Seperti padi, kian berisi kian merunduk. Semakin
tinggi ilmunya semakin rendah hatinya. Kalau sudah pandai janganlah sombong,
selalulah rendah hati.
Itulah salah satu pelajaran bijak dari narasumber hebat di grup Belajar
Menulis Bersama Omjay Gelombang 8. Dari sederet nama narasumber gelombang 8 ini
tak satu pun terlihat olehku terbersit sedikit kesombongan di hatinya. Hal
inilah yang menyebabkan diriku berdecak kagum. Bukan itu saja. Konon, kata si
penggagas acara, narasumber yang hampir semuanya narasumber nasional ini,
motivator dan trainer itu bayarannya lumayan mahal. Tarif umumnya di atas 10 J.
Di grup ini bertarif fantastis, yakni 3M (makasih, makasih, makasih euy) dan
iringan doa untuknya semoga Yang Mahakuasa melimpahkan anugerah rizki yang tak
disangka-sangka. Semua narsum gratis tis dari rupiah.
Hingga saat ini telah ada 26 marsum membersamai kami di Belajar Menulis
Bersama Omjay. Jika dikupas satu-satu sekiranya akan memenuhi berpuluh-puluh
halaman. Akan tetapi, akan kucoba juga tuk mengurainya secara sederhana.
1.
Omjay
Sosok pria setengah baya ini memiliki karakter khas dan unik. Semangat
berbaginya luar biasa. Konon, semangat berbagi ini berawal dirinya yang
mendapat hadiah dari lomba menulis. Karena rizki didapat dari menulis, beliau
menginvestasikannya untuk mengembangkan kegiatan menulis. Belajar Menulis
Bersama Omjay Gelombang 8 ini salah satu di antaranya. Kalau dinalar dengan
logika, setiap peserta ditarik biaya ratusan ribu rupiah pun saya kira rela.
Namun, itulah dirinya yang tak memungut biaya sepeser pun karena semangat
berbaginya yang tinggi.
Beliau juga dikenal sosok yang ramah dan sangat berprestasi. Rajin
menyapa dan memberi komen setiap tulisan yang diunggah. Jangan dikira beliau
pengangguran. Segudang aktivitas dan prestasi dimiliki. Mulai Juara I LKTI tingkat
nasional, Pemenang I Buku Pusbuk, Juara I Blog Psat Bahasa, Juara II Guru Acer
Award dan segudang prestasi lainnya tak serta merta menjadikannya jemawa.
Benar-benar ilmu padi diterapkan dalam dirinya.
Beliau kemarin mengunggah cerita seorang antri yang disuruh oleh sang
kyai untuk mencari orang yang lebih buruk dari santri itu sunguh mengusik kalbu.
Seorang santri yang semula menganggap sangat mudah mencari orang lebih buruk darinya
harus menyerah dan kembali kepada sang kyai dengan tangan hampa. Orang pertama
yang ditemuinya, seorang pemabuk, semula dia yakin bahwa pemabuk itu lebih
jelek darinya. Setelah direnungkan dia tak serta merta menyimpulkan. Bisa jadi pemabuk
lebih baik darinya. Siapa tahu di akhir hayat dia mendapat hidayah. Bahkan
setelah bertemu dengan anjing kotor, berpenyakitan pun santri itu tak merasa
lebih baik. Inilah pembelajaran kerendahhatian.
2.
Dedi
Dwitagama
Sosok guru, bloger, youtuber ini salah seorang yang menjadikan Omjay
membulatkan tekad untuk menjadi bloger. Segudang prestasi yang diraihnya tak
membuatnya jemawa juga. Enam belas prestasi yang tertulis di biodata membuatku
angkat topi untuknya. Padahal, pasti masih ada prestasi lain yang belum
ditulisnya. Menjadikan refleksi buat diriku bahwa diri ini belum apa-apa.
Selain bloger dan youtuber, Dedi Dwitagama juga seorang trainer, dan
motivator nasional. Beliau tak berkebartan mendapat honorariun 3 M ini kegiatan
ini. Tentu ini honor yang terlalu “fantastis” baginya. Tapi, tampaknya
beliau menerima dengan rela. Inilah sosok yang secara tidak langsung membuat
Omjay bergiat menjadi bloger dan youtuber. Berkaca dari Pak Dedi yang waktu itu
kepala sekolah saja masih sempat ngeblog, apalagi dirinya?
Diriku pun amat terkesan dengannya. Sebuah komentar beliau di blog yang
kukirim linknya di grup tertinggal jejak komentarnya. Beliau berterima kasih
atas resume yang kuunggah. Beliau berterima kasih pula karena foto kakak beradik
(Pak Dedi dan Pak Agus Sampurno) ada di blog ini. Baru ‘ngeh’ diriku bahwa Pak
Dedi dan Pak Agus Sampurno adalah dua orang bersaudara. Keduanya narasumber
hebat yan sama-sama rendah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar