Tema : Literasi Digital Abad ke-21
Waktu : Selasa, 5 Mei 2020
Moderator : Prof. Eko Indrajit
Narasumber : Prof. Suhono Harso Supangkat
Pendidikan
Narasumber:
Gelar Lulusan Jurusan
Doctoral The
University of Tokyo – Japan Electrical
Engineering
Graduate Meisei
University – Japan Electrical Engineeri
Undergraduate ITB
– Indonesia Teknik Elektro
Senior High SMAN
3 – Indonesia
Junior High SMPN
I – Indonesia
Elementary SD
3 – Indonesia
Materi ini merupakan catatan penulis saat mengikuti kegiatan Webinar
Guru Milenial yang diselenggarakan oleh PB PGRI pada hari Selasa, 5 Mei 2020.
Ini merupakan catatan sebagai jejak penulis dalam keikutsertaan kegiatan
Webinar serta untuk menerapkan pelajaran bijak, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”
Berdasarkan riset pada bulan Januari
2020 terdapat 272,1 juta penduduk di Indonesia.
175,4 juta jiwa
tercatat sebagai pengguna internet (64%). Yang mengejutkan, pengguna mobile
338.2 juta (124%). Ini artinya jumlah mobile lebih tinggi daripada jmlah
penduduk. Ini bisa dipahami karena satu orang bisa jadi memiliki lebih dari
satu mobile.
Apa itu
literasi digital (literation digital)? Literasi digital adalah
pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat-alat
komunikasi, atau jaringan dalam proses menemukan, mengevaluasi, menggunakan,
dan membat informasi, serta memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas,
cermat, tepat, dan patuh hukum.
Menurut Hague (2011) literasi digital merujuk pada keterampilan-keterampilan,
pengetahun dan pemahaman untuk menggunakan teknologi dan media baru untuk
menciptakan dan berbagi makna. Literasi digital juga merujuk tentang bagaimana
teknologi komunikasi memberi dampak terhadap makna dan kemampuan untuk
menganalisis serta mengevaluasi pengetahuan-pengetahuan yang tersedia dalam
jejaring web.
Secara umum, level kompetensi pada tingkat kemampuan literasi digital
dikelompokkam menjadi 3 level. Pertama level basic. Pada level ini individu memiliki
kemampuan yang memungkinkan untuk menggunakan dasar media. Terdapat penggunaan
media yang terbatas. Pengguna mengetahui fungsi dasarnya, menggunakannya untuk
tujuan spesifik dan untuk menentukan alat. Kapasitas pengguna untuk menganalisis
secara kritis informasi yang diterima masih terbatas. Kiranya masih banyak guru yang berada pada level
tersebut. Apalagi jika guru tersebut termasuk generasi baby boomers,
meskipun tidak semua genererasi baby boomers demikian.
Kedua level medium. Pada level tersebut kemampuan komunikatif individu
melalui media juga terbatas. Individu fasih dalam penggunaan media, mengetahui
fungsinya, dan mampu mengoperasikannya lebih kompleks. Penggunaan media
diperluas. Pengguna mengetahui bagaiman cara mendapatkan dan menilai informasi
yang dia butuhkan, juga mengevaluasi (dan meningkatkan strategi) pencarian
informasi.
Ketiga, level advanced. Pada level tersebut individu sangat aktif dalam pengunaan
media, sadar dan tertarik terhadap hukum yang memengaruhi penggunaannya.
Pengguna memiliki pengetahuan yang mendalam tentang teknik dan bahasa serta
dapat menganalisis (dan akhirnya) mengubah kondisi yang memengaruhi hubungan
komunikatifnya dan penciptaan pesan. Di bidang sosial pengguna mampu
mengaktifkan kerja sama kelompok yang meungkinnya untuk menyelesaikan masalah.
Hobbs (2010) menyatakan penggunaan digital literasi (literation digital) ada empat klasifikasi. Pertama analyze & evaluate. Kedua create & collaborate. Ketiga use & share. Adapun yang keempat apply ethical judgement.
Praktik literasi digital melibatkan kemampuan untuk menemukan dan mengkonsumsi, membuat dan mengomunikasikan konten digital, sementara secara bersamaan menggunakan proses evaluasi kritis (Paul et al., 2017). Spires dan Bartlett (2101) membagi berbagai proses intelektual dan terkait dengan literasi digital menjadi tiga kategori: (a) locating and consuming digital content, (b) creating digital content, dan (c) communicating digital content.
Pada pembahasan ini pengklasifikasin generasi menjadi lima. Pertama Generasi “Baby Boomers (1946 – 1965). Pada generasi ini, sebagian ada yang antusias mempelajarai teknologi, ada juga yang bersikukuh menolak sehingga kerap dibilang “gaptek” atau gagap teknologi. Kedua Generasi “X” (1965 – 1980). Ini merupakan masa peralihan teknologi digital. Kemampuan menyerap berbagai informasi dari generasi ini membuat literasi digital berkembang pesat penggunaannya. Ketiga Generasi “Y (1981 – 1995). Literasi digital yang ada pada generasi ini sangat baik dan dapat diandalkan. Generasi ini cenderung mengabaikan informasi yang belum jelas dan menganalisis dengan cepat limpahan informasi yang datang. Keempat Generasi “Z” (1996 – 2010). Penerapan literasi digital mulai mengalami pergerseran makna. Generasi ini mulai melihat literasi digital sebagai sumber informasi jika bermanfaat meningkatkan kepopuleran mereka. Kelima Generasi “Alpha” (2011 – hingga saat ini). Generasi ini lahir sudah lekat dengan teknologi. Hal ini menjadikan mereka sebagai manusia yang hampir sebagian besar bergantung pada penggunaan piranti digital.
Generasi Y (atau sering disebut generasi milenial) telah memasuki abad
21. Karenanya milenial dituntut untuk memiliki kecakapan dan keterampilan 4 C (communiation,
collaboration, critical thinkign and problem solving, dan creativity and
innovation).
Pengguna teknologi harus belajar bagaimana menjadi “digital citizenship”.
Digital citizenship harus bisa mengguankan teknologi secara cerdas.
Misalnya ISTE menerbitkan daftar model perilaku yang terkait dengan digital
citizenship. Perilaku yang dimaksud sebagai berikut.
1.
Tidak
mencuri atau merusak karya digital, identitas, atau properti orang lain.
2.
Menggunakan
alat digital untuk memajukan pembelajaran dan mengikuti perubahan teknologi.
3.
Melindungi
informasi pribadi dari hal yang dapat menyebabkan bahaya.
4.
Kesetaraan
hak digital dan akses untuk semua.
Pergeseran paradigma Abad ke-21 dapat digambarkan
sebagi berikut.
No
|
Ciri
Abad Ke-21
|
Model
Pembelajaran
|
1
|
Informasi
(tersedia
di man asaja, kapan saja)
|
Pembelajaran
diarahkan untuk mendorong peseta didik mencari ahu dari berbagai sumber
observasi, bukan diberi tahu
|
2
|
Komputasi
(lebih
cepat memaki mesin)
|
Pembelajaran
diarahkan untuk mampu menemukan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan
masalah (menjawab).
|
3
|
Otomasi
(menjangkau
segala pekerjaan rtin)
|
Pembelajaran
diarahkan untuk berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan untuk
berpikir mekanistis (rutin)
|
4
|
Komunikasi
(di
mana saja, ke mana saja)
|
Pembelajaran
menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
|
Dalam pembelajaran juga terdapat
pergeseran dari Abad ke-20 menuju abad ke-21
No
|
Abad
ke-20
|
Abad
ke-21
|
1
|
Berdasarkan
waktu
|
Berdasarkan
hasil
|
2
|
Fokus
pada menghafal fakta-fakta yang berbeda
|
Fokus
pada apa yang siswa TAHU, siswa DAPAT LAKUKAN, dan SEPERTI APA
|
3
|
Pelajaran
fokus pada taksonomi Bloom yang lebih rendah, yakni pengetahuan, pemahaman
dan aplikasi.
|
Pembelajaran
dirancang di tingkat atas taksonomi Bloom, yakni sintesis, analisis, dan
evaluasi.
|
4
|
Berdasarkan
buku teks
|
Berdasarkan
penelitian
|
5
|
Pembelajaran
pasif
|
Pembelajaran
aktif
|
6
|
Peserta
didik belajar dalam batasan di dalam ruangan
|
Peserta
didik belajar secara kolaboratif dengan teman sekelas dan orang lain di
seluruh dunia (kelas global)
|
7
|
Teacher
centered
|
Student
centered
|
8
|
Sedikit
atau tidak ada kebebasan bagi siswa
|
Banyak
kebebasan bagi siswa
|
9
|
Kurikulum
terfragmentasi
|
Kurikulum
terpadu interdisiplin
|
10
|
Ekspektasi
rendah
|
Ekspektasi
tinggi
|
11
|
Guru
adalah penilai. Tidak ada orang lain yang melihat pekerjaan siswa
|
Self
assessment, peer
assessment, dan lainnya. Audiens publik, penilaian otentik.
|
Demikianlah materi yang dapat kita simak dari Webinar PGRI Guru Milenial
Hari Ke-3 yang diselenggarakan pada hari Selasa, 5 Mei 2020. Semoga bermanfaat.
wah...pagi-pagi mencerahkan..memajukan...semangat terus..semoga barokah
BalasHapusAamiin3. Kok sdh ganti?
HapusTadi begitu kirim komentar kok ada Permintaan dari Aplikasi Bloog untuk mengganti dengan Nama
HapusAamin YRA. The first reader.Mantap Pak
HapusTerima kasih
He333. Terima kasih Bu Astuti
HapusMakasih Bu... waktu itu ikut nyimak tapi terus berhenti karena waktu dhuhur telah tiba....
BalasHapusSama2 Bu. Ini jg baru sempat nulis. He33
HapusWah...hebat bu Is,semangat,hayoo terus berkarya bu....shiip pokoke.
BalasHapusAamiin3. Terima kasih
HapusKereen ibuk..sdh slsai...lnjut terus smngat
BalasHapusAamiin3. Terima kasih
HapusBagus banget buat referensi nih. Terima kasih Bu Is.
BalasHapusTerima kasih kembali Bu astuti
HapusKeren pokoknya mbak Isminatun. Selamat berkarya terus...
BalasHapus