Tiba-tiba hari aku ingin pulang ke kampung halaman. Ingin mengulang
masa-masa silam. Masa di mana kesederhanaan menjadi keindahan yang saat ini
kurindukan (hadeh. Bukannya saat ini masih sederhana?). Masa-masa sekolah,
madrasah, bahkan menjadi guru madrasah. Masa awal-awal berumah tangga. Masa nyidam
di mana setiap hari selalu ada ritual muntah-munah. Namun, aneh bin ajaib. Rasa
mual dan ingin muntah hilang saat berada di depan siswa atau di depan santri
yang sedang mengaji. Bahkan, di tengah
sedang muntah pun saat dipangil anak-anak untuk mengaji mual dan pusing
jadi hilang. Kini baru terpikirkan “Mantera ajaib apakah ini?”
Kini, di tengah teriknya sinar matahari, kuingin sekali kembali ke
kampung halaman. Ingin menemui teman-teman sebaya. Bersenda gurau bersama,
mengaji bersama dan shalat tarawih bersama. Duhai nikmatnya kehidupan di kala
itu meski penuh kesederhanaan. Di sela-sela shalat tarawih jika ada sedikit
rejeki dan bisa membeli es kucir merupakan anugerah yang amat kunikmati.
Paling-paling itu terjadi sebulan hanya satu dua kali.
Kini, meski mobil baru terparkir di garasi rumah, si empunya tak bebas
pergi kemana-mana. Di mana-mana ramai dibicarakan lockdown, social distancing,
physical distancing, PSBB, dan aneka istilah terkait korona. Duhai Rabb-ku.
Izinkan diri ini memohon kepada-Mu. Panggil segera korona ini dari bumi-Mu,
dari negeriku, dari lingkungan sekitarku. Biarkan kami bisa khidmat beribadat
kepada-Mu.
Andai itu semua Kau turunkan untuk menumbuhan kesadaran kami akan kebesaran-Mu,
mudahkanlah diri ini untuk segera sadar. Jika ini Kau turunkan untuk menebus
kesalahanku dan kesalahan seluruh umat-Mu, kami mohon ya Allah ampuni segasla
kesalahan kami. Andai ini Ku turunkan untuk menyadarkan diriku akan
dosa-dosaku, ampuni segala dosa kami ya Allah. Cukupkanlah ujian ini sampai di
sini ya Allah.
Wahai Rabb yang mampu membolak-balikkan qalbu. Tetapkanlah hati kami untuk
selalu berpaut dan berdekat-dekat dengan-Mu. Jadikan hati kami dan keluarga
kami istiqomah ya Rabb. Jaga anak-anak dan keturunan kami ya Allah. Untuk
selalu beristiqomah bermohon dan mengabdi hanya kepada-Mu.
Allahu Rabbi. Cerahnya hari ini mohon bisa membawa kecerahan di hati. Kecerahan
pada keluarga kami ya Allah. Anak-anak kami dan keturunan kami ya Allah. Kepada
siapa lagi kami bermohon perlindungan selain kepada-Mu ya Allah?
Allahu Rabbi. Jika air mata ini harus tertumpah demi menebus dosa-dosa
kami, kami rela ya Allah. Jagalah hati kami untuk selalu berada di jalan yang
Kau ridloi. Jangan keimanan di dada kami ya Allah.
Jika selama ini hati kami keras bagai batu, kami mohon lunakkanlah hati kami.
Kepada siapa lagi kami bermohon selain kepada-Mu. Jika ada kesalahan yang
kulakukan kepada anak-anak kami, yang tentu tanpa unsur kesengajaan, mohon
bukakanlah hati anak-anak kami untuk memaafkan diri ini. Jika ada kesalahan
yang dilakukan anak kami, lapangkanlah hati kami untuk memaafkannya. Kami ridlo
ya Allah apapun yang telah mereka kerjakan. Jadikan kerelaan kami untuk
menerima mereka apa adanya sebagai wasilah Kau selalu merdloi langkahnya. Kau
maafkan segala salah dan khilafnya. Kau mudahkan semua ursannya. Kau tinggikan
derajatnya. Kau muliakan kedudukannya. Kau shalihkan tindak tanduknya. Kau
tingkatkan ketaatannya. Kau panjangkan umurnya dan Kau tinggkan manfaatnya. Kau
luaskan rizkinya. Kau bersihkan akalnya. Kau beri cahaya pada hatinya. Kau
sehatkan fisik dan psikisnya. Dengan rahmat-Mu ya Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang kami selalu bermohon.
Mengapa keheningan dan kecerahan siang ini membawa keinginanku kembali
ke masa lalu? Aku ingin pergi ke sawah bersama orang tua. Pada bulan Ramadan
kami tetap berpanas-panas dalam kondisi lemah dan lelah. Namun, kami tetap
istiqomah dalam semangat pengabdian. Semoga semangat pengabdian ini tetap
terjaga hingga akhir hayat.
Keheningan siang ini membawa hatiku saat kumasih duduk di bangku SMP.
SMP dengan murid hanya belasan. Sarana pembelajaran seadanya. Namun, membawa
para siswanya menjadi jawara di tingkat berikutnya.
Kecerahan siang ini melarutkan anganku kepada saat awal menjadi guru.
Bertegur sapa dengan murid yang lugu-lugu. Bersepeda motor butut menuju ke
tempat pengabdianku. Awal pengaplikasian ilmu yang kudapat dari sekolah guru.
Tuhanku. Di keheningan siang ini kami bermohon. Cabutah situasi mencekam
ini dari bumi-Mu. Ketakutan pada sesuatu yang tak kasat mata namun berdampak
luar biasa. Semua di antara kami berusaha. Penggalangan dana ada di mana-mana.
Namun, ini semua tak ada apa-apanya jika Kau tak mengizinkan.
Rabbiku. Aku tak berani membayangkann suasana Ramadan yang sebentar lagi
menghampiri. Surat Edaran Menteri telah sampai ke tangan kami. Tak ada tarawih
bersama, tak ada buka bersama, tak ada taddarus bersama, tak ada kuliah subuh
bersama, tak ada tarling bersama, tak ada pesantren kilat, tak ada iktikaf
bersama. Allahu Rabbi. Ke mana kami harus mencari semua yang kurindukan saat
Ramadhan tiba?
Bahkan, ya Allah. Instruksi mudik bersama pun tak diperbolehkan. Ancaman
dan denda bagi ASN yang mudik suda dilayangkan. Tuhanku, tak bisa kubayangkan
bagaimana hati ini teraduk-aduk di hari fitri.
Sedangkandalam formasi lengkap pun kami tak kuasa membendung air mata.
Aku tak berani bayangkan bagaimana Idul Fitri mendatang. Tuhanku, izinkan kami
bersimpuh di hadapan-Mu tuk mengajukan permohonan. Selesaikan situasi mencekam
ini dengan Kuasa-Mu. Kutahu kuasa-Muyang tak terhalangi.
Semoga wabah virus corona ini cepat berlalu
BalasHapusAamiin
HapusAamiin3. Mksh Omjay telah berjunjung Om.
HapusAamiin Ya Rob. Bagus sekali
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusBagus banget. Semoga wabah Virus Corona segera sirna...kerinduan kampung halaman bisa terobati
BalasHapusAamiin3. Aamiin ya Allah
HapusRindu Ramadan dan berkumpul dengan keluarga. Bismillah semua atas izin-Nya
BalasHapusYa Bu. Rindu Ramadan dan pulng kampung. Semoga bisa.
Hapus