Tema :
Storytelling
Waktu :
Senin, 11 Mei 2020
Narasumber :
Om Budiman Hakim
Pasti banyak di antara
kita yang waktu kecil didongengin orang tua. Penuturan seorang ibu berusia 70
tahun, waktu kecil beliau sering didongengin.
Hebatnya ibu ini masih inget cerita si Kancil yang dibacakan orangtuanya waktu
dia berusia 5 tahun. Berarti beliau bisa mengingat dongeng yang dia dengar 65
tahun yang lalu. Ini luar biasa kan? Dan ternyata ini tidak hanya terjadi pada
ibu itu tapi dialami oleh banyak sekali orang di dunia.
Hal inilah yang membuat
pakar-pakar marketing berpikir. “Kalo iya sebuah cerita mampu menanamkan pesan
sedemikian dahsyat, kenapa cara mendongeng tidak dijadikan saja sekalian
sebagai strategi marketing?” Setelah ditela’ah lebih dalam, ternyata cara
menyampaikan pesan melalui cerita memang adalah cara yang terbaik. Kenapa? Karena,
ternyata, bercerita adalah juga cara Tuhan dalam menyampaikan pesan pada
umatnya. Dan ini bisa kita lihat dan buktikan dalam semua kitab suci agama
apapun.
CIRI-CIRI SEBUAH STORYTELLING!
1. Kekuatannya
ada pada cerita. Brand sering muncul
belakangan
2. Kalaupun
brand muncul di depan kehadirannya menjadi bagian dari cerita itu
3. sehingga
tetap tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
4. Brand
terlihat muncul seperti btw tapi sebenernya kehadirannya kuat
5. Brand
diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
6. Nuansa
iklannya hampir gak terasa
7. SURPRISENYA
TINGGI sehingga orang mau nge-share.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang
storytelling, ada baiknya kita memetakan dan mempelajari macam-macam cara orang
berjualan yang sering dilakukan orang:
1. ROUGH SELLING
Cara berjualan dengan
cara kasar dan menyakiti hati konsumennya. Misalnya produk MLM. Mereka
mengundang orang untuk datang ke suatu tempat cuma ngasih tahu bahwa ada
prospek bisnis. Pas kita datang ke rumahnya, ternyata mereka jualan. Begitu
juga yang terjadi pada orang yang jualan asuransi. Seringkali sales girl-nya
berjualan dengan cara yang memaksa sehingga kita jadi kesel dan marah. Cara berjualan
seperti ini biasanya membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.
2. HARD SELLING
Hard selling adalah cara
berjualan dengan cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan
biasanya semua tentang kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya.
Cara berjualan seperti ini biasanya sulit
untuk dipercaya karena janjinya too good to be true.
Kalo di social media, ini contoh hard
selling...
3. SOFT SELLING
Cara berjualan secara
halus dengan tone and manner yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu
saja tau bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon
konsumen tapi karena tahu bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk
nge-share. Coba lihat iklan ini. Gak ada satupun kata-katanya yang jualan.
Kata-katanya justru berisi puisi dari seorang anak untuk bapaknya di Father's
day...
Gak gitu kebaca ya?
Because I’ve known you all my life
Because a red Rudge bicycle once made me
the happiest boy on the street
Because you let me play cricket on the
lawn
Because you used to dance in the kitchen
with a tea-towel round your waist
Because your cheque book was always busy
on my behalf
Because our house was always full of book
and laughter
Because of countless Saturday morning you
gave up to watch a small boy play rugby
Because you never expected too much of me
or let me get away with too little
Because of all nights you sat working at
your desk while I lay sleeping in my bed
Because you never embarrassed me by
talking about the birds and the bees
Because I know there’s a faded newspaper
clipping in your wallet about my scholarship
Because you always made me polish the heels
of my shoes as brightly as the toes
Because you’ve remembered my birthday 38
times out of 38
Because you still hug me when we met
Because you still buy my mother flowers
Because you’ve more than your fair share
of grey hairs and I know who helped put them there
Because you’re marvelous grandfather
Because you made my wife feel one of the
family
Because you wanted to go to McDonalds the
last time I bought you lunch
Because you’ve always been there when I
need you
Because you let me make my own mistakes
and never said “I told you”
Because you still pretend you only need
glasses for reading
Because I don’t say thank you as often as I should
Because it’s father’s day.
Because if you don’t deserve Chivas Regal,
who does?
4. COVERT SELLING
Covert Selling adalah
cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya. Orang tidak tau dan tidak
merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini biasanya tidak disukai oleh
Team Marketing. Kenapa demikian? Karena
mereka merasa apa gunanya bayar mahal-mahal kalo brandnya disembunyikan? Mereka
gak tau bahwa covert selling adalah cara yang paling ampuh untuk mendapatkan
share. Orang merasa gak keberatan nge-share karea merasa itu bukan iklan. Contoh
covert selling
STORYTELLING ADA DI MANA DONG?
Storytelling ada di
antara soft selling dan covert selling. Kalo digambarkan kira-kira begini...
Storytelling ada di irisan antara soft
selling dan covert selling. Diharapkan sebuah storytelling, komunikasinya bisa
halus dan elegan seperti soft selling tapi juga sekaligus mampu mendapatkan
share sebanyak mungkin seperti covert selling.
CONTOH STORYTELLING DALAM TEKS
PUYUNGHAY SIALAN
Habis benerin NOTE-5 di
North bridge PIM saya mampir ke bakmi GM kangen sama Puyunghay yg menurut saya
memang nomer satu di dunia. Saya order sepiring nasi goreng dan seporsi
Puyunghay. Sambil menunggu puyunghay tiba saya foto-foto nasi goreng sepuasnya.
Takut keburu dingin saya makan nasi goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay.
Sialnya sampai nasi
goreng habis Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai jurus
pamungkas yang selalu berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang
"Order Puyunghay saya batalkan, saya minta uang kembali."
Lalu saya dengar ribut-ribut
dari arah dapur dan sekejap kemudian Puyunghay sialan itu terhidang.
"Bungkus" kata
saya setengah membentak. Dua menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM
menenteng bungkusan Puyunghay sialan itu. Kalau puyunghai ini rasanya
sedang-sedang saja barangkali saya sudah kapok balik dan bakmi GM saya masukkan
Brend Hell.
Sayangnya puyunghai bakmi GM memang enak
tenan. Sialaaan!
Oleh: Subiakto Priosoedarsono
STORYTELLING DALAM BENTUK IMAGE
Coba lihat iklan ini.
Hanya mengandalkan gambar yang bercerita. Gak satu huruf pun di sana kecuali
kata-kata dalam sachet.
MEMASARKAN PRODUK ATAU BRAND DI SOCIAL
MEDIA.
BRAND adalah apa yang
orang CERITAKAN tentang kita. Jadi, apapun bisnis kalian, konsumen harus
mempunyai pengalaman unik untuk di-CERITA-kan pada komunitasnya. Nah,
persoalannya adalah bagaimana kalau ternyata produk kita tergolong generik? Setelah
dipikir-pikir ternyata brand kita tidak ada bedanya dengan brand kompetitor.
Repot juga, kan?
Kalau itu yang terjadi
maka KITA PERLU MENCIPTAKAN SESUATU sehingga konsumen tetap mempunyai
pengalaman yang menarik UNTUK DICERITAKAN. Caranya bagaimana?
Saya punya temen namanya
Iwan SJP. Dia pergi ke Starbucks mengajak seorang temennya bernama Abigail. Seperti
kita ketahui, setiap kali kita memesan kopi, baristanya akan menanyakan nama
pembeli lalu mereka tuliskan di atas cup kopi kita. Nah, masalahnya, Barista
tersebut salah menuliskan spellingnya. Iwan kecewa berat, 'Perusahaan
multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?'
Karena kesal Iwan SJP
memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan mempostingnya di FB. Ini postingan
Iwan.
Kenapa kok bisa begitu, ya? Nah, ini yang
kocak! Iwan tidak mengetahui bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan
ejaan yang salah secara sengaja. Starbucks sedang memberi konsumennya bahan
untuk diceritakan. Tanpa disadari orang yang terjebak itu telah menjadi brand
ambassador gratisan.
VIDEO
Satu hal yang perlu
dicatat bahwa di era digital, orang tidak takut melakukan hal yang cenderung
negatif dalam berkomunikasi. Buat mereka mendapat liputan itu jauh lebih
penting dari nama baik. Dan strategi itu udah sangat biasa dilakukan oleh orang
di seluruh dunia baik itu artis atau politisi. Kalo kalian perhatikan di video
tadi, Sang Barista tanpa merasa bersalah mengatakan, "I am fucking with
you."
Sebuah ungkapan yang
sangat tabu dalam dunia periklanan dan branding sebelum jaman digital. Digital
telah memporaporandakan tata nilai, norma sampai bahasa. Seorang temen pernah
berkata, “Gak usah heran, Om Bud, Starbucks mah duitnya banyak. Jadi mereka
bisa dengan mudah membayar orang pinter untuk membuat strategi marketing
seperti itu. Orang Indonesia mah jangan diharepin. Boro-boro membuat strategi
seperti itu, kepikiran aja kagak.”
Omongan temen saya ini
salah besar. Banyak sekali saya temukan orang-orang lokal yang membuat strategi
jenius dan gak kalah sama strategi Starbucks di atas. Dan hebatnya mereka
adalah pebisnis-pebisnis skala kecil dan menengah.
SOTO GEBRAK
Apakah kalian pernah
mendengar Soto Gebrak? Boleh percaya boleh tidak, soto gebrak buat saya rasanya
biasa aja. Soto Ambengan Pak Sadi di Jalan wolter Monginsidi rasanya jauh lebih
enak. Soto Kudus di Jalan Wijaya 1 lebih gurih, Soto Mie di Jalan Pinangsia
lebih mantap dan Soto Betawi Pondok Pinang lezat bukan main walaupun harganya
terhitung mahal. Tapi toh saya tetap menceritakan pengalaman saya makan di Soto
Gebrak.
Kenapa? Ketika kita
memesan soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang
dilapis seng. Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara
yang sangat memekakkan telinga. Hahahahaha kocak ya?
Setiap kali temen saya
ngajak makan siang, saya sering banget ngajak mereka makan di sana, terutama
yang belom pernah ke tempat itu. Kenapa saya ngajak mereka ke sana padahal
makanannya gak begitu enak? Karena saya pengen dia kaget seperti saya pertama
kali. Karena saya punya sesuatu untuk diceritakan. Jadi saya berkesimpulan
bahwa pemilik soto gebrak ini menyadari bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat
untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena itu dia menciptakan gimik dan
merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya pengalaman untuk diceritakan.
Artinya, owner soto
gebrak ini secara intuisi telah menciptakan strategi marketing keren yang tidak
kalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional sekelas Starbucks.
SIOMAY PINK
Pernah gak kalian mendengar Siomay Pink? Siomaynya sih biasa-biasa aja seperti siomay pada umumnya. Yang berwarna pink adalah benda-benda lain di luar siomay. Dulu dia sering nongkrong di Jl. Jend. Sudrman, Jakarta pas car free day. Biasanya dia suka mangkal di setia budi atau di Bundaran HI.
Saya sering ke Car Free
Day bersama anak-anak dan isteri saya. Nah, supaya kita tidak terpisah,
biasanya kami menetapkan Siomay PINK sebagai meeting point. Saya sering makan
di sana dan rasanya kembali tidak membuat saya puas. Rasanya sih biasa aja tapi
karena berfungsi sebagai meeting point, saya tetep nongkrong di situ dan
membeli beberapa siomay untuk menyenangkan hatinya.
Belakangan saya mendapat
cerita lain tentang penjual siomay pink ini. Namanya Bapak Sriyono asli dari
Klaten. Warna Pink adalah warna favorit anaknya Nama anaknya adalah Peksi
Safira Miradalita. Pak Sriyono bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru
berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya, Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu
dengan anaknya itu. Nah loh, sebuah cerita lagi, kan?
Hati saya tersentuh
sekali mendengar cerita itu. Saya gak bisa membayangkan kalo saya gak bisa
bertemu dengan anak saya sepert yang dialami oleh Pak Sriyono. Sejak itu,
setiap kali pergi ke Car Free Day, saya selalu makan siomay Pink. Saya beli
yang banyak.
Tapi ingat! Saya ke sana
bukan karena siomaynya. Siomaynya gak enak! SAYA KE SANA KARENA CERITANYA. Luar
biasa kan pengaruh sebuah CERITA?
yuk kita beljar menulis story telling
BalasHapusSiap Om
HapusAsyik nih story telling..Mau bikin.ahh
BalasHapusSip. asyik juga nih
HapusLuar biasa..ini sangat bagus
BalasHapusMau belajar ilmu baru juga bu
BalasHapusLuar biasa semangatnya... Bagus lho itu Bu
BalasHapus