Jumat, 10 April 2020

RINDU PULANG KAMPUNG


Tiba-tiba hari aku ingin pulang ke kampung halaman. Ingin mengulang masa-masa silam. Masa di mana kesederhanaan menjadi keindahan yang saat ini kurindukan (hadeh. Bukannya saat ini masih sederhana?). Masa-masa sekolah, madrasah, bahkan menjadi guru madrasah. Masa awal-awal berumah tangga. Masa nyidam di mana setiap hari selalu ada ritual muntah-munah. Namun, aneh bin ajaib. Rasa mual dan ingin muntah hilang saat berada di depan siswa atau di depan santri yang sedang mengaji. Bahkan, di tengah  sedang muntah pun saat dipangil anak-anak untuk mengaji mual dan pusing jadi hilang. Kini baru terpikirkan “Mantera ajaib apakah ini?”
Kini, di tengah teriknya sinar matahari, kuingin sekali kembali ke kampung halaman. Ingin menemui teman-teman sebaya. Bersenda gurau bersama, mengaji bersama dan shalat tarawih bersama. Duhai nikmatnya kehidupan di kala itu meski penuh kesederhanaan. Di sela-sela shalat tarawih jika ada sedikit rejeki dan bisa membeli es kucir merupakan anugerah yang amat kunikmati. Paling-paling itu terjadi sebulan hanya satu dua kali.
Kini, meski mobil baru terparkir di garasi rumah, si empunya tak bebas pergi kemana-mana. Di mana-mana ramai dibicarakan lockdown, social distancing, physical distancing, PSBB, dan aneka istilah terkait korona. Duhai Rabb-ku. Izinkan diri ini memohon kepada-Mu. Panggil segera korona ini dari bumi-Mu, dari negeriku, dari lingkungan sekitarku. Biarkan kami bisa khidmat beribadat kepada-Mu.
Andai itu semua Kau turunkan untuk menumbuhan kesadaran kami akan kebesaran-Mu, mudahkanlah diri ini untuk segera sadar. Jika ini Kau turunkan untuk menebus kesalahanku dan kesalahan seluruh umat-Mu, kami mohon ya Allah ampuni segasla kesalahan kami. Andai ini Ku turunkan untuk menyadarkan diriku akan dosa-dosaku, ampuni segala dosa kami ya Allah. Cukupkanlah ujian ini sampai di sini ya Allah.
Wahai Rabb yang mampu membolak-balikkan qalbu. Tetapkanlah hati kami untuk selalu berpaut dan berdekat-dekat dengan-Mu. Jadikan hati kami dan keluarga kami istiqomah ya Rabb. Jaga anak-anak dan keturunan kami ya Allah. Untuk selalu beristiqomah bermohon dan mengabdi hanya kepada-Mu.
Allahu Rabbi. Cerahnya hari ini mohon bisa membawa kecerahan di hati. Kecerahan pada keluarga kami ya Allah. Anak-anak kami dan keturunan kami ya Allah. Kepada siapa lagi kami bermohon perlindungan selain kepada-Mu ya Allah?
Allahu Rabbi. Jika air mata ini harus tertumpah demi menebus dosa-dosa kami, kami rela ya Allah. Jagalah hati kami untuk selalu berada di jalan yang Kau ridloi. Jangan keimanan di dada kami ya Allah.
Jika selama ini hati kami keras bagai batu, kami mohon lunakkanlah hati kami. Kepada siapa lagi kami bermohon selain kepada-Mu. Jika ada kesalahan yang kulakukan kepada anak-anak kami, yang tentu tanpa unsur kesengajaan, mohon bukakanlah hati anak-anak kami untuk memaafkan diri ini. Jika ada kesalahan yang dilakukan anak kami, lapangkanlah hati kami untuk memaafkannya. Kami ridlo ya Allah apapun yang telah mereka kerjakan. Jadikan kerelaan kami untuk menerima mereka apa adanya sebagai wasilah Kau selalu merdloi langkahnya. Kau maafkan segala salah dan khilafnya. Kau mudahkan semua ursannya. Kau tinggikan derajatnya. Kau muliakan kedudukannya. Kau shalihkan tindak tanduknya. Kau tingkatkan ketaatannya. Kau panjangkan umurnya dan Kau tinggkan manfaatnya. Kau luaskan rizkinya. Kau bersihkan akalnya. Kau beri cahaya pada hatinya. Kau sehatkan fisik dan psikisnya. Dengan rahmat-Mu ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang kami selalu bermohon.
Mengapa keheningan dan kecerahan siang ini membawa keinginanku kembali ke masa lalu? Aku ingin pergi ke sawah bersama orang tua. Pada bulan Ramadan kami tetap berpanas-panas dalam kondisi lemah dan lelah. Namun, kami tetap istiqomah dalam semangat pengabdian. Semoga semangat pengabdian ini tetap terjaga hingga akhir hayat.
Keheningan siang ini membawa hatiku saat kumasih duduk di bangku SMP. SMP dengan murid hanya belasan. Sarana pembelajaran seadanya. Namun, membawa para siswanya menjadi jawara di tingkat berikutnya.
Kecerahan siang ini melarutkan anganku kepada saat awal menjadi guru. Bertegur sapa dengan murid yang lugu-lugu. Bersepeda motor butut menuju ke tempat pengabdianku. Awal pengaplikasian ilmu yang kudapat dari sekolah guru.
Tuhanku. Di keheningan siang ini kami bermohon. Cabutah situasi mencekam ini dari bumi-Mu. Ketakutan pada sesuatu yang tak kasat mata namun berdampak luar biasa. Semua di antara kami berusaha. Penggalangan dana ada di mana-mana. Namun, ini semua tak ada apa-apanya jika Kau tak mengizinkan.
Rabbiku. Aku tak berani membayangkann suasana Ramadan yang sebentar lagi menghampiri. Surat Edaran Menteri telah sampai ke tangan kami. Tak ada tarawih bersama, tak ada buka bersama, tak ada taddarus bersama, tak ada kuliah subuh bersama, tak ada tarling bersama, tak ada pesantren kilat, tak ada iktikaf bersama. Allahu Rabbi. Ke mana kami harus mencari semua yang kurindukan saat Ramadhan tiba?
Bahkan, ya Allah. Instruksi mudik bersama pun tak diperbolehkan. Ancaman dan denda bagi ASN yang mudik suda dilayangkan. Tuhanku, tak bisa kubayangkan bagaimana hati ini teraduk-aduk di hari fitri.
Sedangkandalam formasi lengkap pun kami tak kuasa membendung air mata. Aku tak berani bayangkan bagaimana Idul Fitri mendatang. Tuhanku, izinkan kami bersimpuh di hadapan-Mu tuk mengajukan permohonan. Selesaikan situasi mencekam ini dengan Kuasa-Mu. Kutahu kuasa-Muyang tak terhalangi.


9 komentar:

  1. Semoga wabah virus corona ini cepat berlalu

    BalasHapus
  2. Bagus banget. Semoga wabah Virus Corona segera sirna...kerinduan kampung halaman bisa terobati

    BalasHapus
  3. Rindu Ramadan dan berkumpul dengan keluarga. Bismillah semua atas izin-Nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Bu. Rindu Ramadan dan pulng kampung. Semoga bisa.

      Hapus