Senin, 23 November 2020

KETIKA “NEGATIF” BIKIN LEGA

 

Pukul 13.50 hari ini sebuah notif di WAG sekolah masuk.

            Info dari Puskesmas, hasil swab Bapak Ibu Guru SMP … negatif semua (swab hari Senin dan Selasa. Bapak Ibu bisa mengakhiri isolasi mandiri dan beraktivitas seperti biasa. Jika ada gejala yang mencurigakan seperti gejala covid, silakan hubungi Puskesmas. Terima kasih.”

            WAG langsung ramai. Tanggapan dari Bapak Ibu guru serta karyawan bermunculan. Semua menyatakan rasa syukur “alhamdulillah” dan kalimat-kalimat pengharapan semoga semua warga sehat wal afiat.

Ada satu chat yang menggelitik.

Matur nuwun Gusti, kula mboten katudhuh” (Terima kasih Tuhan, saya tidak tertuduh).

Chat itu dari yang dinyatakan positif. Beberapa hari grup menjadi heboh. Masalahnya, beliau dinyatakan positif setelah dilakukan swab beberapa hari sebelumnya. Beliau tidak berterus terang kepada pihak sekolah jika telah dilakukan swab atas dirinya. Setelah swab masuk seperti biasa yang tentunya berdampak kontak fisik kepada warga sekolah. Beliau melakukan swab karena putri sulungnya yang bekerja di rumah sakit dinyatakan positif.

Dampak yang nyata belasan warga sekolah harus ikuti swab. Dampak lebih jauh, yang ikut swab harus patuhi protokol kesehatan untuk isolasi mandiri. Padahal, hasil swab sekitar satu pekan. Praktis, selama satu pekan peserta swab isolasi mandiri.

Beberapa keluhan peserta isoman bermunculan. Ada yang sumpek pakai masker terus. Ada yang ingin cari angin keluar dari rumah dan berbagai keinginan yang harus ditunda. Semua terjawab tuntas setelah hari ini dinyatakan negaif semua. Alhamdulillah ya Allah, isolasi mandiri telah diakhiri. Namun, sebagai langkah hati-hati protokol kesehatan tetap ditaati.

 

#Day21NovAISEIWritingChallenge

 


10 komentar: