“Jangan tunda
untuk menulis sebelum ide kita habis. Itu saja ya dan jangan ragu untuk
bertanya kepada semua nara sumber,” nasihat Omjay kepada Bu Wafa dalam blognya.
Tentu saja nasihat itu berlaku pula untuk diri saya.
“Jadi buat ibu Wafa dan kawan-kawan
peserta belajar menulis, kalau masih keder mau nulis apa, segera saja tuliskan
apa yang ada di depan mata dan yang ada di kepala.” Nah, lo. Bener kan, nasihat
pada kalimat kedua dari paling akhir blog Omjay itu berlaku pula untuk diri
saya. Saya termasuk salah satu peserta belajar menulis yang dikelola oleh
Omjay.
Bukan hanya peserta biasa. Akan tetapi, diriku peserta luar biasa.
Kenapa? Beberapa hari ini terlambat mengikuti materi. Bukan tanpa kemauan,
Kawan. Namun, ada kendala. Kendala HP yang overload dan tentu sudah
cukup tua perlu di regenerasi. Namun, sesuatu yang dicari baru mendapat malam
tadi. Pagi ini, keinginan menulis mulai menggelora. Namun sayang, pelajaran
sudah terlanjur ketinggalan.
Berpuluh grup yang infonya telah masuk ratusan atau ribuan jumlahnya harus
kuhapus satu-satu. Harus kuteguhkan niat untuk beristiqomah menulis. Tentu
belajar menulis dari hal yang paling sederhana. Menuliskan apa yang ada di
depan mata atau di kepala. Betul begitu ya, Omjay?
Semoga Omjay dan beberapa narasumber lainnya masih bersabar dan berkenan
untuk memberi bimbingan. Teriring doa semoga Omjay dan narasumber lain serta
kita semua jangan kena wabah korona. Aamiin3.
aamin, semua orang bisa menulis dan kini saatnya kita menulis yang dapat diterbitkan menjadi buku
BalasHapusMantsb
BalasHapusTerima kasih Omjay dan Pak Cakinin. Telah berkunjung ke blog saya.
BalasHapus