Jumat, 24 April 2020

SECUIL KISAH RAMADAN PERTAMA



Masih berkisah hari pertama Ramadan. WFH terasa terusik karena ada beban yang belum terselesaikan. Semangat berbagi di hari pertama belum tertunaikan. Pesanan makanan ringan home industri sebagai pelengkap paket belum juga jadi. Targetnya siang baru terselesaiakan. Beras pesanan rencana siang juga baru diantarkan.
Belanja sembako juga belum dilaksanakan. Maklum si pengantar masih rajin masuk kantor. Bukan kerja di rumah saja. Tapi kerja di kampus saja.WFC istilahanya. Work from campus. Yang perlu dingat masih tetap jaga social distancing maupun physical distancing.
Pagi itu kustarter motor kesukaan. Menuju hipermarket terdekat dari rumah. Sudah ada niatan tak akan diambil belanjaan pagi itu juga. Harus ada pengantar yang berkenan mengangkutnya. Pagi hanya sekadar survey dan belanja ala kadarnya. Berharap jika ada pengantar nanti tinggal ambil dan bayar. Semua sudah terencana.
Eits, sampai di supermarket terdekat yang terbaca sebuah tulisan di depan masjid ‘Ibaadurrahmaan. Sebuah tulisan mencolok sungguh menusuk dada. MOHON MAAF. MASJID ‘IBAADURRAHAMAAN ASSALAAM HIPERMARKET UNTUK SEMENTARA WAKTU TIDAK ADA SHALAT JAMAAH FARDHU & SHOLAT KUMAT. Sungguh tulisan itu sangat mengharu biru kalbu. Di masjid itu sangat nyaman untuk beribadah jamaah jika sedang berbelanja. Bukan karena tak rela, bukan tak bisa menerima. Terlebih ingat masa nyamannya bisa beribadah bersama.

Memasuki area parkir dikagetkan sebuah pengumuman. Toko buka: pukul 10.00. Toko tutup pukul 20.00. Nah, ini sudah terbalik dari sebelumnya. Jika Ramadan tahun-tahun lalu toko buka pukul 8 pagi, tutup pukul 10 malam, kini dibalik. Buka pukul 10 pagi, tutup pukul 8 malam.




Karena saat itu baru pukul 09.25 artinya masih ada waktu menunggu 35 menit. Untung ada komunitas yang selalu berabgai. Waktu menunggu toko buka tak menjadikan risau. Sebuah kedai yang masih tutup menarik tuk dikunjungi. ABDULLAH COFFEE & SNACK. Di bawahnya tertulis kalimat yang amat menarik- “Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya.” Sungguh kalimat itu mengingatkan pada sebuah rumah makan di Wina, Austria. Siapapun pengunjungnya boleh makan sepuasnya. Sebuah tulisan terpampang jelas di sana. MAKAN SEPUASNYA, BAYAR SESUKANYA.

Di pintu masuk pun terpampang tulisan untuk perhatian. Mohon maaf, Demi Keamanan & Kenyamanan Bersama dan dalam rangka memutus penyebaran Covid 19 masuk Area Assalaam Hipermarket wajib:

ü  Cek Suhu Bahan (naksimal 380 C)
ü  Memakai masker
ü  Jaga jarak antrian minimal 1 M
ü  Cuci tangan dengan sabun/sanitizer

Antrean jaga jarak di pintu masuk maupun di depan kasir dipatuhi dengan baik. Ada perlu disyukuri sebab pengunjung hpaermarket telah punya kesadaran. Kulihat semua pengunjung dan petugas toko mengenakan masker.




14 komentar:

  1. Menulislah setiap hari dan lihat apa yang terjadi..semngat ibuk..

    BalasHapus
  2. semoga wabah corona segera berlalu supaya kita bisa menikmati fasilitas seperti sedia kala

    BalasHapus
  3. Ibu Ismi, ceritanya menarik,. restaurant makan sepuasnya bayar seikhlasnya sebenarnya banyak kita jumpai disetiap daerah di Indonesia dan dibelahan dunia,.ini salah satu trik bisnis juga bu,. hehehe.

    BalasHapus
  4. Pengalaman yg menatikk bu Ismi

    BalasHapus
  5. Pengalaman yg menarik bu Ismi

    BalasHapus
  6. Pengalaman yg menarik bu Ismi

    BalasHapus
  7. Kesadaran untuk memutus mata rantai covid, sangat dubutuhkan. Semoga covid segra pergi dan kita bisa kembali ke masjid

    BalasHapus
  8. Keren Bu! Tulisan hebat! 30 hari di bulan Ramadhan, insyaAlllah bakal menjadi buku..

    BalasHapus