Sapaan pagi
sebagai pengganti kehadiran guru di kelas kukirim pagi ini. Sesaat kemudian
muncul inbox dari siswa. Maaf Bu. Punya saya tak bisa dibuka. Aku
tersenyum sendirian. Pikiran melayang ke mana-mana. Dasar pikiran jalang!
Kukirim lagi tulisan aslinya. Sapaan
pagi buat para siswa. Memberi semangat kepadanya dan kepada diri saya. Imbauan
untuk BAHAGIA. Yang tidak bahagia tak boleh mengerjakan soal penilaian harian.
Syarat kedua harus mandi terlebih dahulu. Beberapa cuitan siswa bermunculan.
Kubayangkan diri ini berada di dalam
KELAS. Kelas dunia nyata, bukan dunia maya. Tak menggunakan aplikasi macem-macem.
Hanya menggunakan whatsApp. Inginnya sih, kubuat kelas ONLINE dengan pertemuan
yang tampak gambarnya. Namun, kabarnya memerlukan bandwith yang cukup
besar. Akhirnya muncul rasa kasihan. Yo, wis. Kuterapkan prinsip tak ada
rotan, akar pun jadi. He333. Akhirnya kembali ke selera asal. Dasar!
Beberapa siswaku merasa bosan
belajar di rumah. Katanya, enak masuk sekolah. Kupikir, mereka di rumah tak
dapat uang jajan. Pantesan, mereka lebih suka masuk sekolah. Ini semua
gara-gara KORONA. Semua dilakukan di rumah. Katanya Di Rumah Saaaja. Kerja di
rumah, ibadah di rumah, BELAJAR di rumah. Bahkan, belanja pun di rumah, eh
bukan di rumah melainkan dari rumah.
“Tidak apa-apa Sayank. Ini hanya
sebentar saja. Nanti kalau korona sudah pergi, kita akan belajar di kelas lagi
seperti semula. Sabar ya. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Begiulah hiburku kepada para siswa saat mengeluh bosan belajar di umah.
Padahal, aslinya diri ini pun telah bosan bekerja dari rumah.
pagi..semangat ya..sip
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusماشاء الله
BalasHapus