Selasa, 07 April 2020

BELAJAR DARI RUMAH


Sapaan pagi sebagai pengganti kehadiran guru di kelas kukirim pagi ini. Sesaat kemudian muncul inbox dari siswa. Maaf Bu. Punya saya tak bisa dibuka. Aku tersenyum sendirian. Pikiran melayang ke mana-mana. Dasar pikiran jalang!
            Kukirim lagi tulisan aslinya. Sapaan pagi buat para siswa. Memberi semangat kepadanya dan kepada diri saya. Imbauan untuk BAHAGIA. Yang tidak bahagia tak boleh mengerjakan soal penilaian harian. Syarat kedua harus mandi terlebih dahulu. Beberapa cuitan siswa bermunculan.
            Kubayangkan diri ini berada di dalam KELAS. Kelas dunia nyata, bukan dunia maya. Tak menggunakan aplikasi macem-macem. Hanya menggunakan whatsApp. Inginnya sih, kubuat kelas ONLINE dengan pertemuan yang tampak gambarnya. Namun, kabarnya memerlukan bandwith yang cukup besar. Akhirnya muncul rasa kasihan. Yo, wis. Kuterapkan prinsip tak ada rotan, akar pun jadi. He333. Akhirnya kembali ke selera asal. Dasar!
            Beberapa siswaku merasa bosan belajar di rumah. Katanya, enak masuk sekolah. Kupikir, mereka di rumah tak dapat uang jajan. Pantesan, mereka lebih suka masuk sekolah. Ini semua gara-gara KORONA. Semua dilakukan di rumah. Katanya Di Rumah Saaaja. Kerja di rumah, ibadah di rumah, BELAJAR di rumah. Bahkan, belanja pun di rumah, eh bukan di rumah melainkan dari rumah.
            Tidak apa-apa Sayank. Ini hanya sebentar saja. Nanti kalau korona sudah pergi, kita akan belajar di kelas lagi seperti semula. Sabar ya. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Begiulah hiburku kepada para siswa saat mengeluh bosan belajar di umah. Padahal, aslinya diri ini pun telah bosan bekerja dari rumah.
           


3 komentar: