Tema : Self Driving for Teacher
Waktu : Sabtu, 2 Mei 2020
Narasumber : Prof. Rhenald Kasali
Pendidik adalah Penjelajah Game Sepanjang Hayat. Demi
Peradaban dan Kemajuan Bangsa (Rhenald Kasali)
Memasuki era baru adalah sesuatu yang tidak mudah. Bagi siapa? Bagi
kita. Banyak orang lama merasa gaptek. Banyak yang merasa tak memiliki
fasilitas memadai. Orang tua merasa tak biasa menjadi guru. Kini baru merasakan
betapa berat tugas sebagai guru. Kadang anak tidak menurut pada orang tua
sendiri. Lebih menurut kepada orang tua yang lain.
Di masa pendemi ini, ada orag tua yang bekerja lebih banyak karena tuntutan.
Pekerjaan informal yang mengurangi pelanggan masih ditambah harus membimbing
anak. Sebenarnya memang salah satu tugas orang tua untuk menjadi guru bagi anaknya.
Namun, karena lama tak membimbing atau berperan sebagai guru bagi anaknya jadi
terasa lebih berat. Anak-anak pun merasakan situasi belajar yang lebih berat.
Tak ada dorongan dari teman, tak bisa membandingkannya dengan teman, dan mereka
kehilangan suasana sekolah.
Era pandemi ini diasakan berat oleh semua orang. Guru, siswa orang tua
semua memiliki masalah yang berbeda. Memang tidak mudah menghadapi ini semua.
Tidak mudah menghadapi perubahan dan pembaharuan. Kalau mudah, kita akan autopilot.
Tidak perlu berpikir. Hakikatnya
untuk menghadapi perubahan dan pembaharuan dibutuhkan tiga hal. Ketiga hal
dimaksud, sebagai berikut.
1. Komitmen untuk memulai. Tidak ada komitmen, kita tidak akan pernah memulai
sesuatu.
2. Konsistensi untuk sesuatu yang dimulai. Tidak ada konsistensi, kita tidak akan
menyelesaikan apa yang telah kita mulai. Ibaratnya kuliah tapi tidak membuat
skripsi dan tidak sampai diwisuda. Atau menikah tetapi tidak menyelesaikan
pernikahannya.
3. Kesulitan. Kesulitan adalah energi. Inovasi muncul karena ada kesulitan.
Misalnya, dulu di Eropa orang kelas menengah ke bawah kesulitan akses terhadap
protein. Akhirnya ada yang berpikir ikan dan daging mahal, maka diciptakanlah peanut
butter yang merupakan protein dari tanaman, tumbuhan nabati untuk memenuhi
kebutuhan protein.
Dalam kehidupan ini kita mengenal dua jenis
games atau permainan.
1. Game Sesaat
Ini
merupakan game untuk menang-menangan (jangka pendek, ada aturan main, ada yang
menang dan ada yang kalah). Misalnya permaian sepak bola.
2. Game Sepanjang Hayat
Contohnya
game dalam kehidupan, karier, profesi, perkawinan, cinta (tak ada pemenangnya,
aturan menyesuaikan perkembangan). Pendidik adalah penjelajah game sepanjang
hayat. Demi peradaban dan kemajuan bangsa.
Untuk menjadi guru yang benar-benar “guru” prosesnya panjang. Kita bisa
belajar dari apa saja, kapan saja, di mana saja. Pandemi seperti yang terjadi
saat ini sebenarnya bukan yang pertama kali. Tahun 1918 terjadi pandemi flu.
Tahun 1955 ada polio. Tahun 1976 terjadi ebola. Tahun 2003 ada wabah SARS. Namun,
pandemi saat itu bersifat lokal atau hanya menjangkiti beberapa negara. Pandemi
Covid-19 ini sifatnya global atau menjangkiti seluruh dunia.
Kita sebagai
manusia jangan sampai kalah dengan virus. Kalau virus sifatnya bermutasi,
manusia harus bisa beradaptasi. Awalnya memang bisa saja terpaksa. Kemudian
dipaksa. Akhirnya akan menjadi bisa. Dan setelah terbiasa akan menjadi mahir.
Otak manusia
terus berubah. Kita sebagai insan pendidikan harus bisa menyesuaikan.
Memberikan pendidikan kepada anak sesuai zamannya. Pendidikan era dulu
(generasi baby boomers, generasi X, milenial) tentu perlu adanya penyesuaian.
Kalau era dulu suasana kelas hitam putih, duduk di kelas melipat tangan, pasif,
bersifat menghafal kini sudah tidak lagi. Perubahan zaman akan membawa
perubahan di dunia pendidikan. Kini, suasana kelas yang diharapkan penuh warna,
aktif-partisipatif, kreatif, dan fun. Jika kita tak dapat menyesuaikan
akan terasa sebagai guru bukan sesuai zaman yang tak dapat mengikuti perubahan
dan pembaharuan.
Ada perubahan
atau pembaharuan dalam pola pikir pendidikan era sekarang. Kalau dulu
pendidikan dari pendidik kini berorientasi pembelajaran masa depan. Pola
perubahan itu dapat dipahami dari tabel berikut.
Aspek
|
Dari
Pendidik
|
Pembelajaran
Masa Depan
|
Belajar
|
Menghafal
konten dari kurikulum
|
Mencari
sendiri, aktif, yang relevan, bermanfaat, dan menyenangkan
|
Akses
Informasi
|
Dari
sekolah atau guru sesuai ritmenya (slow)
|
Dari
beragam media dan cepat
|
Proses
|
Serial
bertahap, seperti garis lurus dan satu aktivitas dalam satu waktu
|
Paralel
dan dilakuakn sekaligus
|
Materi
|
Siapa
tahu dibtuhkan
|
Saat
dibutuhkan ada
|
Metode
|
Mengutamakan
kata-kata/kalimat (miskin warna dan video)
|
Dengan
mengaktifkan semua indra (gambar, video, warna, aktivitas)
|
Menutut
Nelson Mandela, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.
Jika kita tak mampu keluar dari perangkap masa lalu, maka kita tidak akan mampu
menciptakan masa depan. Jika kita ingin dapat meraih masa depan, artinya kita
harus mampu keluar dari perangkap masa lalu.
Kita bisa belajar dari Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantoro. Beliau pada
tahun 1922 sudah mendirikan sekolah bernama Taman Siswa. Kata “taman” yang
digunakan merujuk pada suasana menyengkan. Telah ada ciri khas sekolahnya. Kelas
dibuat circel (melingkar) dalam suasana bermain. Sungguh, beliau seorang
pedidik yang berorientasi ke masa depan.
Dalam pembelajaran, kita berikan suasana bermain pada anak. Beri mereka
kesempatan untuk menghadapi tantangan. Jangan ada rasa takut dan khawatir
belebihan. Jangan takut mereka akan jatuh. “ Kalau mereka jatuh dan
tulangnya patah, akan mudah tumbuh bagi anak-anak. Namun, bila jiwa dan
kegigihannya patah, maka tak akan dapat disembuhkan.”
Kita bebas
mau mendidik anak kita menjadi burung dara atau rajawali. Kalau kita mendidik
anak dengan masa lalu ibarat mendidik anak menjadi burung dara. Jika ingin anak
kita seperti rajawali, didiklah dengan berani. Berani merantau dan berani
bertanggung jawab. Anak yang biasa dari kecil digendong, dituntun, agak besar
suka gelendotan. Tokoh-tokoh besar seperti Bill Gates (penemu microsoft), Steve
Jobs (penemu Apple, pixar) bukan karena dari kecil dididik IT. Mereka
mendapatkan kesuksesan karena bereksplorasi.
Sebagai pendidik hendaknya kita bermental driver
(pengemudi.). Seorang pengemudi harus disiplin, dipaksa, diatur dan kemauan
datang dari diri sendiri. Menghadapi situasi saat ini kita dipaksa untuk pakai
teknologi. Sebagai pendidik yang bermental pengemudi, ada 7 elemen penting “self
driving” yang perlu diperhatikan.
1.
disiplin
diri
2.
eksploratif
3.
menjadi
pemenang (bukan pecundang)
4.
berpikir
simpel (anti ribet)
5.
berpikir
kritis
6.
berpikir
kreatif
7.
mindset
yang berkembang.
Dari paparan di atas, penulis mengajak kepada kawan-kawan termasuk diri
sendiri. Yuk, menjadi pendidik yang bermental pengemudi (self driving)
agar dapat memberikan pendidikan terbaik terhadap anak bangsa demi majunya peradaban
dan kemajuan bangsa.
Alhamdulillah, bagus sekali ibu
BalasHapusTerim akasih Bu
BalasHapusAlhamdulillah ada yg selalu berbagi ilmu...semoga barokah bundaku...idolaku...semangat selalu
BalasHapusAamiin3
HapusWow bagus lengkap
BalasHapusTerima kasih
HapusLuar biasa...mempesona bu is
BalasHapusAamiin3
HapusKeren bu,.tetap bersemangat unt menulis
BalasHapusTerima kasih. Semangat
HapusKeren bu,.tetap bersemangat unt menulis
BalasHapusMantap
BalasHapusAamiin...kereen ibuk... Semangat
BalasHapusTerimakasih
HapusLuar biasa mantab Bu Is
BalasHapusAamiin3
HapusYess,,ikuut belajar
BalasHapus