Sabtu, 02 Mei 2020

“KOMUNIKASI” SEBAGAI KUNCI PEMBELAJARAN EFEKTIF DARI RUMAH



Sejak hadirnya covid di dunia, termasuk negeri tercinta Indonesia, telah mengubah pola pikir banyak orang. Baik orang tua, guru, masyarakat, maupun siswa. Sebagaimana yang disampaiakan oleh Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam sambutanya pada acara webinar PGRI yang diikuti oleh 13.000-an guru di Indonesia.  Beliau sampaikan bahwa covid-19 ini membawa perubahan di dunia pendidikan.
Krisis ini juga membawa hikmah. Saat ini guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran online. Tanpa diduga dan tanpa persiapan sebelumnya, guru dipaksa untuk melaksanakan pembelajaran online, daring (dalam jaringan) atau PJJ (pembelajaran jarak jauh). Hadirnya covid membawa keprihatinan sekaligus berhikmah. Di antaranya adanya kesadaran bahwa pembelajaran dapat dilakukan di mana pun. Orang tua semakin menyadari sulitnya tugas menjadi guru. Guru, siswa dan orang tua juga menyadari bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah. Menumbuhkan semangat untuk berkolaborasi sehingga menimbulkan empati.
Inilah yang menimbulkan semangat penulis untuk bereksplorasi. Bagaimana bisa membelajarkan siswa dalam keterbatasan dengan kemampuan dan sarana prasarana pas-pasan dengan hasil tak mengecewakan. Dalam waktu singkat dan berawal dari keterpaksaan (bukankah awalnya terpaksa, dipaksa, akhirnya terbiasa dan menjadi mahir) mencari model yang paling tepat.
Awal mula pembelajaran dilakukan melaui media WA. Media ini sdah sering digunakan untuk mengiriman tugas. Sayang, satu dua siswa tak memilikinya. Jika pembelajaran langsung ini bukan perkara besar. Sebab siswa yang tak punya HP bis nebeng HP temannya. Pembelajaran bisa berlangsung. Tentu tak luput dari kendala. Yang utama kendala HP dan pulsa.
Baru hari kedua belajar di rumah, sudah terdengar keluhan siswa yang bosan di rumah. Gak enak di ruma. Ingn segera berangkat sekolah. Bertemu Bapak Ibu guru dan teman-teman semuanya.
Di tengah keluhan yang makin marak, guru berusaha untuk menenangkan.Bisa dilihat dari sapan-sapaan yang dikirimka kepada grup kelas. Di antaranya ada kesempatan bereksplor mencarai kata-kata terkait maraknya virus korona. Tanggapan daris siswa cukup beragam. Ada yang segera menyambutnya, namun ada pula yang hingga habis waktunya sama sekali tak mengirimkan jawaban.
Guru yang tak b+puas berdiam diri saja mencoba pembelajaran online dengan google classroom. Satu dua, tiga atau beberapa siswa bisa gabung. Namun, beberapa di antaranya tak bisa gabung. Beragai alasan bermunculan. Tak punya alamat gmail, tak punya pulsa, tak punya HP sebagai alasan klise. Hal ini menunjukkan bahwa google classroom yang digunakan kurang berhasil.
Assalamu'alaikum Anak2 tercintaku, Negeriku, Sayangku, I Love You. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga sehat selalu ya. Tetap semangat belajar di rumah ya. Posting hari ini sama dengan tugas via WA kemarin. KIta belajar terus yaaa. (21 Maret)
Sapaan itu pun bersambut hangat. Beberapa siswa mulai berdatangan di kelas. Selalu guru mengusahakan untuk berkomunikas dengan memeperhatiakn aspek menat spriritual. Mencoba mengambi hati para siswanya.
Alhamdulillah siang ini telah terdaftar 26 siswa di kelas kita. Ini berarti tinggal 5 siswa 9f yang belum masuk. Sayangnya, beberapa nama siswa tiak ama dengan nama aslinya. Adakah yang bisa memberi masukan pada Bu Guru? (21 Maret)

Baru saja Ibu unggah materi Panduan Belajar Ruangguru.
Tidak usah dijadikan beban. Untuk tambahan wawasan saja. OKe? (21 Maret)

Sebagian besar sudah mengirim jawaban 5 nomor soal yang tadi Ibu kirim.Ada satu dua yang belum kirim sama sekali. Ada satu siswa yang baru kirim 1 jawaban, ada yang 2 jawaban, dan ada yang baru 3 jawaban. Kira-kira apa penyebabnya ya? Apakah soal terlalu sulit? Ataukah soal terlalu banyak? Atauka banyak tugas? Atau, apakah ...???
Baik. Kita akan bahas kalau sudah menjawab semua ya. Oke?

Selamat belajar dari rumah. Waduhhh, istilahnya apa ya??? Kalau bekerja dari rumah WFH = work from home. Kalau belajar dari rumah?

Percobaan online berikutnya pakai aplikasi google form. Ini lumayan efektif tetapi hanya untuk tugas-tugas. Terutama tugas atau soal dalam bentuk pilihan ganda. Yang ini semua bisa mengikuti. Dengan catatan, waktu mengerjakan diberi rentang waktu cukup panjang. Mengapa? Ada HP harus bergantian dengan orang tua atau saudara.
Muncul pemikiran baru. Menggunakan apa lagi agar pembelajaran menjadi lebih efektif? Dan tak menjadikan bosan? Penulis mencoba membuat rekaman informasi yang disampaikan lewat blog. Ini bukan konten pembelajarnnya. Sebagai rangsangan terhadap siswa untuk bahan diskusi saja.
Sebelum jadwal pembelajaran, guru telah mengingatkan bahwa kesempatan besok menggunakan blog sebagai media pembelajaran. Rekaman-rekaman video pembelajaran menjadi medianya. Judulnya pembelajaran dalam rangka penguatan enghadapai penilaian akhir tahun. Tiga puluh menit sebelum masuk jadwal guru embali mengingatkan-
Kurang lima menit pembelajaran guru mulai mengunggah blog berisi video pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk menyimak terlebih dahailu. Jika ada materi belum jelas bisa ditanyakan lewat grup.
Blog berisi video pembelajaran membuat siswa penasaran. Beberapa pertanyaan bermunculan. Video direkam oleh guru menggunakan bahasa sederhana. Ada pula unsur “fun”. Tak terduga sebelumnya, ternyata mengantre deretan pertanyaan. Sudah diingatkan bahwa penanya harus menuliskan nama dan nomor asen. Hal ini cukup efektif dengan bukti banyak muncul pertanyaan. Pembelajaran ini sebenarnya sedikit banyak mengadosi metode belajar “Belajar Menulis bersama Omjay.”
Pada bagian akhir pembelajaran berdasar komentar siswa bisa disimpulakan bahwa pembelajaran asyik dan sangat menyenangkan. Pertanyaan ditulis di grup WA yang langsung dijawab oleh penulis mengguanakan media audio. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media pembelajarn blended dengan memadukan berbagai aplikasi dapt menambah suasana fun dan lebih mudah dalam pembelajarn.

2 komentar: