Kamis, 09 April 2020

KELAS MTI (MENULIS TANPA IDE) BERSAMA OMBUD

Dua jam kuliah menulis bersama Ombud terasa kurang. Sayangnya, perpanjangan waktu yang diusulkan oleh moderator “hanya” mendapat jatah enam belas menit. Kesibukan lain telah menantinya. Hal ini membuat penanya antrean belakang harus rela mengirimkan pertanyaan lewat japri.
Menulis Tanpa Ide bersama Ombud adalah kuliah yang amat menarik. Membuatku terbelalak, karena sudah muncul di pikiran “Bagaiman menulis tanpa ide” sedangan menulis dengan ide pun belum tentu menarik. Menurut Ombud, sebuah tulisan menarik gampang cirinya yakni memasukkan EMOSI. Misalnya kita membaca novel sampai menangis tersedu-sedu itu artinya memasukkan emosi. Tulisan humor yang membuat pembaca tertawa terbahak-bahak merupakan indikator tulisannya sukses memasukkan emosi.
Bagaimana cara mengatasi writer’s block (mau menulis tapi tak punya ide)? Ada dua cara sebagai berikut.
1. MEMANFAATKAN EMOSI
Caranya dengan menuliskan semua perubahan EMOSI dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal ini kita bisa menulis cerpenting Singkatan dari Cerita Pendek Tidak Penting. Cerpenting adalah metode menuliskan peristiwa-peristiwa REMEH yang terjadi di sekeliling kita. Meskipun ceritanya sepele tapi ternyata kita ketawa atau terharu atas peristiwa itu. Dengan kata lain emosi kita tergugah. Jadi tuliskanlah peristiwa tersebut.
2. MEMANCING EMOSI
Metode yang kedua adalah memancing emosi. Dari emosi yang kita dapat bisa kita konversikan menjadi ide. Ingat kata orang, "Jangan tunggu kaya lalu baru berderma. Berdermalah dulu maka insyaallah kita akan menjadi kaya." "Jangan menunggu bahagia lalu baru tersenyum. Tersenyumlah maka kebahagiaan akan datang padamu."  "JANGAN MENUNGGU IDE DATANG LALU BARU MENULIS. MENULISLAH DULU MAKA IDE AKAN DATANG PADAMU."
Dalam menulis Cerpenting kita dapat meeperhatikan benda-benda (bisa enam benda) yang ada di sekeliling kita kemudian susun kalimat yang menghubungkan semua benda tadi. Ini bisa dipratikkan siapa saja yang ingin belajar menulis.
Berikut ini contohnya. "PRINTER warna hitam di depanku menungguiku kaku, ditemani KERTAS-KERTAS kosong  yang berserakan di sekitarnya. Aku lihat DINDING tampak pucat, barangkali kedinginan karena berjam-jam disembur AC yang begitu angkuh. JAM menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi layar LAPTOPKU masih juga kosong. Dan hingga detik ini, tak satupun ide bergairah menghampiri."
Contoh sederhana di atas baru berdasarkan indera pengamatan. Belum indera yang lain. Ada indera penciuman, pendangaran, perabaan. Jadi, sebenarnya banyak sekali bahan yang dapat kita tulis. Termasuk kita bisa menulis tanpa ide. Hanya dengan memperhatikan benda-benda sekitar.
“Kalau kalian posting tulisan sebanyak 30 kali, bandingkan tulisan kalian yang pertama dan yang terakhir. Pasti terlihat kemajuannya.” Begitlah kalimat motivasi dari narasumber. Lalu, apakah yang dapat kita jadikan alasan untuk tidak menulis?
“Dalam penulisan ilmiah memang diperlukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kan tetapi bahasa Indonesia sudah banyak berkembang,” begitulah jawaban narasumber ketika ditanya apakah dalam penulisan karya ilmiah, kalimat harus dalam susunan lengkap (ada SPO).
Strategi apa yang harus disiapkan oleh penulis?” Banyak variasiya. Kita bisa memakai kalimat aktif, kalimat pasif. Kita bisa memakai simbol atau metafora. Tugas berat dalam penulisan ilmiah adalah bagaimana pembaca gak bosen. Dan variasi-variasi di ataslah caranya. Pilih dulu topik apa yang harus kita tulis. Saran saya pilih topik yang paling kita kuasai. Jangan sok pinter menuliskan fiksi ilmiah padahal kita kurang memahami masalahnya. Pembaca akan kecewa dan bisa jadi kita di-bully habis-habisan.
Kalo nulis gak usah pedulikan panjangnya berapa. Tulis dulu aja sampe selesai. Apakah jadinya 1 halaman atau 100 halaman....itu gak masalah. Yang penting apa yang ada di dalam hati kita telah terekspresikan sepenuhnya.
Bumbu dalam menulis cerita macamnya banyak. Misalnya kita bisa memakai kutipan orang lain. Kita bisa memasukkan humor ke salah satu adegan cerita yang sesuai dengan konteksnya. Dan macam-macam lagi.
Bagaimana mengubah hal remeh yang terjadi dlm kehidupan sehari-hari menjadi cerita yang menarik? Kalo cerita remeh tersebut ternyata bisa bikin kita terharu, sedih atau ngakak, pas kita tuliskan pasti jadinya menarik. Karena cerita yang bagus adalah yang menggugah emosi. Jadi emosinya sudah ada. Kita tinggal menuliskannya doang.
Jadi sebetulnya dengan menulis hal-hal yang ga penting itu bisa melatih tata bahasa tulisan kita juga.  Menulis itu bukan untuk menyenangkan orang lain. Menulis itu adalah untuk menyenangkan diri sendiri. Kalo orang ternyata suka ya anggap aja itu bonus.
Kalau di cerpen ada twist dan di stand up comedy ada roasting. Dicerpenting apakah sama?Itu cuma metode aja. Kalo ternyata kita menemukan twist yang bagus silakan dipake. Kalo kita merasa itu gak membuat tulisan kita jadi bagus ya lupakan. Dalam penulisan gak usah dipikirin rumus-rumus. Karena menulis itu masalah imajinasi. Dan imajinasi itu selalu ngacak tanpa ada rumusnya.
Untuk mancing ide. Perlu pilih-pilih lokasi nggak ya? Kalo mancing ikan...iya. Kalo mancing ide cukup dengan 2 metode di atas saja. 1. Memanfaatkan emosi. 2. Memancing dengan 6 benda.
“Bagaimana cara menggugah emosi kalo suasana hati banyak tugas? Apakah perlu menenangkan suasana hati dulu? Memunculkan orang baca sampai ketawa itu apa perlu bakat melawak? Jika punya bahasa datar saja apa bisa org bikin ketawa? Tulisan harus disesuaikan dengan karakter kita. Biasanya kita suka tergugah emosinya padah hal seperti apa? Pokoknya kalo kita tergugah emosinya ya tuliskan! Soal jadinya lucu, sedih, ngeseli, menghibur, marah...biarkan aja jadinya seperti apa. Pokoknya emosinya terdapat di dalamnya.
Lalu bagaimana kita merangkai antara ide yang satu dengan ide-ide berikutnya  agar benang merahnya  tercapai? Dalam menulis sebuah buku ada tema besar dengan konfliknya. Namun dalam setiap bab harus ada konflik turunan/konflik yang lebih kecil namun berintegrasi denga topik besarnya. Itu yang membuat buku kita bagus karena kaya dimensi.
Saat menuliskan hal-hal yang tidak penting seketika itu atau nunggu pas ada buku catatan atau kita simpan voice di HP atau bagaimana? Kalo saya, setiap dapet emotional moment selalu saya tulis di HP. Di aplikasi Notes Samsung. Nanti kalo udah di rumah saya pindahin ke laptop dan gabungkan dalam folder 'GUDANG IDE'. Semua saya kumpulin di sana.
Dalam penulisan kita akan memasuki dua ruangan. Yang satu ruang imajinasi. Yang lain ruang editing. Yang pertama harus kita masuki adalah ruang imajinasi. Di sini kita harus berimajinasi sebebas-bebasnya. Lupakan tata bahasa, lupakan norma dan lupakan nilai-nilai apapun. Setelah cerita selesai ditulis barulah kita masuki ruang editing. Di sinilah semua tata bahasa dan nilai-nilai tadi kita masukkan. Di sinilah hati nurani menjadi sensor kita.
“Adakah rumus jitu untuk merangkai kata-kata kunci yang sudah kita tuliskan?” Bisa kita buat menjadi kumpulan cerita pendek. Kumpulan cerita pendek banyak disukai belakkangan ini karena anak jaman now yang sering hang out di social media lebih terbiasa membaca cerita yang tidak terlalu panjang. Saya bukan penganut rumus-rumus. Karena penulisan itu masalah imajinasi. Dan imajinasi itu ngacak tanpa ada rumusnya.
Saya sedang nulis kisah nyata, bolehkah disisipkan cerpenting dan memancing emosi? Boleh dong. Salah satu fungsi cerpenting memang untuk diselipkan di sudut-sudut buku kita. Itu adalah cara memaksa pembaca untuk membaca sampe habis. Karena cerpenting kan sangat menghibur. Seperti intermezo lah kira-kira.
“Ketika ngopi ada teman cerita lucu bolehkan kita tulis jd cerita tanpa ide tadi?” Boleh banget. Cerita yang kita dapet di internet atau WA berantai, semua bisa kita masukin. Supaya gak melanggar copyright, sebutkan sumbernya. Kalo gak tau, bilang aja cerita ini saya peroeh di WAG, FB dll.
Bagaimana cara melatih diksi yg baik agar enak di baca. Dan mengembangkan sebuah ide / tanpa ide menjadi sebuah buku? Melatih diksi itu masalah jam terbang. Harus latian pelan-pelan. Misalnya ada kalimat "Kau baluri lukaku dengan doa." Itu diksi yang keren, kan? Seharusnya kan membaluri luka dengan salep. Lalu didoakan supaya sembuh. Jadi kita bisa menggunakan kata yang tidak biasa dengan menggunakan kata kerja dari subyek yang berbeda.
Ada baiknya ilmu yang didapat dari Ombud ini segera dipraktikkan. Tunggu apa lagi? Cermati enam benda di sekitar kita. Tuliskan dengan model Cerpenting. Selamat berkarya. Semoga sukses selalu mengiringi.

11 komentar:

  1. Wah Keren.. Mkch ilmunya untuk saya yg ketinggalan hehehe 😀

    BalasHapus
  2. Ayoo terus meulis dari benda-benda disekitar.
    Terimaksih ilmunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Insyaallah siap belajar Pak Suheri.

      Hapus
  3. Yuk kita praktikkan. Tiap hari dapat ilmu dari orang hebat ya

    BalasHapus
  4. Terima kasih ilmunya semoga menjadi barokah Bu Is

    BalasHapus
  5. Wah hebat...mencerahkan..tuk ikutan nulis..dan nulis

    BalasHapus