Belajar dari Ibu Jamila
K. Baderan, M.Pd.
Kata “ekspektasi”
tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti
memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup. Sebagai
contoh, ekspektasi kita ketika bergabung dalam grup adalah ingin menghasilkan sebuah
karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah
berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita.
Ekspektasi kadang tak seindah kenyataan.
Dalam hal menulis,
harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf
menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi
sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah karena kita sudah sering menulis sejak kecil. Akan
tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah
karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Di antaranya:
1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik?, dls.
Mewujudkan ekspektasi
memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis
pemula. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang
baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.
Sebenarnya, tantangan
menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias
niat. Oleh karena itu, untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus
berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion.
Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan
tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah
merasa bosan.
Mewujudkan ekspektasi
dalam menulis adalah berjuang membangun tekad
dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang kita harus
nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya
sangat mustahil. Untuk itulah kita perlu berusaha konsisten terhadap ekspektasi
yang susah payah dibangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah.
Saat menerima tantangan
Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang
menyelimuti hati dan pikiran. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun
berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya
ekspektasi berubah menjadi sebuah prestasi. Saat Pak Joko mengumumkan bahwa
tulisan lolos tanpa revisi, seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa
tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata
memiliki takdir luar biasa.
Dari pengalaman, kita belajar beberapa hal
dalam menulis:
1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan
tekanan.
3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
4. Menulislah hingga tuntas, jangan
memikirkan editing.
5. Menulis jangan terlalu lama.
6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan
kita, karna yang akan menilai adalah pembaca
Biasanya, kendala di awal
kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis.
Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di
sekitar kita. Misalya: tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah
lucu anak-anak kita.
Tuliskan apa saja yang
terlintas dalam pikiran. Tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dll.
Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. Bisa menulis di HP, bisa
menuliskan di benda apa saja yang ditemui. Bahkan, bisa menulis di telapak
tangan, bisa juga di paha.
Hal yang paling sulit
untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis.
Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Namun, ini pun tidak
masalah. Jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih
bisa menjadi suatu keterampilan?
Hal yang menjadi fokus
dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering
menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan
yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. Kita
akan berpikir untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak tuntas.
Berikut ini merupakan
tanya jawab yang perlu kita tahu
P1
Bagaimana tips cara merangkai kata-kata
menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai?
Gunakan kata apa saja
yang terlintas dalam pikiran. Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata
rumit. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain.
P2
(1) Terkait dengan
tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri yaitu mood dan niat,
namun yang saya rasakan yang paling besar adalah kemampuan saya. Ini yang
sering menghabiskan waktu lama ketika menulis perlu waktu lama bagi saya untuk
mengasah kemampuan itu. (2) Saya sering terjebak kebuntuan bila menulis
kemudian menilai ada gak manfaatnya bagi orang lain, layak ngga ditulis. Karena
untuk sekarang saya baru bisa menulis what to write dan belum what is it for. Jadi
rasanya masih jauh panggang dari api tentang ekspektasi itu.
Menarik sekali pertanyaannya. Memang
kendala terbesar dari diri kita sendiri bisa bermacam-macam. Masalah yang
dihadapi Bu Tini terkait dengan kemampuan itu disebabkan karena bu Tini menulis
dengan beban. Beban tentang baik buruknya tulisan kita. Cobalah menulis seperti
yang sudah saya paparkan tadi. Menulis secara lepas dan bebas. Lepas dari beban
terkait penilaian orang terhadap tulisan kita, sehingga kita bisa bebas
mengekspresikan diri kita dalam tulisan.
P3
Bagaimana proses kreatif
ibu sehingga bisa menghasilkan sebuah buku dalam seminggu?
Proses kreatif yang dilakukan dalam
menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan
membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis.
Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik.
Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik,
hingga siang dan malampun ikut terbalik. Hal pertama yang dilakukan di awal
adalah mencari menentukan judul dan kerangka tulisan. Lalu berburu referensi
sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua
bab, terakhir sesi editing.
P4
Untuk di zaman Milineal saat ini, bagaimanakah
mempublikasikan buku kita yang sudah dicetak, agar khalayak ramai banyak yang
membaca dan meminatinya?
Di
zaman sekarang, publikasi sangat dipermudah karena ada begitu banyak jejaring
sosial yang bisa kita manfaatkan. Di samping menawarkan door to door,
kita bisa posting melalui WA, Instag, FB, Youtube, dll. Jangan lupa buat flyer
+ kata-kata menarik dan foto ekslusif, seperti orang jualan gitu. Namanya juga
menawarkan. Yang penting harus jujur dan tidak ada kebohongan publik dalam
iklan buku kita
P5
(1) Bagaimana cara
merangsang potensi diri kita, sehingga potensi itu bisa merangsang pikiran. (2)
Bagaimana caranya penulis pemula bisa
merangsang setiap pemikiran atau penglihatan yang dilihat itu menjadi sebuah
tulisan.
terima
kasih
Berbicara tentang potensi diri. Kembali
lagi ke dua hal yang harus kita ubah dalam hidup kita yaitu Mindset dan
passion. Saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy
dalam menulis. Mulailah dengan melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu
cobalah untuk mendeskripsikannya. Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain
akan datang dengan sendirinya. Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita
memiliki potensi, dan potensi kita perlu diasah agar menjadi kompetensi.
P6
Apakah dalam menyelesaikan naskah buku Ibu
melibatkan orang lain untuk edit naskah ibu? Sebelum dikirim ke penerbit?
Proses editing bisa dilakukan sendiri dan
dapat pula menggunakan jasa orang lain. Untuk buku yang saya tulis, sebelum dikirim
ke penerbit saya melakukan swasunting/edit sendiri. Kita tidak perlu khawatir
masalah editing, karena biasanya pihak penerbit juga melakukan editing sebelum
buku tersebut naik cetak.
P7
Hal
yang sering mengganggu bahkan bisa sebagai pemupus harapan dalam menulis.
1. Jadikan
menulis sebagai suatu kebutuhan. Bagaimana pandangan Bu Jamila berkaitan dengan
budaya baca tulis kita secara umum yang masih rendah, sehingga bisa menulis sebagai
kebutuhan ?
2. Jangan
memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.
Perasaan ini sering mengganjal diri saya, sehingga
sering selesai menulis menjadi mentok akibat menanggung rasa malu akan hasil
karya kita.
Apa
resepnya agar bisa keluar dari zona tidak nyaman itu.
Secara nasional, memang minat dan budaya
baca kita masih rendah. Di sinilah peran kita sebagai guru, orang tua, dan orang yang peduli dengan kependidikan
untuk kembali membangun budaya membaca generasi kita yang selalu pasang surut.
Membaca dan menulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. semakin suka
membaca, maka semakin mudah menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan,
artinya kita menjadikan membaca sebagai makanan kita.
Agar kita bisa keluar dari zona tidak
nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita
tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita. Biarkan tulisan tersebut
selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena
penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita. Saat menulis buku ke-3 saya
adalah orang yang paling tidak percaya diri dengan tulisan saya. Tulisan saya
berbeda dengan semua tulisan teman-teman. Saya tidak tahu jenis tulisan,
apalagi yang namanya gaya selingkung. Saya baru tahu, saat saya
mempresentasikan buku saya, dan diberi apresiasi luar biasa oleh Prof. Eko.
P8
Terkadang saya sudah
memiliki ide/tema menulis tapi saya suka bingung mau menulis dari mana dan
pengetahuan akan tema tersebut masih minim padahal saya sangat tertarik untuk
menulis hal tersebut. Bagaimana solusinya?
Punya ide, tapi bingung mau mulai menulis
dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam
pikiran. Jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1,
dst. Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. Saat kita benar-benar bingung
dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita
akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul,
jangan ditunda segeralah ditulis.
P9
Mohon pencerahanya Ibu bagaimana membuat
judul tulisan yg baik, sehingga mampu menarik pembaca . Mohon tips dan triknya.
Terimakasih.
Membuat judul tulisan yang baik,
sebenarnya sangat bergantung dari minat. Kita cenderung sukanya menulis di
bidang apa. Kita suka menulis fiksi atau nonfiksi. Untuk memilih judul tentunya
kita perlu referensi terkait konten yang akan kita tulis. Kita bisa browsing di
internet sambil melakukan inovasi untuk judul yang kita buat. Semakin banyak
referensi judul yang kita lihat maka akan semakin baik judul yang kita tulis. Untuk
referensi tipe-tipe judul, silahkan intip di sini https://marketingcraft.getcraft.com/id-articles/7-tipe-judul-artikel-untuk-meningkatkan-traffic-blog-anda
P10
1. Sejak
kapan awal mula Bunda Jamila menulis buku?
2. Tips-tips
apa saja agar kita tidak merasa bosan
dalam menulis?
3. Dari
mana saja ide-ide yang Bunda Jamila tuangkan untuk sebuah tulisan?
Awal menulis buku tahun 2017. Adapun tips
yang saya lakukan dalam menulis agar tidak bosan sudah saya uraikan sebelumya.
Ide menulis bisa datang dari mana saja. Kebanyakan dari lingkungan sekitar.
P11
Bagaimana agar usaha kita
untuk menghasilkan karya juga karyanya menjadi menarik sesuai ekspektasi?
Apakah jenis buku yang menarik itu harus berwarna misalnya atau penbahasannya
yg up trending bgitu? Mohon gambaran agar pemetaan pikirannya jelas.
Agar
karya kita menarik sebelum menulis buku kita harus cari tahu hal/isu yang
menjadi trending topik dan tidak akan ketinggalan jaman. Di pertemuan
sebelumnya sudah dijelaskan oleh Pak Joko tekniknya.
P12
1.
Bagaimana mengatasi keinginan mengedit tulisan kita padahal tulisan belum selesai?
2.
Berada di lingkungan pendidikan kita dituntut menulis dengan kaidah bahasa yang
benar. Ini kadang membayangi saat kita mengeluarkan ide-ide. Merasa tidak PD
dan kurang pas sehingga jadi macet. Bagaimana mengatasinya?
Hal yang perlu kita lakukan adalah
berusaha fokus di halaman-halaman berikutnya. Tahan diri semaksimal mungkin
untuk tidak membuka/membaca halaman yang sudah kita tulis. Terkait kaidah
penulisan, saat menulis abaikan saja dulu. Nanti akan ada saatnya kita mengedit
ketika tulisan kita sudah benar-benar tuntas.
P13
Mohon berikan
kiat-kiat sukses supaya bisa
menghasilkan tulisan yang menginspirasi
saya dan juga teman-teman.
Kiat
yang saya lakukan sudah saya uraikan semua di atas bund. Intinya ubah mindset,
passion, bangun tekad, kuatkan niat, dan harus konsisten menulis. Jangan lupa
banyak membaca. Sering-sering blog walking
P14
Saya
mampir di blog Ibu.
Pas
baca profil singkat bagian bawah "About Jamila" ada tulisan seperti
ini:
Ut
wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit
lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure
dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat.
Boleh
tahu itu bahasa apa ya dan artinya?
Maaf,
kepo banget.
Saya
malah tidak tahu Bu Erry. Mungkin tulisan itu by sistem, karna pakai templete
yang diunduh dari browser:
P15
1. Bagaimana
cara Ibu menghargai dan merayakan keberhasilan dalam menerbitkan buku?
2. Dalam
penerbitan buku, apakah Ibu pernah memiliki ekspektasi yang tidak sesuai
harapan? Bagaimana cara Ibu mengatasinya?
3. Mohon
pencerahan tentang cara yang bisa kita lakukan untuk menularkan hobi menulis
kepada rekan sejawat di sekolah?
Alhamdulillah saya selalu berucap syukur
kepada Allah, karena tidak pernah menyangka ternyata bisa menulis seperti
sekarang. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setiap
keberhasilan saya tidak pernah merayakan secara wah, hanya tunduk sujud saja
kepada Sang Khalik atas semua nikmat yang diberikan. Dalam hal ekspektasi
menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. Cara
mengatasinya kembali kepada: bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini,
kesempurnaan hanyalah milik Dia. Cara kita menularkan hobi menulis yang paling efektif adalah dengan bukti.
Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan merekapun bisa seperti kita. Tidak ada
hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.
Kesimpulannya : Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita.
berguna banget bun, trims
BalasHapusTerima kasihkembali Pak Sus
Hapuswah lengkap insightnya.. terima kasih Bu :)
BalasHapusSama2 Mas
HapusWah catatan yang panjang..sangat menarik..memberi semangat menulis..trims ya bundaku
BalasHapusAamiin3
Hapus