Selasa, 16 Juni 2020

KELAS MENULIS THE WRITERS SESI 7


Materi             : Menulis dengan Kata Imajinatif
Waktu             : Selasa, 16 Juni 2020
Narasumber    : Ombud
Moderator       : Kang Asep
PJP                  : Ka Devina

Malam ini bertemu lagi dengan Om Budiman Hakim setelah harus berpisah dengannya selama lima petang. Kita ketemu lagi malam ini di Kelas Penulisan, The Writers, Sesi 7. Gak terasa tau2 udah sesi 7 aja ya. Sebelum mulai, saya ingin menuliskan sebuah kalimat yang saya suka banget. Bunyinya begini :
You say you love rain, but you use an umbrella to walk under it. You say you love sun, but you seek shelter when it is shining. You say you love wind, but when it comes you close your windows. So that's why I'm scared when you say you love me.”
Baca dulu ya baik-baik. Orang yang mengucapkan kalimat ini adalah Bob Marley, seorang penyanyi reggae terkenal berasal dari Jamaica.


Bob Marley adalah salah seorang tokoh idola saya. Kemampuannya mengolah kata sering membuat saya kagum. Seperti saya, Bob Marley adalah seorang yang relijius. Ehem….  (Pasti banyak yang gak percaya)
Dia sering menggunakan istilah Father of CREATION untuk menyebut TUHAN. Sebetulnya kalo diterjemahkan sih sama aja ya: Tuhan Maha Pencipta. Tapi entah kenapa istilah "Father of Creation" memberi efek yang berbeda dengan Tuhan Sanga Maha Pencipta.
Dalam sebuah wawancara, seorang wartawan mempertanyakan istilah tersebut pada Bob. Mas Bob menjawab bahwa satu-satunya hal yang diwariskan oleh Allah untuk manusia (dan tidak diwariskan pada makhluk lainnya) adalah BERKARYA.
Berkarya itu dalam bahasa Inggris mencakup to create, creation, creative. Artinya kita sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi creative. Kita ditakdirkan untuk selalu berkarya.
Saya setuju sama Bob. Buat saya berkarya itu hukumnya wajib. Buat saya berkarya itu adalah perintah Tuhan. Hal in dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia diberi otak yang jauh lebih hebat daripada makhluk makhluk lainnya. Kalo kita gak pernah berkarya, berarti kita gak ada bedanya seperti tanaman dan binatang, begitu kata Kak Bob.
Jadi selama menjalani hidup, kita harus berkarya. Dan itu mutlak! Mungkin karya kita tidak laku dan tidak sukses….GAK MASALAH. Itu soal lain!! Pokoknya yang penting kita sudah berkarya. Dengan berkarya, minimal kita telah membedakan diri kita sebagai manusia dengan makhluk lainnya. Sekali lagi saya ulang ya: Tuhan adalah Father of creation.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, sebagai manusia, Kita harus berkarya (T0 CREATE). Bagaimana caranya agar kita bisa berkarya terus menerus? Kita harus memiliki CREATIVE ATTITUDE. Itu sebabnya dari sesi awal, saya cerewet banget ngomongin Creative Attitude melulu. Mungkin kalian sudah muak mendengar istilah tersebut tapi saya gak akan berhenti mengingatkan masalah itu terus-menerus. Karena itu adalah FONDASI dari semua manusia untuk BERKARYA
Janganlah menganggap berkarya itu susah. Kita bisa mulai dari yang kecil-kecil. Ketahuilah bahwa status Facebook itu juga karya. Tweet kita di Twitter juga karya. Foto dan caption kita di Instagram juga adalah karya. Setuju? Nah, kalo kita sepakat dengan hal itu, pada saat membuat status FB, Ngetweet, bikin caption di IG, seharusnya kita juga melakukannya dengan CREATIVE ATTITUDE.
Kalo semua hal dilakukan dengan creatve attitude, kita akan surprise karena  yang nge-like, komen dan nge-share tulisan kita akan bertambah. Bahkan bisa jadi follower kita juga akan meningkat tajam. Status yang kita buat gak perlu ilmiah dan sulit, yang penting kreatif dan interaktif. Itu intinya. Kita bisa bikin humor, motivasi, makna ganda, plesetan, tekateki atau apapun yang sekiranya menarik perhatian.
Membuat status, tweet dan caption yang cerdas adalah cara kita berlatih menulis yang pada gilirannya akan bermanfaat ketika kita hendak menulis buku atau berjualan produk di social media. Karya yang bagus adalah karya yang menggugah emosi. Jadi setiap kali kita tergugah emosinya, kita harus langsung bertanya pada diri sendiri, “BISA GUE JADIIN IDE APA YA JOKE INI?”  (Saya kasih kapital karena ini penting banget!)
Kalo joke tersebut kita jadikan konten, hasilnya pasti bagus. Kenapa bisa begitu? Karena sudah terbukti bahwa kita saja tergugah emosinya, jadi kalo kita bikin dan kemas ulang, pastinya karya kita akan lebih dramatis daripada originalnya. Misalnya: Pernah seseorang di kantor bercerita, katanya ada seorang bernama Eci lagi nelpon temennya Tommy. Pas dia nelpon ternyata yang angkat telepon adalah bapaknya.
Yang bikin repot adalah Si bapak penerima telepon ini orangnya rada budeg. Jadi pas dia tanya, “Siapa, ini?” Dia gak nangkep-nangkep. Dia udah bilang kalo namanya, Eci. Tapi Si Bapak nanya terus, Edi? Egi? Peristiwa itu lucu banget. Semua orang yang mendengar cerita itu tergugah emosinya.
Nah, di saat seperti itulah kita harus bertanya pada diri sendiri, “Bisa jadi ide apa, tuh?”

Dan akhirnya peristiwa tersebut diimplementasikan menjadi iklan iklan TV.

Ini TVC hasil dari dengerin cerita seorang temen di kantor. Jadi begitulah yang namanya Creative attitude. Segala yang kita lihat, denger dan apapun yang tertangkap pancaindera akan bisa kita knversikan menjadi ide. Kalo peristiwa yang kita alami ternyata menggugah emosi kita, berarti itu sudah pasti akan menjadi ide yang keren. Bahkan ketika sebuah ide ditemukan, bukan berarti kita harus berhenti sampai di sana.
Kita harus memikirkan, apa lagi yang bisa kita lakukan dari ide tersebut. Misalnya mungkin kita bisa bikin iklan serinya.Artinya dari 1 ide kita bisa bikin beberapa karya. Atau beberapa seri. Contoh:


Ini TVC seri dari iklan sebelumnya. Jadi mulai sekarang kita harus peka terhadap semua yang terjadi di sekeliling kita. Setiap peristiwa yang menggugah emosi, buku2 konvesikan menjadi ide. Biasanya ada aja orang yang bertanya, apakah yang kita tangkap harus selalu peristiwa yang lucu? I hate that question!
Peristiwa menggugah emosi itu bisa berupa apa aja. Apakah kita jadinya ketawa, sedih, marah, terharu, nangis....pokoknya apapun yang menggugah emosi pasti berpotensi jadi ide yang bagus. Saya kasih contoh lainnya. Saya punya temen, namanya Glenn Marsalim. Saat itu kami sedang berada di rumah temen. Kebetulan di rumah itu ada grand piano.

Piano yang gede kayak gini. Saya  belum pernah mainin Grand Piano makanya saya iseng-iseng nyoba pengen tau hasil suaranya kayak gimana. Ngeliat saya bermain piano, Glenn, ngomong, “Gue baru tau lo bisa main piano, Om Bud.”
“Gak gitu bisa, sih. Gue cuma bisa main lagu-lagu yang sederhana doang.” Jawab saya.
“Lo tau gak, Om Bud. Dari kecil gue pengen banget punya piano tapi orangtua gue terlalu miskin untuk membeli piano.”
“Mosok, sih?” tukas saya gak percaya.
 “Serius! Sampai di suatu hari Natal, Ibu gue beli karton manila berwana putih.”
"Buat apa kertas manilanya?"
"Sama nyokap kertas itu digambarin tuts2 piano pake spidol item.”
 “Wuiiiih, Ibu lo keren banget, Glenn!” Saya mulai nangkep arah ceritanya.
 “Nyokap muterin lagu-lagu natal instrumental. Terus dia ngajak gue akting main piano yang digambar oleh nyokap.”
 “Anjrit! Ibu lo kreatif banget, Glenn. Salam hormat buat beliau, ya.” kata saya setulusnya.
 “Itu Natal terbaik dari semua hari Natal yang gue alami. Kami memang belum punya piano tapi kebahagiaan bermain pianonya dapet. Mungkin kami lebih bahagia dari orang yang punya piano beneran.” Glenn menutup ceritanya.
Saya terharu bukan main. Tanpa terasa mata saya berkaca-kaca membayangkan bagaimana Glenn dan ibunya bermain piano boongan di hari natal. Ih, sekarang aja saya merinding.....
Setelah berpisah, saya masih terus mikirin cerita Glenn. Dan sebagai orang yang punya creative attitude, saya bertanya pada diri sendiri, “Bisa gue jadiin apa ya cerita Glenn ini?” Beberapa bulan kemudian, ada klien yang minta dibikinin iklan hari kemerdekaan. 17 Agustus.
Saya langsung teringat pada cerita Glenn. Segera saya telpon dia dan minta ijin untuk menggunakan pengalamannya dengan piano dalam TVC tersebut.
Alhamdulillah, Glennya mengijinkan. Tanpa menunggu lebih lama, saya bikin storboardnya. Storyboard...typo. Ketika saya present, klien langsung approved. Luar biasa! Biasanya klien ini rada resek untuk ngasih approval. Pokoknya jarang banget kita sekali presentasi langsung disetujui.
Namun sekarang adalah pengecualian yang membahagiakan. Pertanyaan saya, kenapa klien langsung setuju? Karena cerita yang menggugah hati itu sifatnya universal. Sekarang kita liat dulu ya TVC-nya jadinya gimana. 



Kesimpulannya adalah, jika kalian menemukan moment yang menggugah hati, langsung tanya pada diri sendiri, “Bisa jadi ide apa, nh?”
Dengan kebiasaan bertanya seperti itu, insya Allah kalian akan sangat mudah menemukan ide. Dengan creative attitude kayak gitu, kalian bisa menginventarisasi ide yang banyak.Kalo dalam sebulan kalian tergugah emosinya seratus kali maka minimal dalam sebualan kalian udah punya 100 ide. Keren, kan?
Ketika ide sudah ditemukan, penting diketahui bagaimana cara menuliskannya supaya imajinasi kita berjalan sejauh mungkin.Seperti saya sebutkan di materi sebelumnya bahwa semakin jauh imajinasi kita maka cerita kita akan disukai orang. Kenapa? Karena cerita kita jadi unexpected dan penuh surprise. Jadi jangan sampai imajinasi kita KEPOTONG gara-gara ada gangguan dari luar atau dari diri sendiri.
Kalo takut gangguan dari luar kita bisa mengurung diri dalam kamar. Kawan saya, Noorca M Massadi, selalu menyepi di Ubud supaya tidak terganggu dalam proses menulis. Tapi sayangnya gangguan bukan hanya datang dari luar. Terkadang gangguan sering datang dari diri sendiri. Kalo itu yang terjadi, bisa kita hindari dengan cara di bawah ini.



Kalian tentu masih inget materi kita sebelumnya yang berjudul ‘MENULIS TANPA IDE’, bukan? Itu loh, metode menulis dengan cara memanfaatkan 6 benda yang ada di sekitar kita. Salah seorang teman saya di London, bernama Taufiq Hadimadja mencoba mempraktekin formula ini. Kebetulan dia lagi naik kereta api dari London ke kota lain. Selesai menulis dia ngasih hasilnya di ruang komen FB:
Ini kata-kata yang gue dapet di sekitar gue.
1. kereta api
2. kursi kosong
3. buku
4. perempuan cantik
5. handphone
6. Pakaian sexy
“Udah jadi tulisan gue, Om Bud! Wah, beneran berhasil formulanya. Tapi kenapa cerita gue jadinya jorok banget, ya?  Hahahahaha….” Nah, ini menarik! Apa yang terjadi pada temen saya ini sama sekali gak masalah.
Jadi begini dalam proses penulisan, ada dua ruangan yang perlu kita masuki. Yang pertama harus kita masuki adalah RUANG IMAJINASI dan yang kedua adalah RUANG EDITING. Kedua ruangan ini sama pentingnya. Perlu dicatat bahwa saat proses menulis, kita harus memasuki kedua ruang tersebut satu persatu.
Jangan pernah kita menyatukan kedua ruang tersebut dan jangan pernah kita memasuki kedua ruangan dalam waktu yang bersamaan. Yang pertama kali kita masuki adalah RUANG IMAJINASI. Di ruangan ini kalian DILARANG KERAS mengedit sebuah tulisan. Biarkan tulisan terpampang seperti apa adanya. Jadi bila kita sudah terlanjur menulis sebuah kata makian yang dilontarkan seorang bapak pada anaknya, “Anjing lu!” (misalnya). Biarkan aja begitu. Jangan diedit. Kenapa demikian?
Di ruang imajinasi, kita sedang memberdayakan imajinasi kita. Kata-kata yang sudah tertulis adalah jejak emosi dari cerita yang sedang kita buat. SETIAP KATA YANG TERTULIS ADALAH JEMBATAN EMOSI YANG SEDANG KITA LALUI MENUJU KE IMAJINASI BERIKUTNYA. Kalau kita berhenti lalu mengedit tulisan tersebut, itu sama saja kalian memutus imajinasi yang sedang berjalan. Jadi biarkan semua kata tertulis apa adanya. Teruslah menulis sampai cerita selesai. Di ruang imajinasi ini kalian harus MENGHAMBA PADA KEBEBASAN.
Lupakan kesalahan ejaan, acuhkan soal norma dan aturan, jangan ada nilai-nilai yang mengekang, misalnya kekerasan, pornografi, SARA dll. ABAIKAN SEMUA. Nikmati kebebasan itu, bersenang-senanglah dengan imajinasi yang sedang berjalan. Biarkan imajinasi itu menjadi liar tak terkendali. Biarkan imajinasi itu akhirnya mengambil kontrol atas pikiran dan tangan kita. Ikuti saja kemana dia pergi. Biarkan jemari kalian menari di tuts komputer tanpa kendali.
Ketika sampai di taraf itu, kita akan merasa ada makhluk lain yang mengambil alih kontrol kita. Makhluk lain itulah kini yang sedang menulis cerita dengan meminjam jemari kita untuk mengetik di komputer. Tapi tidak usah takut. Ikuti saja. Biarkan cerita berjalan sampai akhirnya selesai. Kalo proses ini dijalankan sebebas-bebasnya maka kalian akan terkejut sendiri, “Masak sih ini tulisan gue? Rasanya gak mungkin gue menulis seperti ini.”
Sulit dipercaya memang tapi itulah yang selalu terjadi pada saya setiap kali menulis. Proses menulis memang biasanya begitu terjadinya. Pertama kita berpikir. Setelah itu kita berpikir sambil berimajinasi. Selanjutnya kita berimajinasi masih dalam kontrol kita. Akhirnya imajinasi mengambil kontrol dan bekerja sendiri. Jari-jari kita terus mengetik sendiri  seolah jemari itu bukan milik kita.
Luar biasa banget! Itu sebabnya ketika teman-teman membaca tulisan kita, mereka gak percaya bahwa itu tulisan kita. Jangankan temen bahkan bisa jadi kita sendiri nyaris gak percaya kita bisa menulis seperti itu. Rasanya seperti ada makhluk lain yang menguasai tubuh kita. Makhluk itulah yang menulis dengan meminjam jari-jari kita.
Pernah suatu hari saya sedang menulis novel di kantor. Baru mau mulai tiba-tiba Kang Asep datang dan pamit karena mau meeting.
"Okay, silakan, Sep." kata saya lalu mulai bekerja. Sekitar beberapa menit saya nengok ke arah Asep yang masih saja berada di kantor. Saya tanya, "Gak jadi meeting, Sep?"
"Udah meetingnya. Ini baru pulang." kata Asep.
"Heh? Kok cepet banget? Emang meetingnya di sini?" tanya saya lagi keheranan.
"Cepet apanya? Saya udah 4 jam meninggalkan kantor," kata Asep lagi.
Saya kaget bukan main. Perasaan baru beberapa menit yang lalu Asep pamit. Saya ngeliat jam. Dan bener loh  Ternyata sudah 4 jam berlalu. Sebenernya apa yang terjadi? Saya 'keasyikan’ berada di ruang imajinasi sehingga terjadilah apa yang disebut dengan time lapse. Kemudian saya baca apa yang telah saya tulis. Ternyata saya udah nulis banyak banget! Dan ketika saya baca, masya Allah, saya gak percaya sama sekali bahwa itu tulisan yang saya buat.
Isinya gila dan unexpected banget. Saya gak percaya bisa menulis seperti itu. Begitulah dahsyatnya jika kita biarkan diri kita larut dalam ruang imajinasi.
Hhhhhh....merinding saya jadinya. Tapi seru! Ketika tulisan sudah rampung, barulah kita memasuki ruang editing. Di tahap ini, kita bisa membaca lagi cerita dari awal dan merevisi semua kata yang rasanya terlalu kasar. Terlalu sadis. Terlalu norak. Terlalu porno dan sebagainya. Dalam kasus Taufik di atas, dia bisa memperbaiki, merevisi atau menyensor bagian yang rasanya terlalu jorok. Di sinilah kesempatan kita untuk mengedit cerita dari awal sampai akhir.
Di ruang editing inilah nilai-nilai normatif kita masukkan. Begitulah proses menulis yang betul. Misalnya soal makian ‘Anjing lu!’ di atas. Pastinya kita merasa kok gak pantes banget seorang bapak memaki anaknya dengan kata sekasar itu. Okay, kita bisa menggantinya dengan kata ‘Kurang ajar, kamu!’ atau kalo mau yang lebih halus lagi “Keterlaluan, kamu’. Silakan pilih yang paling cocok.
Yang penting proses editing itu jangan dilakukan di ruang imajinasi. Silakan dipraktekin. Di ruang editing ini kalian harus menciptakan dua polisi untuk menemani kalian  memeriksa tulisan. Yang satu polisi tata bahasa. Biarkan dia membantu alian memeriksa semua tata bahasa, typo dan tanda baca. Yang satu lag adalah polisi norma. Dia akan membantu kita menyensor hal2 yang porno, sadis atau apapun yang bertentangan dengan norma-norma yang kita anut.
Ruang imajinasi akan membuat karya kita jadi unexpected karena kita melepaskan imajinasi kita melanglang buana sebebas-bebasnya. Ruang editing akan membuat karya kita menjadi sempurna karena kita meluruskan sesuatu yang tidak wajar atau melanggar norma-norma.
Sebetulnya metode inilah yang sering saya sebut dengan teknik “LANTURAN TAPI RELEVAN” yang juga merupakan judul buku pertama saya. Jadi bagaimana teman-teman? Sudah dapet ide untuk ditulis? Kalo sekiranya masih juga belum dapat ide mungkin kita perlu latihan lagi untuk memancing ide cerita keluar.  Setuju???

6 KATA AJAIB
OK, sekarang kita latihan lagi, ya? Latihan kali ini adalah cara lain untuk memancing ide. Sebenernya metode ini adalah lanjutan dari metode 6 benda yang kita lakukan sebelumnya. Kalo sebelumnya kita hanya menuliskan 6 benda yang ada di sekeliling kita maka kali ini kita harus memilih 6 kata yang imajinatif. Perlu diketahui bahwa sebuah kata mempunyai enerjinya sendiri-sendiri. Dan setiap orang mempunyai ‘kata-kata’ imajinatifnya sendiri-sendiri pula. Kata ‘Cinta’ mungkin imajinatif buat Si A tapi belom tentu mempunyai efek yang sama pada Si B.
Itu sebabnya kita harus memilih minimal 6 kata yang paling powerful sehingga mampu memicu kita untuk berimajinasi secara maksimal sehingga tulisan kita jadi menarik. Dalam memilih keenam kata tersebut ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu kita harus mencari 6 kata yang jauh hubungannya satu sama lain. Jangan menuliskan kata yang secara makna terlalu deket, misalnya ‘buku – pensil, meja – kursi, sendok – garpu, dsb.
Pilih kata yang secara makna JAUH satu sama lain. Misalnya ‘kodok’ dan ‘Paracetamol’. Jauh banget, kan? Kenapa kita harus memilih yang jauh? Karena semakin jauh hubungan antar-kata akan semakin MEMICU IMAJINASI kita. Itu rahasianya.
Okay, karena ini baru latihan pertama, maka keenam kata kali ini, saya yang akan pilihkan untuk kalian. Jadi semua peserta akan mempunyai 6 kata yang sama. Nanti dari hasilnya kita bisa membandingkan siapa yang imajinasinya paling “GILA”.
Oh, iya satu lagi. Mohon dengan sangat, kalian jangan terlalu cepat puas dengan hasil tulisan pertama. Jangan begitu dapet ide, buru-buru ditulis terus langsung diposting di web The Writers. Proses kreatif itu tidak pernah berhenti. Manfaatkan ruang imajinasi sebebas-bebasnya. Gunakan ruang editing sebaik-baiknya. Tolong baca lagi yang bener lalu sempurnakan.
Tulisan harus dikasih spasi biar yang baca juga enak. Capek loh baca puluhan tulisan yang tata bahasanya ngaco dengan typo di mana-mana. Okay. Kalo udah siap, ini keenam katanya:
1. Perahu
2. Alien
3. Telanjang
4. Darah
5. Ranjang
6. Kopi
Tugas kalian sekarang adalah coba bikin cerita berdasarkan semua kata yang saya kasih. Keenam kata tersebut harus ada dan berhubungan satu sama lain dan membentuk cerita yang menarik. Ingat! Perhatikan setiap kata lalu masuki setiap makna yang terkandung di dalamnya.
Misalnya kata ‘ALIEN’ bisa kita maknai sendiri dengan makna makhluk angkasa luar, orang asing, orang aneh, orang terasing dll semuanya sah-sah saja. Gunakan imajinasi kita seliar-liarnya. Gak ada istilah tabu, jorok, porno dan haram di ruang imajinasi. Jangan buru-buru masuk ke kata kedua. Selama kita masih asyik berimajinasi dengan kata pertama, ikuti saja terus.
Ketika cerita mulai mentok, barulah kita masuk ke kata kedua. Seperti tadi, perhatikan kata tersebut lalu masuki semua maknanya. Dan begitu seterusnya. Keenam kata itu gak perlu dibuat berurutan seperti saya kasih. Kalian bisa menggunakannya seara acak. Tulisan seperti biasa diposting di sini, ya. Jangan lupa kasih judul yang menarik. Karena berawal dari judullah orang akan membaca tulisan kita. Selamat mencoba.

Sekarang kita masuk ke sesi tanya jawab.

Pertanyaan pertama dari @Cahyo Ken: Saat menemukan ide seperti itu, saat ngobrol  misalnya. Tapi kebetulan pas tidak ada tools sama sekali buat nyatat. Dan alhasil, lupa. Ide hilang seperti saat ini, kehilangan ide karena sambil ngawasi anak bermain.  Bagaimana cara mengatasi hal itu Om?
Catet di HP dong. Kalo saya selalu nyatet di Notes Samsung. Harus segera dicatat. Paling cuma butuh waktu beberapa detik. Misalnya saya cukup menulis, Pianonya Glenn!"  Kata 'Piano Glenn' itu akan berfungsi seperti keywords. Jadi kalo saya baca catatan itu, cerita keseluruhannya saya pasti inget. Next!

Dari @Anggie eka putri: Halo Om sebelumnya saya mau bilang terima kasih banyak atas ilmunya beberapa hari ini dan ke depan. Saya mau bertanya, katanya peristiwa apapun yang yang menggugah emosi berpotensi jadi ide yang bagus. Misalkan lagi emosi marah gitu, gimana ya om Supaya orang tetap tergugah tapi aura negatifnya gak kebawa gitu?
Saya agak susah ngejawab pertanyaan ini karena terlalu general. Ini pertanyaan harus spesifik, misalnya yg marah siapa, marah krn apa, marahnya ke siapa, gara-garanya apa. Dari situ baru saya bisa menilai apakah emotional moment di sana enerjinya negatif atau tidak. Kalo nggak ya biarin aja. Kalo ternyata negatif, baru perlu kita pikirin bagaimana menetralisirnya menjadi positif. Misalnya kamu marah sama sahabat baik kamu. Terus kamu merasa gak pentes karena merasa enerji negatifnya gede banget bahkan sampe membuat persahabatan menjadi renggang. Ya, tinggal minta maap aja, kan? Tapi momen marah itu tetap harus ditulis dan bahkan dimaksimalkan. Karena keseruan dari sebuah cerita ada pada emotional momentnya. Lalu endingnya menetralisir agar menjadi postif kembali.

Dari @Kifti The Writers. Oom Bud, mau tanya dong. Oom Bud selalu ingatkan kami tentang creative attitude dan apa tulisan/karya yang bisa dihasilkan dari kejadian yang menyentuh. Ini bisa dibilang sbg reproduksi gak ya? Saya senang tadi ada permintaan izin di kasusnya Glenn Marsalim (dia mengizinkan Oom Bud). Nah, kalau tidak diizinkan, berarti tdk bisa ditulis ya..
Gak dong. Sebuah cerita kan memang potret kehidupan. Reproduksi itu adalah cerita yang kita tulis berdasarkan tulisan orang lain.  Saya di FB menulis tentang Aqila yang ngejapri saya lewat WA. Saya menulis sikap Aqila yang positif ketika orang lain mengeluh bahwa di web The Writers tulisannya bagus2 sampe bikin minder.
Saya tergugah oleh Aqila dalam menyikapi sesuatu. Sebagai orang yang punya creative attitude, saya terpicu untuk menuliskannya menjadi cerpenting. Mosok ketika saya tulisan dibilang reproduksi? Sebaiknya memang kita meminta izin tapi kalo peristiwanya adalah kejadian sehari-hari, dan kita gak dikasih izin, kita tetep bisa menuliskannya dengan setting yang berbeda, dengan waktu yang berbeda dan dengan tokoh yang berbeda.

Dari @Annisa Riris Saputri. Halo, mau tanya. Beberapa kali bahkan sering misal lagi di dalam perjalanan pikiran melayang layang sendiri merangkai kata yang indah sekali. Tetapi waktu ngeluarin hape tiba-tiba buyarrrrrrrrr dan gak seindah pas cuma di pikiran. Itu gimana yaaaah?
Kalo itu harus dianalisa sendiri, kenapa waktu dibayangin terasa indah. Lalu analisa lagi, kenapa setelah mau dituliskan jadi gak indah. Soalnya kamu yang mengalami, jadi saya gak bisa menganalisa sesuatu yang saya gak tau dan gak saya alami.

Dari @Wiratama Bargawastra. Permisi, apa dengan menuliskan pengalaman masa lalu yg  membuat kita trauma dapat nengobati  trauma tersebut?
Sangat bisa. Pertama yang harus dilakukan adalah berdamai dengan rasa trauma tersebut. Ketika kita sudah berdamai, sakita akibat trauma tersebut tentunya masih ada. Tapi karena kita sudah berdamai maka kita akan lebih tenang untuk menuliskannya.
Di sesi berikutnya Kang Asep akan mengajarkan cara menulis dengan cara mengenal diri sendiri dulu. Mengindetifikasi kadar sugestif kita. Di momen itu kamu juga bisa tanya langsung sama Asep lebih mendalam tentang hal tersebut. Insya Allah Kang Asep juga bisa menyembuhkan trauma tersebut.

Selamat malam Om Bud dan Kang Asep. Saya mau bertanya, kalau pengalaman Om Bud atau Kang Asep sendiri, biasanya berapa jeda waktu antara "kerja di RUANG IMAJINASI" dengan "kerja di RUANG EDITING"? Misalnya satu jam, dua jam, atau mungkin malah satu hari?
Suka-suka aja. Senyamannya kamu aja. Proses menulis akan menjadi menyenangkan kalo kita dalam keadaan nyaman tanpa dikasih aturan-aturan. Ketika kita membebaskan diri di ruang imajinasi maka insya Allah tulisan kita akan menjadi bagus. Dan jangan lupa kita harus jadi dosen yang killer di ruang editing. Typo-typo kecil, tanda koma, salah titik, pelanggaran nnorma, semua harus terkoreksi di ruang editing.

Dari @Ismi. Salam. Mohon izin bertanya Om. Saat hati lagi kacau dan risau, mengapa ide yang semula bertumpuk jadi kabur semua tak bersisa? Bahkan, berlama-lama di depan laptop pun tak ada hasilnya? Apakah rumusnya memang begitu? Ataukah ada resep atau trik agar meski hati risau ide tetap terjangkau? Ismi - Solo
Ketika kita sedang risau atau gelisah maka sebenernya kita sedang dikasih ide oleh Tuhan untuk menuliskan sesuatu. Berkah dan bencana tergantung bagaimana kita menyikapinya. Makanya orang sering berpesan untuk para penulis, "Tetaplah gelisah, Kawanku. Agar bisa kau tuliskan kegelisahan itu dan menjadi inspirasi bagi kami yang membacanya."
Jadi ketika sedang gelisah, lupakan semua ide-ide yang sudah kamu rencanakan untuk ditulis. Tuhan punya rencana lain. Apakah itu? Tuliskan kegelisahan itu. Maka niscaya tulisan kamu akan menjadi bagus. Kenapa? Karena saat risau sebenernya emosi kamu sedang tergugah. Dan kita sudah sepakat bahwa cerita yang bagus adalah cerita yang menggugah emosi.
Silakan dibuat PR-nya dengan menggunakan 6 kata pemicu dari saya, ya. Keenam kata tersebut saya peroleh dari hasil renungan yang cukup panjang. Karena saya sengaja mencari kata-kata yang powerful. Usahakan masuk ke ruang imajinasi bersama keenam kata tersebut. Jikalau kalian bisa fokus sampai terbawa dalam emosi cerita yang kita tulis, maka kalian akan mampu menulis cerita yang gak disangka-sangka. Pahamilah bahwa semua karya masterpiece di dunia ini, semuanya, tanpa kecuali, didapatkan di ruang imajinasi. Selamat mencoba.
Sudah 40 hari ini muncul gosip di kalangan anak-anak.


Materi dikutip dari kuliah menulis bersama narasumber Om Budiman Hakim dan Kang Asep Herna sebagai moderator serta Kak Devina sebagai penanggung jawab acara. Semoga bisa segera menyelesaikan PR dan bermanfaat bagi semua.



4 komentar: