian kita menuliskan “Anakku tidur lelap sekali…” maka kalimat itu sudah merepresentasikan kehadiran ‘bantal’. Jadi kata ‘bantal’ tidak perlu dituliskan lagi. Dia hanya alat bantu imajinasi. Tapi tentu saja kalo kalian tetap mau menuliskannya juga gak ada yang ngelarang. Saya cuma mau kalian memahami bahwa fungsi keenam kata tersebut adalah PIJAKAN IMAJINASI.
Hasil tulisan kita juga hanya sebagai pemicu untuk mendapatkan ide. Yang akan terjadi ada dua kemungkinan. Dan satu lagi yang perlu dipahami bahwa proses penulisan berdasarkan 6 benda tadi hanyalah cara untuk mendapatkan PEMICU. Ada orang ketika menggarap tulisan tersebut lalu mendapat ide. Kemudian dia menuliskan ide tersebut di tempat yang terpisah.
Ada juga orang yang menemukan ide, lalu menuliskan ide tersebut menjadi kesatuan dengan tulisan penggabungan 6 benda. Dan itu gak masalah! Semuanya sah-sah aja.
IMAJINASI
Dari semua tulisan yang masuk, saya bisa menyimpulkan bahwa hampir semuanya rata-rata udah jago menulis. Sayangnya, kalian hanya bercerita apa yang terjadi sesuai dengan PENGALAMAN yang kalian alami. Saya udah bilang berkali-kali bahwa ketika kita ingin menulis cerita, kita butuh PEMICU. Nah, PENGALAMAN yang kalian alami itu adalah sekedar PEMICU.
Sekali lagi, pengalaman kalian hanya berfungsi sebagai PEMICU. Ingat! Kita lagi belajar menulis. Kita lagi memancing IMAJINASI berdasarkan pemicu yang kita miliki. Jadi jangan hanya menulis cerita sesuai dengan pemicunya. Pemicu adalah pijakan pertama utuk menulis.
Jadi 6 benda tersebut adalah alat pemancing. Jika ada pengalaman masa lalu kita terpancing tuliskan. Nah, Pengalaman itu kemudian kita jadikan pijakan untuk imajinasi. Dari pijakan itu kita harus melangkah, melangkah dan terus melangkah mengikuti imajinasi kita pergi. Biarkan imajinasi kita melangkah ke mana pun dia mau. Bahkan biarkan imajinasi kita berlari sejauh-jauhnya.  Kalau perlu lepaskan imajinasi kita terbang setinggi-tingginya. Semakin liar sebuah imajinasi, maka akan semakin bagus tulisan kita. Kenapa?
Karena cerita kita jadi gak ketebak. Cerita kita jadi unik. Cerita kita akan menjadi unexpected. Cerita kita akan memberi surprise yang luar biasa bagi pembacanya. Dan itulah yang dilakukan oleh JK Rawling ketika menulis buku Hary Potter. Gila banget, kan, imajinasinya?
PENGALAMAN FISIK DAN PENGALAMAN BATIN
Ada banyak cara untuk mengembangkan cerita. Biasanya kita mencari pemicu dari PENGALAMAN yang kita alami. Nah, yang perlu dipahami adalah ketika kita mengalami sesuatu, maka sebenernya ada 2 hal yang sedang terjadi. 1. Pengalaman fisik. Dan 2, pengalaman batin.
Ketika hedak menulis, coba dipertimbangkan baik-baik. Jangan-jangan pengalaman batin kita lebih seru dibandingin dengan pengalaman fisik yang kita alami. Kalo benar itu yang terjadi, maka tulislah pengalaman batin tersebut lebih besar porsinya daripada pengalaman fisik. Percaya, deh! Kalian pasti surprise dan gak akan percaya apa efek yang akan terjadi pada cerita kita tersebut.
Saya kasih contoh ya. Pernah suatu hari, saya bersama Jimmy dan Asep mampir ke rumah Pak Sapardi Djoko Damono. Namanya juga ketemu penulis besar, kami langsung ngajak diskusi tentang segala hal yang berkenaan dengan penulisan. Cukup lama juga kita berada di rumah Pak Sapardi. Mungkin sekitar 4 jam lebih kalo gak salah.
Sepulangnya dari rumah Pak Sapardi, saya menulis pertemuan itu di Facebook. Tulisan itu mendapat banyak like, komen dan share yang banyak. Sebagian komen mengatakan bahwa cerita saya SERU banget. Mereka iri karena saya punya kesempatan bertemu dengan Begawan kata yang kondang tersebut.
Lucunya, Jimmy juga ikutan nulis di ruang komen. Dia bilang begini,  “Cerita Om Bud kok jadi seru banget, ya? Padahal gue juga ada di sana. Dan waktu itu suasananya biasa dan datar-datar aja.” Hehehehe…
Apa yang diomongin Jimmy betul. Suasana waktu itu gak begitu seru. Suasananya standar-standar aja kayak orang lagi ngobrol biasa. Tapi perlu diketahui, di artikel yang saya posting, saya banyak menuliskan pengalaman batin saya. Saya, DI DALAM HATI, berkali-kali mengungkapkan kekaguman saya pada Sapardi. Saya MEMIKIRKAN pertanyaan apa yang akan saya lempar. Dan saya TERPESONA (dalam hati) dengan pandangan-pandangan beliau dalam menjawab pertanyaan itu.
Tentu saja semua hal tersebut tidak muncul dalam pengalaman fisiknya. Kenapa? Karena semua pengalaman seru tersebut hanya terjadi di kepala saya. Semua yang ada di pengalaman batin itulah yang saya tumpahkan dalam tulisan. Itulah jawaban kenapa Jimmy merasa peristiwa tersebut bisa jadi seru. Padahal dia juga ada di sana. Ya, pastilah Jimmy tidak menangkap apa yang saya tulis karena yang Jimmy lihat adalah pengalaman fisiknya saja.

MENGAKTIFKAN IMAJINASI
Okay, sekarang kalian udah tau bahwa saya punya pengalaman bertemu dengan Pak Sapardi. Nah, dari pengalaman tersebut saya akan mulai berimajinasi. Misalnya saya bisa berimajinasi bahwa akhirnya saya berhasil menguras ilmu penulisan dari Sastrawan hebat ini.
Kemampuan menulis saya jadi begitu hebat sehingga akhirnya saya mendapat hadiah nobel dalam bidang sastra. Acara penyerahan penghargaan tersebut diselenggarakan di kota Paris, Perancis.
Dalam acara penganugerahan hadiah nobel tersebut, saya mengundang Sapardi sebagai guru yang telah membesarkan saya. Sebagai guru yang paling berjasa tentu saja saya harus mengajak Pak Sapardi sebagai penghargaan seorang murid pada gurunya. Menarik, kan? Imajinasi itu bisa berkembang terus. Saya bisa bercerita tentang kota Paris yang sedang bersalju. Saya bisa berkisah bagaimana Pak Sapardi jatuh sakit karena sudah terlalu tua dan tidak tahan dengan udara dingin.
Ya, wajarlah Pak Sapardi sakit karena saat itu winter, berangin dengan temperatur minus 20 derajat celcius. Mau lebih ekstrim? Saya bisa bercerita bagaimana saya dan Pak Sapardi sedang duduk berdua menikmati keindahan menara Eiffel di kala bersalju. Sekonyong-konyong menara Eiffel bergoyang-goyang lalu ‘BUM!!! Menara bersejarah itu rubuh rata dengan tanah. Semua orang berlari-larian karena panik dan berusaha menyelamatkan diri. Apa yang terjadi?
Rupanya tanpa disangka-sangka telah terjadi gempa bumi yang sangat hebat. Kalo saya terusin lama-lama bisa jadi novel nih. Intinya biarkan imajinasi kita berjalan, kita sebagai penulis tinggal mengikuti dan menuliskannya saja. Dan yang paling ajaib adalah kita akan mencapai sebuah titik di mana kita tidak lagi bisa mengendalikan imajinasi kita. Yang terjadi adalah sebaliknya. Imajinasi kitalah tiba-tiba yang mengambil alih kontrol atas penulisnya.
Kita merasa bukan kita lagi yang menulis cerita itu. Kita merasa didiktekan oleh sebuah enerji yang entah dari mana datangnya. Peran kita cuma seperti tukang ketik yang sedang didiktekan oleh sesuatu yang tidak terlihat. Ketika tulisan kita selesai, barulah kita tersadar. Lalu kita membaca lagi cerita yang sudah tertulis. Dan apa yang terjadi?
Kita kebingungan sendiri, “Kok bisa-bisanya ya gue menulis cerita seperti ini?” Di situlah kehebatan sebuah imajinasi. Dan itu berkah Allah yang luar biasa, jadi jangan pernah disia-siakan. Wuiiiih..saya sampe merinding sendiri, loh.
Teman saya, almarhum Alex Komang, sehabis membaca buku saya yang berjudul “Sex After Dugem” berkomentar, “Saya gak percaya Budiman Hakim bisa menulis seperti itu. Saya bersahabat dengan dia 20 tahun sehingga saya sudah mengenalnya dengan baik. Tapi saya senang bisa membaca buku ini karena saya jadi lebih mengenal karakter Budiman Hakim yang selama ini saya tidak temukan.”
Kenapa Alex bisa berbicara seperti itu? Jawabannya adalah, karena IMAJINASI ITU LUAR BIASA!!!! Dan biasanya imajinasi tertanam dalam diri seseorang dan HAMPIR TIDAK PERNAH MUNCUL DI PERMUKAAN dirinya.
Jadi teman-teman. Gunakanlah imajinasi kita semaksimal mungkin. Pergilah ke luar rumah. Karena ide jarang sekali mampir ke rumah kita untuk minta ditulis. IDE ITU HARUS DIJEMPUT! IDE ITU HARUS DIPANCING!
Pergilah ke luar rumah. Lalu aktifkan semua pancaindera kita. Apapun yang tertangkap oleh pancaindera bisa jadi itu adalah embrio yang berpotensi melahirkan ide-ide yang keren. Karena sesepele apapun hal yang tertangkap oleh pancaindera kita, hal itu adalah sebuah pengalaman juga. Dan semua penulis hampir selalu menulis sesuatu berangkat dari pengalaman yang dialaminya sendiri.
Ketika imajinasi dan hasil pikiran telah ditemukan, kita harus MENGEMASNYA menjadi sebuah tulisan yang menarik. Bagaimana cara mengemas sebuah tulisan sehingga orang betah membacanya dan kagum pada tulisan kita? Caranya ada banyak. Salah satunya adalah dengan menggunakan RIMA.

JANGAN PERNAH MEREMEHKAN KEKUATAN SEBUAH RIMA




Banyak temen saya ngomong, "Kalimat penutup acara Matanjawa itu selalu bagus, ya? Jago banget tuh copywriter-nya." Kita tentu tahu di acara Mata Najwa, ending-nya selalu ada kata penutup yang dibacakan oleh Najwa Shihab. Biasanya isinya juga merupakan pesan yang berkaitan dengan tema yang dibahas sesuai episode saat itu.
Maap, wifi lagi kayak anak ABG nih. Putus nyambung putus nyambung....😩
"Apanya yang bagus? Pesennya? atau susunan kalimatnya?" tanya saya pada temen yang ngomong di atas. "Secara umum semuanya bagus, sih," jawab orang itu. "Gak bisa gitu! Coba jelaskan lebih spesifik." desak saya sampe membuat orang itu kebingungan.
Setelah saya desak terus sambil ngajak diskusi, akhirnya keluar juga jawaban yang lebih spesifik, "Kalimatnya berima jadinya enak didengar sehingga pesannya juga gampang masuk." katanya. Begitu juga yang terjadi pada orang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.
Mereka semuanya bilang bagus dan ternyata memang RIMA-nya yang membuat kalimat-kalimat itu menjadi menonjol. Itu jawabannya! Dan saya setuju bahwa kalimat-kalimat penutup Mata Najwa memang bagus. Dan rimanya memang mengambil peran paling besar pada estetika kalimat tersebut.
Misalnya: "Hukum yang dibiayai transaksi suap, membuat wajah peradilan begitu gelap." Sumber dari episode:
Mafia Perkara "Tiap orang bisa punya mimpi, tapi tak semua bisa bangkitkan semangat tinggi." Sumber dari episode: Penebar Inspirasi
"Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri." Sumber: Perisai Antikorupsi.
"Kebenaran & kepastian mengapung, di antara uang & kuasa yang mengepung." Sumber: Mafia Perkara.
"Berbuat untuk sebuah harapan, yang tidak lagi dikeluhkan tetapi diperjuangkan." Sumber: Diam Bukan Pilihan.
"Timur adalah kita yang terjaga lebih dulu, timur adalah Indonesia yang tak sabar menunggu." Sumber: Melihat Ke Timur.
"Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?" Sumber: Dari Jogja Untuk Bangsa.
Coba liat semua kalimat di atas. Bagus-bagus, kan? Apa yang bikin bagus? Yak betul! Karena kalimat itu berima. Sebelum kita bahas lebih jauh, mungkin kita perlu mengkaji apa yang melatarbelakangi munculnya sebuah rima. Saya kira begini sejarahnya: Pertama kali manusia berinteraksi atau berkomunikasi pastilah mereka menggunakan mulut untuk berbicara.
Apabila bahasanya berbeda, mereka akan menambah bantuan dengan bahasa tubuh. Apakah mereka menggunakan bahasa tulis? Belum! Bahasa tulis belum lahir waktu itu. Bahasa lisan muncul jauh sebelum bahasa tulis. Karena orang berkomunikasi dengan mulut makanya disebut dengan bahasa lisan. Bahasa lisan sama umurnya dengan peradaban manusia. Zaman bahasa lisan dipenuhi oleh mitos, dongeng, mantra sakral dan doa-doa ritual perdukunan.
Segala macam budaya tersebut terutama yang sakral tentu harus dilestarikan untuk diturunkan kepada anak cucu mereka. Masalahnya zaman itu belum ada yang namanya bahasa tulis. Lalu apa yang harus diperbuat? Di waktu itulah yang namanya rima dibutuhkan. Rima sengaja diciptakan untuk memudahkan orang untuk menghapal segala nasihat, mantra dan doa-doa tadi.
Dengan adanya rima, maka semua cerita, nasihat dan mitos jadi gampang diingat dan bisa diwariskan pada generasi berikutnya dengan utuh. Jadi bisa disimpulkan bahwasanya, Rima itu sebenarnya tercipta untuk kepentingan bahasa lisan. Namun dalam perjalanannya, manusia menganggap rima itu bukan hanya gampang diingat, akan tetapi juga enak didengar dan enak diucapkan.
Secara umum muncul asumsi bahwa kalimat yang berima itu jadinya lebih indah. Karena itulah, walaupun zaman bahasa tulis telah berlangsung berabad-abad, orang masih suka menggunakan rima. Entah itu penulis prosa, penulis puisi, penulis naskah iklan sampai penulis status Facebook...Dan gak ada yang salah dengan hal itu.
Selesai berpuasa
Aku berpuisi
Takbir bergema
Menenteramkan hati
Kemaren saya menemukan status FB bunyinya begitu. Sekarang pertanyaannya adalah haruskah kita menggunakan rima dalam sebuah penulisan? Ya, gak harus, sih. Tapi buat saya, sebisa mungkin, sebuah kalimat lebih baik dicari rimanya. Perlu dicatat, jangan pernah mempertanyakan apakah lebih penting pesan atau rima.
Kedua hal tersebut bukan untuk dipertentangkan. Kedua faktor tersebut justru harus bahu membahu dan bekerja sama agar pesan tersebut jadi semakin menarik. Jadi perlu digarisbawahi; jangan pernah mengorbankan pesan demi sebuah rima. Sebuah rima seyogyanya membuat pesan kita semakin kuat. Karena lebih kuat tentunya kalimat tersebut pasti jauh lebih mudah diingat.
Waktu jaman SBY berkuasa, Harian Kompas pernah membahas hal yang sangat menarik. Di sana dibahas tentang kritik-kritik yang ditujukan pada performance Presiden SBY. Kompas menulis bahwa dari begitu banyaknya kritik yang ada, hanya kritikan Megawatilah yang paling menonjol. Mengapa demikian?
Selidik punya selidik, ucapan Megawati selain kritiknya pedas, ternyata menggunakan rima. Rimanya dikemas begitu menarik sehingga banyak koran yang meletakkannya dalam headline.
Contoh kritikan Megawati yang paling menarik adalah sebagai berikut:
1. Seorang Presiden seharusnya TEBAR KINERJA, bukan TEBAR PESONA. Keren ya rimanya? 2. Janganlah berjanji setinggi LANGIT, kalau kemampuan hanya sekaki BUKIT. Ini juga keren. Kritikan dengan menggunakan rima membuat kalimatnya terlihat cerdas.
Orang-orang periklanan juga suka bermain dengan rima, misalnya. Kami memberi bukti. Bukan janji. Ada lagi slogan dari Phillps yang saya suka: Terus terang, Philips terang terus. Ada lagi iklan perumahan yang mau berpesan bahwa tempatnya enak dan daerahnya bebas dari kemacetan, mereka nulis begini: Nyaman di pemukiman. Nyaman di perjalanan. Dan masih banyak lagi contoh-contoh orang yang menggunakan rima. Di sini terlihat bahwa dari zaman dulu sampai sekarang, tua-muda, rakyat jelata sampai presiden, semuanya suka pada rima.
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan,  jangan pernah meremehkan kekuatan rima. Kenapa? Karena bukan cuma manusia kok yang seneng sama rima. Allah SWT juga demen banget sama rima. Kalo gak percaya, baca aja tuh Al Quran. Contohnya:
Qul hu wallaahu ahad
Allaa hush-shamad
Lam yalid walam yuulad
Walam yakullahu kufuwan ahad,
Kesimpulan! Kalo Tuhan saja memakai Rima untuk menyampaikan pesan maka berarti cara tersebut adalah cara yang terbaik! OK, sekarang kita latihan membuat Rima, ya? Sekarang kan lagi musim virus Corona. Coba bikin tulisan tentang Corona yang positif dan memotivasi sehingga yang baca jadi ikut semangat.
Boleh bikin yang patriotik, boleh humor, boleh yang puitis, boleh parodi, boleh berbentuk pantun, terserah! Pokoknya apa aja boleh. Syarat mutlaknya adalah seluruh kalimat harus BERIMA. Rimanya boleh aaaa, abab, aabb, abba…terserah.
Tulisannya boleh panjang dan boleh pendek. Senyamannya kalian aja. Sebuah tulisan yang bagus tidak tergantung pada panjang dan pendeknya tapi seberapa ideal cerita itu terekspresikan oleh otak kita.
Sebelumnya, saya mau ngasih tips supaya kalian dapet pemicu untuk menuliskannya. Caranya sederhana; buatlah komponen makna berdasarkan kata ‘Corona’.
Corona adalah ....
1. Virus, 2.Merk mobil, 3. Penyakit, 4. Demam 5. Batuk kering. 6. Mematikan 7. Universal proklamasi. 8. Flu 9. Lock down, 10. Wuhan, 11. China, 12. Korea Seatan, 13. Italia  Dll.  Bisa dibuat lebih panjang lagi....
Kumpulin komponen makna dari kata ‘Corona’ sebanyak mungkin sesuai dengan pengalaman hidup masing-masing. Tulisan diposting di group ini aja dan kita akan bahas sama-sama. Saya dan Asep juga akan berusaha komen kalo ada waktu senggang. Selamat bekerja.
Sekarang kita masuk ke sesi tanya jawab.

TANYA JAWAB

Kalau memulai penulisan dengan 6 benda dan diteruskan dengan imajinasi, apakah benda-benda itu harus yang terlihat di depan mata? Atau benda-benda itu hanya dalam imajinasi?
Terserah. Senyamannya kita aja. Tadi saya udah bilang di atas bahwa 6 benda itu cuma berfungsi sebagai pemancing pengalaman. Setelah pengalaman ditemukan, tuliskan. Kemudian jadikan pengalaman itu sebagai pijakan untuk berimajinasi. Kalo kita bisa fokus maka kita akan larut dalam pengalaman itu. Kalo kita udah larut, imajinasi kita akan semakin menggila dan unexpected. Sehingga ccerita kita akan menjadi full of surprises. Jadi apakah benda-benda tersebut harus ada? Terserah penulisnya. Suka-suka aja.

Ketika imajinasi ngalir saya menulis terus dan memang ga terasa keluar dengan sendirinya, tapi kadang tiba-tiba berhenti dan gatau apa sambungannya kaya ngeblock gitu. Ini saya alami sehingga saya mempunyai banyak coretan yang sepotong-sepotong. Kemudian saya tinggal begitu saja.  Bagaimana solusinya Om Budiman?
Semua orang pasti pernah mengalami hal tersebut. Termasuk saya. Dan saya meyakini satu hal. 90% hal itu terjadi karena kamu merevisi tulisan sebelum tulisan itu selesai. Kalo sedang menulis, usahakan jangan berhenti sampe selesai. Jangan melakukan revisi walaupun hanya sebuah typo kecil. Kenapa demikian? Karena ketika imajinasi sedang berjalan, lalu kamu melakukan revisi maka sebenernya kamu sendiri yang memutus imajinasi yang sedang berjalan. Silakan dicoba. Pasti itu jawabannya.

Benda-benda aneh di sekitar kita memang sering jadi energi yang menggoda untuk segera membuka notes di ponsel. Saya sering sekali ada di persimpangan ketika harus menentukan gaya bahasa atau penulisan untuk meliarkan fantasi imajinasi yang tertangkap. Pertanyaannya, sebaiknya gimana ya Om? Di satu sisi, menulis dengan bahasa saya terkesan remeh pada akhirnya, karena bahasa sehari-hari. Di sisi yang lain, menulis dengan gaya yang lain memang jadi indah, tapi kesannya kaya bukan saya yang lagi cerita. Selain itu juga sepertinya gaya penulisan sedikit banyak mewakili target reader yang kita tuju. Iya nggak sih Om?
Tergantung kamu lagi nulis untuk siapa? Kalo kamu wartawan yang sedang menulis berita maka kamu harus memakai gaya bahasa yang dipakai dalam media tersebut. Kalo kamu mau nulis buku cerita anak-anak pastinya gaya penulisanya akan lain lagi. Tapi kalo kamu mau menulis untuk diri sendiri dan niatnya untuk menyenangkan diri sendiri maka pakailah bahasa yang paling nyaman. Kalo kamu paling nyaman pake bahasa Inggris ya silakan pake bahasa Inggris. Kalo nyamannya pake bahasa Jawa, ya silakan. Senyaman kamu aja. Gak usah pedulikan pendapat orang lain. Kita kan lagi menyenangkan diri sendiri. Bukan orang lain. Keuntungan lainnya lagi adalah kita bisa mengekspresikan tulisan kita secara total. Saya selalu kesulitan menulis dengan bahasa Indonesia baku. Rasanya not me banget gitu, loh. Selain itu kita akan menemukan gaya penulisan kita sendiri jadinya.

Apa yang lebih berpotensi menjadi tulisan yang bagus berdasarkan ide yang mucul dari pengalaman ataukah ide yang muncul dari beberapa riset yang kita lakukan? Misalnya saya ingin menulis novel tentang kehidupan setelah menikah tapi saya belum menikah tentu tak punya pengalaman tentang hal ini kan, tapi saya sudah punya gambarannya dari membaca novel yang temanya sama, mendengar curhatan orang atau malah saya sengaja riset.
Yang paling baik adalah gabungan dari semuanya. Karena semakin banyak data tentu saja tulisan kita akan lebih kaya dimensi. Nanti di sesi berikutnya saya juga akan membahas ini. Saya kasih bocoran sedikit, ya. Tulisan yang baik adalah gabungan 3 faktor, yaitu, 1. Pengalaman. 2, Pengamatan, dan 3. Pengemasan.

Om... bagaimana menulis cerita hidup di masa lampau yang menyesakkan hati tanpa ketakutan menguak luka lama?
Pertama tentu saja kita harus berdamai dengan diri sendiri. Saya selalu punya pemahaman bahwa time heals. Sepahit apapun sebuah pengalaman akan terasa manis ketika berlalu. Kalo kamu gak puas dengan jawaban saya, jangan kuatir. Di sesi berikutnya Kang Asep akan mengajarkan cara menetralisir ketakutan dan menyembuhkan luka lama. Inshaa Allah kamu akan menemukan solusi. Aamiin.
Menuliskan yang menyesakkan di masa lalu itu bagian dari terapi. Emosi mungkin numpuk, tapi kemudian lepas. Kedua, pake teknik DIA-an. Karena berarti kita berjarak. Kita di posisi sedang menganalisis. Hindari format AKU-an, karena kita mengasosussikan perasaan dg momen itu. Silakan coba.

Malam om ada yang mengganjal dipikiran saya.. teman saya pernah bilang untuk mendapat ide harus menulis malam.. yang saya ingin tanya di sini adalah apa benar ada orang yang bisa lancar menulis pada waktu tertentu? Apa itu hanya mindset?
Setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk mencari situasi di mana dia mudah mendapatkan ide. Kawan saya namanya, Noorca M Massardi, selalu pergi ke Ubud kalo mau nulis novel. Dia sewa vila yang paling jauh dan paling tinggi. Sendirian tanpa keluarga. Kawan saya yang lain lagi, Raditya Dika, dia bisa menulis di mana saja. Sambil ngopi sama saya aja dia sibuk sama laptopnya. Jadi dia bisa nulis di mana aja. Di Kafe, di pesawat, di ruang tunggu RS. Jadi gak ada patokannya. Silakan kamu coba semua cara. Lalu simpulkan sendiri kamu lebih nyaman di mana untuk mendapatkan ide.

Tak sengaja kemarin saat carpenting. saya membuat seperti ini. Mungkin sekalian bisa minta pendapatnya. Terima kasih sangat.

ADA BAHAGIA DARI BAHAYA CORONA

Sudah 3 hari lamanya diri ini merana,
merana karena tak bisa pergi kemana-mana.

Ingin sekali ke mall tapi apa daya tak bisa.
Ke supermarket aja kadang parno luar biasa.

Untung masih ada kegiatan pekerjaan,
jadi gak begitu merasa kebosanan.
Hanya saja tak bisa keluyuran,
membuat diri ini kadang hanyut akan tekanan.

Benar adanya jika selalu ada sisi positif dalam suatu keadaan.
Karena corona, waktu bersama keluarga jadi lebih banyakan.
Biasanya sih, pulang kerja atau pas malam mingguan,
pasti udah ke mall buat jalan-jalan.

Kebersamaan dengan keluarga…
Ih, bagus banget!!! Cari image lalu posting di web ya.

Closing Speech
Teman-teman sekalian: Silakan mencoba latihan membuat tulisan membuat rima, nanti kita bisa membayangkan betapa sulitnya team kreatif yang bekerja di acara Mata Najwa. Khususnya yang bertugas membuat tulisan di ending di acara ini. Jadi kita perlu berempati pada orang kreatif tersebut.
Apalagi mengingat Najwa Shihab, konon, orangnya galak banget. Hehehehe. Ingat ya. Sebaiknya tulis pesannya dulu yang bagus, lupakan rimanya. Setelah pesannya jadi baru pikirkan rimanya. Kalo kalian dari awal terlalu fokus sama rimanya maka tulisan kalian hanya berima tanpa pesan yang berarti.

            Kali ini jadi tahu betapa menariknya rima dalam pembicaraan maupun tulisan. Sebelumnya hanya kurasakan mengapa kalimat Najwa begitu enak dan memikat. Owww. Ternyata ada rahasianya. Pengin tahu rahasianya? Ikuti kuliah bersama Om Budiman.
Pertemuan pertama hingga keenam bersama OmBud telah berakhir. Tak kutahu, mana yang lebih penting. Sebab menurutku semua penting dan amat penting. Sayang jika dilewatkan begitu saja. Inginnya mengulang tuk ikut pelajaran. Tapi kapan lagi ya? Adakah batch berikutnya? Ingin lagi rasanya bergabung bersama grupnya.

39 komentar:

  1. Bagus bu Ismi, walaupun sy sdh dptkan pelajaran ini, sy msh suka membacanya, thank you for sharing

    BalasHapus
  2. Terima kasih Bu Ismi jadi bertambah wawasan, :)

    BalasHapus
  3. Bagus sekali. Betul rima dlm Al Qur'an sgt byk sekali. Alloh maha Indah. Mksih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap. Betul Pak Inin.Alquran tak ada tandingannya.

      Hapus
  4. Alhamdulillah. Smg bermanfaat utk kita.

    BalasHapus
  5. Bagus sekali. Betul rima dlm Al Qur'an sgt byk sekali. Alloh maha Indah. Mksih

    BalasHapus
  6. Wah...asyiiik...mencerahkan..trims bunda

    BalasHapus
  7. Yap. Betul. Rima dl Alquran amat indah.

    BalasHapus
  8. Asik banget bacanya
    Keren
    Sukses terus....

    penamrbams.id

    BalasHapus
  9. Terimakasih ibuk.. Luar biasa..

    BalasHapus
  10. Asyik diajak belajar bareng Bu Ismi dan Om Bub

    BalasHapus
  11. Jadi tahu rupanya karena Rima buat aku nggak pernah melewatkan acara mata Najwa
    Nikmat dan lezat sajiannya bu Ismi.Terima kasih
    menunggu story baru.tak bosannya sampai 3x aku baca ulang dan membawa imajinasiku kesana kemari.

    BalasHapus
  12. Jadi tahu rupanya karena Rima buat aku nggak pernah melewatkan acara mata Najwa
    Nikmat dan lezat sajiannya bu Ismi.Terima kasih
    menunggu story baru.tak bosannya sampai 3x aku baca ulang dan membawa imajinasiku kesana kemari.

    BalasHapus
  13. Luar biasa, resumenya bunda.saya belajar dengan arti penting rima

    BalasHapus