Jumat, 08 Mei 2020

LITERASI DIGITAL ABAD KE-21

Tema               : Literasi Digital Abad ke-21
Waktu             : Selasa, 5 Mei 2020
Moderator       : Prof. Eko Indrajit
Narasumber    : Prof. Suhono Harso Supangkat

Pendidikan Narasumber:
Gelar                           Lulusan                                               Jurusan
Doctoral                      The University of Tokyo – Japan       Electrical Engineering
Graduate                     Meisei University – Japan                  Electrical Engineeri
Undergraduate             ITB – Indonesia                                  Teknik Elektro
Senior High                 SMAN 3 – Indonesia 
Junior High                 SMPN I – Indonesia  
Elementary                 SD 3 – Indonesia
           
Materi ini merupakan catatan penulis saat mengikuti kegiatan Webinar Guru Milenial yang diselenggarakan oleh PB PGRI pada hari Selasa, 5 Mei 2020. Ini merupakan catatan sebagai jejak penulis dalam keikutsertaan kegiatan Webinar serta untuk menerapkan pelajaran bijak, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”
            Berdasarkan riset pada bulan Januari 2020 terdapat 272,1 juta penduduk di Indonesia.
175,4 juta jiwa tercatat sebagai pengguna internet (64%). Yang mengejutkan, pengguna mobile 338.2 juta (124%). Ini artinya jumlah mobile lebih tinggi daripada jmlah penduduk. Ini bisa dipahami karena satu orang bisa jadi memiliki lebih dari satu mobile.


Apa itu literasi digital (literation digital)? Literasi digital adalah pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam proses menemukan, mengevaluasi, menggunakan, dan membat informasi, serta memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum.
Menurut Hague (2011) literasi digital merujuk pada keterampilan-keterampilan, pengetahun dan pemahaman untuk menggunakan teknologi dan media baru untuk menciptakan dan berbagi makna. Literasi digital juga merujuk tentang bagaimana teknologi komunikasi memberi dampak terhadap makna dan kemampuan untuk menganalisis serta mengevaluasi pengetahuan-pengetahuan yang tersedia dalam jejaring web.
Secara umum, level kompetensi pada tingkat kemampuan literasi digital dikelompokkam menjadi 3 level. Pertama level basic. Pada level ini individu memiliki kemampuan yang memungkinkan untuk menggunakan dasar media. Terdapat penggunaan media yang terbatas. Pengguna mengetahui fungsi dasarnya, menggunakannya untuk tujuan spesifik dan untuk menentukan alat. Kapasitas pengguna untuk menganalisis secara kritis informasi yang diterima masih terbatas.  Kiranya masih banyak guru yang berada pada level tersebut. Apalagi jika guru tersebut termasuk generasi baby boomers, meskipun tidak semua genererasi baby boomers demikian.
Kedua level medium. Pada level tersebut kemampuan komunikatif individu melalui media juga terbatas. Individu fasih dalam penggunaan media, mengetahui fungsinya, dan mampu mengoperasikannya lebih kompleks. Penggunaan media diperluas. Pengguna mengetahui bagaiman cara mendapatkan dan menilai informasi yang dia butuhkan, juga mengevaluasi (dan meningkatkan strategi) pencarian informasi.
Ketiga, level advanced. Pada level tersebut individu sangat aktif dalam pengunaan media, sadar dan tertarik terhadap hukum yang memengaruhi penggunaannya. Pengguna memiliki pengetahuan yang mendalam tentang teknik dan bahasa serta dapat menganalisis (dan akhirnya) mengubah kondisi yang memengaruhi hubungan komunikatifnya dan penciptaan pesan. Di bidang sosial pengguna mampu mengaktifkan kerja sama kelompok yang meungkinnya untuk menyelesaikan masalah.



Hobbs (2010) menyatakan penggunaan digital literasi (literation digital) ada empat klasifikasi. Pertama analyze & evaluate. Kedua create & collaborate. Ketiga use & share. Adapun yang keempat apply ethical judgement.
Praktik literasi digital melibatkan kemampuan untuk menemukan dan mengkonsumsi, membuat dan mengomunikasikan konten digital, sementara secara bersamaan menggunakan proses evaluasi kritis (Paul et al., 2017). Spires dan Bartlett (2101) membagi berbagai proses intelektual dan terkait dengan literasi digital menjadi tiga kategori: (a) locating and consuming digital content, (b) creating digital content, dan (c) communicating digital content.

Pada pembahasan ini pengklasifikasin generasi menjadi lima. Pertama Generasi “Baby Boomers (1946 – 1965). Pada generasi ini, sebagian ada yang antusias mempelajarai teknologi, ada juga yang bersikukuh menolak sehingga kerap dibilang “gaptek” atau gagap teknologi. Kedua Generasi “X” (1965 – 1980). Ini merupakan masa peralihan teknologi digital. Kemampuan menyerap berbagai informasi dari generasi ini membuat literasi digital berkembang pesat penggunaannya. Ketiga Generasi “Y (1981 – 1995). Literasi digital yang ada pada generasi ini sangat baik dan dapat diandalkan. Generasi ini cenderung mengabaikan informasi yang belum jelas dan menganalisis dengan cepat limpahan informasi yang datang. Keempat Generasi “Z” (1996 – 2010). Penerapan literasi digital mulai mengalami pergerseran makna. Generasi ini mulai melihat literasi digital sebagai sumber informasi jika bermanfaat meningkatkan kepopuleran mereka. Kelima Generasi “Alpha” (2011 – hingga saat ini). Generasi ini lahir sudah lekat dengan teknologi. Hal ini menjadikan mereka sebagai manusia yang hampir sebagian besar bergantung pada penggunaan piranti digital.



Generasi Y (atau sering disebut generasi milenial) telah memasuki abad 21. Karenanya milenial dituntut untuk memiliki kecakapan dan keterampilan 4 C (communiation, collaboration, critical thinkign and problem solving, dan creativity and innovation).

Pengguna teknologi harus belajar bagaimana menjadi “digital citizenship”. Digital citizenship harus bisa mengguankan teknologi secara cerdas. Misalnya ISTE menerbitkan daftar model perilaku yang terkait dengan digital citizenship. Perilaku yang dimaksud sebagai berikut.
1.     Tidak mencuri atau merusak karya digital, identitas, atau properti orang lain.
2.     Menggunakan alat digital untuk memajukan pembelajaran dan mengikuti perubahan teknologi.
3.     Melindungi informasi pribadi dari hal yang dapat menyebabkan bahaya.
4.     Kesetaraan hak digital dan akses untuk semua.

Pergeseran paradigma Abad ke-21 dapat digambarkan sebagi berikut.
No
Ciri Abad Ke-21
Model Pembelajaran
1
Informasi
(tersedia di man asaja, kapan saja)
Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peseta didik mencari ahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu
2
Komputasi
(lebih cepat memaki mesin)
Pembelajaran diarahkan untuk mampu menemukan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab).
3
Otomasi
(menjangkau segala pekerjaan rtin)
Pembelajaran diarahkan untuk berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan untuk berpikir mekanistis (rutin)
4
Komunikasi
(di mana saja, ke mana saja)
Pembelajaran menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

            Dalam pembelajaran juga terdapat pergeseran dari Abad ke-20 menuju abad ke-21
No
Abad ke-20
Abad ke-21
1
Berdasarkan waktu
Berdasarkan hasil
2
Fokus pada menghafal fakta-fakta yang berbeda
Fokus pada apa yang siswa TAHU, siswa DAPAT LAKUKAN, dan SEPERTI APA
3
Pelajaran fokus pada taksonomi Bloom yang lebih rendah, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Pembelajaran dirancang di tingkat atas taksonomi Bloom, yakni sintesis, analisis, dan evaluasi.
4
Berdasarkan buku teks
Berdasarkan penelitian
5
Pembelajaran pasif
Pembelajaran aktif
6
Peserta didik belajar dalam batasan di dalam ruangan
Peserta didik belajar secara kolaboratif dengan teman sekelas dan orang lain di seluruh dunia (kelas global)
7
Teacher centered
Student centered
8
Sedikit atau tidak ada kebebasan bagi siswa
Banyak kebebasan bagi siswa
9
Kurikulum terfragmentasi
Kurikulum terpadu interdisiplin
10
Ekspektasi rendah
Ekspektasi tinggi
11
Guru adalah penilai. Tidak ada orang lain yang melihat pekerjaan siswa
Self assessment, peer assessment, dan lainnya. Audiens publik, penilaian otentik.

Demikianlah materi yang dapat kita simak dari Webinar PGRI Guru Milenial Hari Ke-3 yang diselenggarakan pada hari Selasa, 5 Mei 2020. Semoga bermanfaat.


14 komentar:

  1. wah...pagi-pagi mencerahkan..memajukan...semangat terus..semoga barokah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tadi begitu kirim komentar kok ada Permintaan dari Aplikasi Bloog untuk mengganti dengan Nama

      Hapus
    2. Aamin YRA. The first reader.Mantap Pak
      Terima kasih

      Hapus
    3. He333. Terima kasih Bu Astuti

      Hapus
  2. Makasih Bu... waktu itu ikut nyimak tapi terus berhenti karena waktu dhuhur telah tiba....

    BalasHapus
  3. Wah...hebat bu Is,semangat,hayoo terus berkarya bu....shiip pokoke.

    BalasHapus
  4. Kereen ibuk..sdh slsai...lnjut terus smngat

    BalasHapus
  5. Bagus banget buat referensi nih. Terima kasih Bu Is.

    BalasHapus
  6. Keren pokoknya mbak Isminatun. Selamat berkarya terus...

    BalasHapus