Minggu, 10 Mei 2020

SELF DRIVING FOR TEACHER



Tema               : Self Driving for Teacher
Waktu             : Sabtu, 2 Mei 2020
Narasumber    : Prof. Rhenald Kasali

Pendidik adalah Penjelajah Game Sepanjang Hayat. Demi Peradaban dan Kemajuan Bangsa (Rhenald Kasali)

Memasuki era baru adalah sesuatu yang tidak mudah. Bagi siapa? Bagi kita. Banyak orang lama merasa gaptek. Banyak yang merasa tak memiliki fasilitas memadai. Orang tua merasa tak biasa menjadi guru. Kini baru merasakan betapa berat tugas sebagai guru. Kadang anak tidak menurut pada orang tua sendiri. Lebih menurut kepada orang tua yang lain.
Di masa pendemi ini, ada orag tua yang bekerja lebih banyak karena tuntutan. Pekerjaan informal yang mengurangi pelanggan masih ditambah harus membimbing anak. Sebenarnya memang salah satu tugas orang tua untuk menjadi guru bagi anaknya. Namun, karena lama tak membimbing atau berperan sebagai guru bagi anaknya jadi terasa lebih berat. Anak-anak pun merasakan situasi belajar yang lebih berat. Tak ada dorongan dari teman, tak bisa membandingkannya dengan teman, dan mereka kehilangan suasana sekolah.
Era pandemi ini diasakan berat oleh semua orang. Guru, siswa orang tua semua memiliki masalah yang berbeda. Memang tidak mudah menghadapi ini semua. Tidak mudah menghadapi perubahan dan pembaharuan. Kalau mudah, kita akan autopilot. Tidak perlu berpikir. Hakikatnya untuk menghadapi perubahan dan pembaharuan dibutuhkan tiga hal. Ketiga hal dimaksud, sebagai berikut.
1.     Komitmen untuk memulai. Tidak ada komitmen, kita tidak akan pernah memulai sesuatu.
2.     Konsistensi untuk sesuatu yang dimulai. Tidak ada konsistensi, kita tidak akan menyelesaikan apa yang telah kita mulai. Ibaratnya kuliah tapi tidak membuat skripsi dan tidak sampai diwisuda. Atau menikah tetapi tidak menyelesaikan pernikahannya.
3.     Kesulitan. Kesulitan adalah energi. Inovasi muncul karena ada kesulitan. Misalnya, dulu di Eropa orang kelas menengah ke bawah kesulitan akses terhadap protein. Akhirnya ada yang berpikir ikan dan daging mahal, maka diciptakanlah peanut butter yang merupakan protein dari tanaman, tumbuhan nabati untuk memenuhi kebutuhan protein.

Dalam kehidupan ini kita mengenal dua jenis games atau permainan.

1.     Game Sesaat
Ini merupakan game untuk menang-menangan (jangka pendek, ada aturan main, ada yang menang dan ada yang kalah). Misalnya permaian sepak bola.
2.     Game Sepanjang Hayat
Contohnya game dalam kehidupan, karier, profesi, perkawinan, cinta (tak ada pemenangnya, aturan menyesuaikan perkembangan). Pendidik adalah penjelajah game sepanjang hayat. Demi peradaban dan kemajuan bangsa.



Untuk menjadi guru yang benar-benar “guru” prosesnya panjang. Kita bisa belajar dari apa saja, kapan saja, di mana saja. Pandemi seperti yang terjadi saat ini sebenarnya bukan yang pertama kali. Tahun 1918 terjadi pandemi flu. Tahun 1955 ada polio. Tahun 1976 terjadi ebola. Tahun 2003 ada wabah SARS. Namun, pandemi saat itu bersifat lokal atau hanya menjangkiti beberapa negara. Pandemi Covid-19 ini sifatnya global atau menjangkiti seluruh dunia.

Kita sebagai manusia jangan sampai kalah dengan virus. Kalau virus sifatnya bermutasi, manusia harus bisa beradaptasi. Awalnya memang bisa saja terpaksa. Kemudian dipaksa. Akhirnya akan menjadi bisa. Dan setelah terbiasa akan menjadi mahir.



Otak manusia terus berubah. Kita sebagai insan pendidikan harus bisa menyesuaikan. Memberikan pendidikan kepada anak sesuai zamannya. Pendidikan era dulu (generasi baby boomers, generasi X, milenial) tentu perlu adanya penyesuaian. Kalau era dulu suasana kelas hitam putih, duduk di kelas melipat tangan, pasif, bersifat menghafal kini sudah tidak lagi. Perubahan zaman akan membawa perubahan di dunia pendidikan. Kini, suasana kelas yang diharapkan penuh warna, aktif-partisipatif, kreatif, dan fun. Jika kita tak dapat menyesuaikan akan terasa sebagai guru bukan sesuai zaman yang tak dapat mengikuti perubahan dan pembaharuan.

Ada perubahan atau pembaharuan dalam pola pikir pendidikan era sekarang. Kalau dulu pendidikan dari pendidik kini berorientasi pembelajaran masa depan. Pola perubahan itu dapat dipahami dari tabel berikut.

Aspek
Dari Pendidik
Pembelajaran Masa Depan
Belajar
Menghafal konten dari kurikulum
Mencari sendiri, aktif, yang relevan, bermanfaat, dan menyenangkan
Akses Informasi
Dari sekolah atau guru sesuai ritmenya (slow)
Dari beragam media dan cepat
Proses
Serial bertahap, seperti garis lurus dan satu aktivitas dalam satu waktu
Paralel dan dilakuakn sekaligus
Materi
Siapa tahu dibtuhkan
Saat dibutuhkan ada
Metode
Mengutamakan kata-kata/kalimat (miskin warna dan video)
Dengan mengaktifkan semua indra (gambar, video, warna, aktivitas)


Menutut Nelson Mandela, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Jika kita tak mampu keluar dari perangkap masa lalu, maka kita tidak akan mampu menciptakan masa depan. Jika kita ingin dapat meraih masa depan, artinya kita harus mampu keluar dari perangkap masa lalu.

Kita bisa belajar dari Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantoro. Beliau pada tahun 1922 sudah mendirikan sekolah bernama Taman Siswa. Kata “taman” yang digunakan merujuk pada suasana menyengkan. Telah ada ciri khas sekolahnya. Kelas dibuat circel (melingkar) dalam suasana bermain. Sungguh, beliau seorang pedidik yang berorientasi ke masa depan.

Dalam pembelajaran, kita berikan suasana bermain pada anak. Beri mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan. Jangan ada rasa takut dan khawatir belebihan. Jangan takut mereka akan jatuh. “ Kalau mereka jatuh dan tulangnya patah, akan mudah tumbuh bagi anak-anak. Namun, bila jiwa dan kegigihannya patah, maka tak akan dapat disembuhkan.”

Kita bebas mau mendidik anak kita menjadi burung dara atau rajawali. Kalau kita mendidik anak dengan masa lalu ibarat mendidik anak menjadi burung dara. Jika ingin anak kita seperti rajawali, didiklah dengan berani. Berani merantau dan berani bertanggung jawab. Anak yang biasa dari kecil digendong, dituntun, agak besar suka gelendotan. Tokoh-tokoh besar seperti Bill Gates (penemu microsoft), Steve Jobs (penemu Apple, pixar) bukan karena dari kecil dididik IT. Mereka mendapatkan kesuksesan karena bereksplorasi.
            Sebagai pendidik hendaknya kita bermental driver (pengemudi.). Seorang pengemudi harus disiplin, dipaksa, diatur dan kemauan datang dari diri sendiri. Menghadapi situasi saat ini kita dipaksa untuk pakai teknologi. Sebagai pendidik yang bermental pengemudi, ada 7 elemen penting “self driving” yang perlu diperhatikan.
1.     disiplin diri
2.     eksploratif
3.     menjadi pemenang (bukan pecundang)
4.     berpikir simpel (anti ribet)
5.     berpikir kritis
6.     berpikir kreatif
7.     mindset yang berkembang.
Dari paparan di atas, penulis mengajak kepada kawan-kawan termasuk diri sendiri. Yuk, menjadi pendidik yang bermental pengemudi (self driving) agar dapat memberikan pendidikan terbaik terhadap anak bangsa demi majunya peradaban dan kemajuan bangsa.



17 komentar: