Rabu, 06 Mei 2020

BELAJAR BIJAK DARI NARSUM HEBAT (1)


Seperti padi, kian berisi kian merunduk. Semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya. Kalau sudah pandai janganlah sombong, selalulah rendah hati.

Itulah salah satu pelajaran bijak dari narasumber hebat di grup Belajar Menulis Bersama Omjay Gelombang 8. Dari sederet nama narasumber gelombang 8 ini tak satu pun terlihat olehku terbersit sedikit kesombongan di hatinya. Hal inilah yang menyebabkan diriku berdecak kagum. Bukan itu saja. Konon, kata si penggagas acara, narasumber yang hampir semuanya narasumber nasional ini, motivator dan trainer itu bayarannya lumayan mahal. Tarif umumnya di atas 10 J. Di grup ini bertarif fantastis, yakni 3M (makasih, makasih, makasih euy) dan iringan doa untuknya semoga Yang Mahakuasa melimpahkan anugerah rizki yang tak disangka-sangka. Semua narsum gratis tis dari rupiah.
Hingga saat ini telah ada 26 marsum membersamai kami di Belajar Menulis Bersama Omjay. Jika dikupas satu-satu sekiranya akan memenuhi berpuluh-puluh halaman. Akan tetapi, akan kucoba juga tuk mengurainya secara sederhana.
1.     Omjay
Sosok pria setengah baya ini memiliki karakter khas dan unik. Semangat berbaginya luar biasa. Konon, semangat berbagi ini berawal dirinya yang mendapat hadiah dari lomba menulis. Karena rizki didapat dari menulis, beliau menginvestasikannya untuk mengembangkan kegiatan menulis. Belajar Menulis Bersama Omjay Gelombang 8 ini salah satu di antaranya. Kalau dinalar dengan logika, setiap peserta ditarik biaya ratusan ribu rupiah pun saya kira rela. Namun, itulah dirinya yang tak memungut biaya sepeser pun karena semangat berbaginya yang tinggi.
Beliau juga dikenal sosok yang ramah dan sangat berprestasi. Rajin menyapa dan memberi komen setiap tulisan yang diunggah. Jangan dikira beliau pengangguran. Segudang aktivitas dan prestasi dimiliki. Mulai Juara I LKTI tingkat nasional, Pemenang I Buku Pusbuk, Juara I Blog Psat Bahasa, Juara II Guru Acer Award dan segudang prestasi lainnya tak serta merta menjadikannya jemawa. Benar-benar ilmu padi diterapkan dalam dirinya.
Beliau kemarin mengunggah cerita seorang antri yang disuruh oleh sang kyai untuk mencari orang yang lebih buruk dari santri itu sunguh mengusik kalbu. Seorang santri yang semula menganggap sangat mudah mencari orang lebih buruk darinya harus menyerah dan kembali kepada sang kyai dengan tangan hampa. Orang pertama yang ditemuinya, seorang pemabuk, semula dia yakin bahwa pemabuk itu lebih jelek darinya. Setelah direnungkan dia tak serta merta menyimpulkan. Bisa jadi pemabuk lebih baik darinya. Siapa tahu di akhir hayat dia mendapat hidayah. Bahkan setelah bertemu dengan anjing kotor, berpenyakitan pun santri itu tak merasa lebih baik. Inilah pembelajaran kerendahhatian.
2.     Dedi Dwitagama
Sosok guru, bloger, youtuber ini salah seorang yang menjadikan Omjay membulatkan tekad untuk menjadi bloger. Segudang prestasi yang diraihnya tak membuatnya jemawa juga. Enam belas prestasi yang tertulis di biodata membuatku angkat topi untuknya. Padahal, pasti masih ada prestasi lain yang belum ditulisnya. Menjadikan refleksi buat diriku bahwa diri ini belum apa-apa.
Selain bloger dan youtuber, Dedi Dwitagama juga seorang trainer, dan motivator nasional. Beliau tak berkebartan mendapat honorariun 3 M ini kegiatan ini. Tentu ini honor yang terlalu “fantastis” baginya. Tapi, tampaknya beliau menerima dengan rela. Inilah sosok yang secara tidak langsung membuat Omjay bergiat menjadi bloger dan youtuber. Berkaca dari Pak Dedi yang waktu itu kepala sekolah saja masih sempat ngeblog, apalagi dirinya?
Diriku pun amat terkesan dengannya. Sebuah komentar beliau di blog yang kukirim linknya di grup tertinggal jejak komentarnya. Beliau berterima kasih atas resume yang kuunggah. Beliau berterima kasih pula karena foto kakak beradik (Pak Dedi dan Pak Agus Sampurno) ada di blog ini. Baru ‘ngeh’ diriku bahwa Pak Dedi dan Pak Agus Sampurno adalah dua orang bersaudara. Keduanya narasumber hebat yan sama-sama rendah hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar