Lebaran kali
ini benar-benar beda. Himbauan para ustadz bahwa rumah adalah madrasah; rumah
adalah mushola perlu diindahkan. Madrasah merupakan tempat penididikan. Kini,
pendidikan banyak diakukan di rumah. Karena masa pandemi bekerja di rumah,
belajar di rumah, dan beribadah di rumah. Itu artinya rumah juga meruapakan
mushola atau tempat melakukan shalat.
Bukan hanya shalat wajib lima waktu.
Pada situasi biasa shalat lima waktu lebih utama dilakukan di rumah, di era
pandemi shalat lebih baik dilakukan di rumah. Apakah berarti shalat di masjid
tidak boleh? Tergantung situasi. Pada daerah zona hijau tentu boleh shalat berjamaah
di masjid. Namun, zona merah atau hitam akan lebih baik jika dilakukan di
rumah.
Shalat idul fitri bagaimana? Apakah bisa dilakukan di rumah? Berbagai
tutorial shalat idul fitri di rumah telah banyak disampaikan. Semuanya bisa
lihat situasi dan kondisi. Dalam situasi terpaksa tentu ada hukum tertentu yang
dapat diterapkan.
Tidak perlu saling menyaahkan di manapun dilakukan. Mau di rumah atau di
tanah lapang dengan memperhatikan protokol kesehatan dipersilakan. Sebagaimana di
kompleks perumahan kami. Diselenggarakan salat idul fitri di samping masjid.
Tidak diumumkan seperti salat id sebelumnya. Yang berkeyakinan shalat id lebih
baik di rumah, dipersilakan. Yang menghendaki shalat berjamaah di samping
masjid (tempat diselenggarakan salat id) juga dipersilakan.
Bagaimana dengan diri ini? Rencana shalat berjamaah di samping masjid.
Sudah siap dan rapih sebelum pukul 06.00. Menanti suami selesai berbenah,
ternyata ini kalimat yang dilontarkan, “Loh, belum berangkat to? Silakan
berangkat duluan. Aku mau shalat di rumah.”
Tak ada perbincangan sebelumnya mau salat di masjid atau di rumah.
Sebenarnya diriku lebih sreg shalat berjamaah di samping masjid. Namun, karena
suami ingin shalat di rumah, harus ada yang mengalah. Salat berjamaah berdua di
rumah.
“Wahhh sudah kusiapkan infak terbaik untuk datang shalat berjamaah
lhooo,” selorohku. Namun, sebagai istri yang harus taat pada suami ya akhirnya kuikuti
salat di rumah.
Selesai shalat dilanjutkan “bersapa dan sungkeman” secara virtual.
Anak-anak yang tak berkesempatan pulang bersepakat berkomunikasi dan sungkeman
via zoom. Si sulung menjadi moderator. Dialah yang mengatur jalannya
pembicaraan. Kesempatan pertama diberikan kepada suami sebagai kepala keluarga.
Taushiah dan refleksi dalam perjalanan mengarungi kehidupan berkeluaraga beliau
sampaikan. Telah tiga puluh satu tahun membina hubungan keluarga.
Kerikil-kerikil kecil dalam perjalanan kehidupan tak dapat dihindari. Itulah
bumbu kehidupan. Kerikil kecil itu asalkan dihadapai dengan semangat saling
menguatkan menumbuhkan energi yang bisa membawa kekuatan dalam menapaki
kehidupan.
Kesempatan kedua diberikan kepada diri ini. Setelah salam kusampaikan
syukur atas anugerah Allah yang luar biasa. Terlalu banyak anugerah yang tak
boleh dilupakan. Sampai dalam surat Ar Rahman berulang-ulang kita diingatkan,
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang pantas kamu dustakan?”
Permohonan maaf pertama kutujukan kepada suami. Barangkali dalam
melayanai dan membersamai ada yang kurang berkenan di hati. Barangkali ada
kesalahan yang pernah kulakukan dan belum sempat ku memohon maaf sebelumnya.
Kepada si sulung juga kumohon maaf. Barangkali dalam mendidiknya ada
yang kurang tepat. Karena beda generasi, barangkali ada komunikasi yang kurang
pas. Beda genersai terkadang membawa pebedaan persepsi. Tapi, percayalah bahwa
maksud orang tua selalu ingin membawa dan mengarahkan kepada kebaikan. Mungkin
komunikasi beda generasi yang menyebabkan perbedaan persepsi. Jika dalam
memfasilitasi dan mendidik kepada anak ada yang kurang, sebagai orang tua ibu
meminta maaf.
Kepada anak menantu demikian juga. Kusampaikan jika ada khilaf dan salah
tak sengaja dari mertua diriku meminta maaf. Jika ada teguran yang menimbulkan
rasa kurang pas juga kumohon maaf. Maaf juga jika hari ini tak ada paket lebaran
berupa barang. Doa orang tua barangkali lebih diutamakan daripada paket berupa
barang.
Kepada si bungsu, kusampaikan permohonan maaf juga. Barangkali ada
hal-hal yang dia inginkan ada yang belum kesampaian. Dari awal telah kuingatkan
bahwa tidak semua keinginan anak harus dituruti. Sebagai orang tua, ibu punya
filter untuk menyaring mana keinginan yang patut dituruti dan mana yang tidak.
Kadamng, ada hal yang menyebabkan kurang enak di dada. Namun, percayalah bahwa
maksud orang tua adalah mengarahkan kepada kebaikan. Doa untuk si bungsu,
semoga segera dipertemukan dengan jodoh terbaik yang bisa membibing dan menuntun
ke jalan terbaik dalam mengabdi kepada Ilahi Rabbi dan bisa mendekat kepada
Sang Maha Pencipta.
Kepada si kecil, cucu yang baru bobok, Eyang juga sampaikan permohonan
maaf. Tak ada paket lebaran kali ini. Eyang tak biasa belanja online. Nanti
jika bertemu saja, apa yang diinginkan disa dibelikan. Atau, bisa rekues kepada
ayah bunda, nanti Eyang yang menggantinya.
Kalimat terakhir berupa doa semoga keluarga ini nntinya dapat berkumpul
di kampung akhirat penuh bahagia. Semoga dapat dimudahkan semua urusan kebaikan
serta diebrei keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Itulah tujuan hidup,
yakni menggapai bahagia di kampung akhirat. Semoga urusan dunia pun bisa
ditunaikan dengan baik.
Wajib Hukumnya Menjaga Kesehatan Diri dan keluarga kata Prof Nazarudin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal. Hal yang wajib harus didahulukan, kemudian baru yang sunah. Mohon maaf lahir dan batin.
BalasHapusBetul Om. Kami juga patuh loh.
HapusMemang bu Ismi penulis beneran
BalasHapusAamiin3
HapusMasyaAllah..luar biasa ibuk...
BalasHapusBarokallohu..
Slmt hari raya idul fitri 1 Syawal 1441 H mhon maaf lahir dan batin..
Aamiin3. Terima kasih Bu
HapusKali ini lebaran versi Dumay dl ya bu Ismi
BalasHapusIya Bu Elly. Smg covid sgr pergi.
HapusSemoga terbina keluarga sakinah mawadah wa rahmah...bahagia dunia dan akhiratnya
BalasHapusLuarbiasa. .....terus berkarya tanpa batas
BalasHapusAamiin3
HapusAlhamdulillah.. banyak klrga yg gak bisa berkumpul dan gak bisa bertegur sapa.
BalasHapusIya Pak. Alhamdulillah, disyukuri yg ada.
HapusLuar biasa bunda 🙏
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusWah keren sungkemannya via zoom
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMantap bunda...menuliskan realita yg terjadi skrg dgn tulisan yang elok...
HapusSelamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir dan batin
BalasHapusTerima kasih Pak Rusmin. Sama2. Kami juga mohon maaf lahir batin.
BalasHapus